TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Erosi Serviks: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Ketika sel-sel dalam serviks berkembang ke luar

ilustrasi erosi serviks (unsplash.com/Timothy Meinberg)

Erosi serviks atau ektropion serviks terjadi ketika sel-sel saluran serviks tumbuh ke luar serviks. Ini dapat membentuk bercak merah dan mungkin meradang. Penyebutan erosi ini hanya istilah, bukan berarti serviks mengalami pengikisan layaknya erosi.

Erosi serviks tampaknya cukup umum dialami perempuan masa subur. Namun, penting untuk dipahami jika erosi serviks tidak berkaitan dengan kanker serviks. Selain itu, kondisi ini juga tidak memengaruhi kesuburan. Meskipun begitu, tidak jarang penderitanya khawatir akan gejala dari erosi serviks.

1. Gejala

ilustrasi gejala erosi serviks (pexels.com/Ivan Babydov)

Mengutip Medical News Today, banyak orang dengan erosi serviks tidak mengalami gejala. Namun, gejala utamanya adalah bercak merah yang meradang di leher serviks. Zona transformasi muncul dengan cara ini karena sel-sel kelenjar halus dan mudah teriritasi.

Gejala erosi serviks lainnya meliputi:

  • Nyeri dan perdarahan selama atau setelah seks.
  • Nyeri saat atau setelah skrining serviks.
  • Keputihan ringan.
  • Bercak di antara periode haid.

Gejalanya mungkin beragam dari ringan hingga parah ketika muncul. Penting untuk diketahui kalau erosi serviks bukanlah satu-satunya penyebab dari gejala-gejala di atas. Bila kamu mengalaminya, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.

Baca Juga: Sindrom Costello: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

2. Penyebab

ilustrasi erosi serviks (pexels.com/cottonbro)

Penyebab pasti erosi serviks belum diketahui secara pasti. Beberapa perempuan bisa terlahir dengan kondisi ini. Sementara itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko perkembangan erosi serviks, yaitu:

  • Usia: Perempuan yang lebih muda (remaja) dan sedang pada fase pubertas memiliki risiko lebih tinggi terkena erosi serviks.
  • Perubahan hormonal: Kondisi ini dapat terjadi karena fluktuasi kadar hormon. Adapun perempuan yang sedang dalam fase menopause jarang mengalami erosi serviks. Pernyataan ini didukung oleh studi dalam jurnal Trends in Urology Gynaecology & Sexual Health.
  • Kehamilan: Fase ini bisa menyebabkan erosi serviks dikarenakan berkaitan dengan perubahan kadar hormon pada saat hamil.
  • Mengonsumsi pil kontrasepsi: Konsumsi pil KB secara tidak langsung dapat memengaruhi kadar hormon, sehingga berisiko mengembangkan erosi serviks.

3. Diagnosis

ilustrasi pemeriksaan untuk erosi serviks (pexels.com/MART PRODUCTION)

Jika merasakan gejala yang mengarah pada erosi serviks, ada baiknya untuk segera konsultasi pada dokter ahli ginekologi untuk menjalani serangkaian proses pemeriksaan. Prosedur yang mungkin dilakukan adalah Pap smear dan pemeriksaan panggul.

Meskipun tidak ada hubungan dengan kanker serviks, gejala dini kanker serviks punya kemiripan dengan erosi serviks. Dengan begitu, Pap smear dapat dilakukan guna mengesampingkan penyakit berbahaya tersebut.

Selanjutnya, apabila individu yang bersangkutan mengembangkan gejala lain, misalnya timbul rasa nyeri saat berhubungan intim atau keputihan dalam jumlah yang tidak wajar, maka pengujian lebih lanjut akan direkomendasikan. Misalnya biopsi dan kolposkopi.

4. Pengobatan

ilustrasi dokter sedang bekerja (pexels.com/cottonbro)

Apabila erosi serviks tidak mengganggu kesehatan secara signifikan, biasanya tidak perlu pengobatan dan perawatan khusus. Situasi ini biasanya akan membaik seiring waktu. Beda halnya jika erosi serviks diikuti gejala yang mengganggu dan berkelanjutan, misalnya perdarahan terus-menerus. Ini harus segera ditangani.

Jika ada gejala tambahan berupa nyeri atau perdarahan hebat, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur medis yang disebut kauterisasi. Ini bertujuan untuk menghilangkan sel-sel atau jaringan abnormal pada serviks. Ada tiga jenis kauterisasi, mencakup:

  • Cryotherapy: Menggunakan karbon dioksida dingin untuk membekukan objek yang terdampak. Laporan dalam Oman Medical Journal tahun 2019 mengungkap, cryotherapy digadang-gadang menjadi pengobatan yang aman dan efektif untuk erosi serviks yang terdapat keputihan abnormal.
  • Diathermy: Menggunakan panas untuk membakar objek yang terdampak.
  • Silver nitrate: Menggunakan cairan khusus yang digunakan untuk menghilangkan sel-sel kelenjar.

Baca Juga: Inkompetensi Serviks: Gejala, Penyebab, Penanganan, dan Pencegahan

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya