TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Adverse Childhood Experience, Pengalaman Traumatis Masa Kecil

Dampak negatifnya dirasakan hingga dewasa

ilustrasi kesedihan (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Masa kanak-kanak merupakan waktu yang rentan. Apa pun yang terjadi pada masa itu bisa menimbulkan bekas yang mendalam. Hal tersebut secara tidak langsung akan berdampak signifikan di kehidupan mendatang.

Ada suatu kondisi yang berkorelasi dengan kejadian tidak mengenakkan di masa kecil. Ialah adverse childhood experiences (ACEs) atau pengalaman buruk di masa kanak-kanak yang begitu membekas hingga mengganggu pertumbuhan. Kondisi ini digambarkan sebagai momen traumatis yang efeknya bertahan lama hingga dewasa.

1. Contoh pengalaman traumatis di masa kecil

ilustrasi anak laki-laki mengenakan sepatu olahraga (pexels.com/Kampus Production)

Adverse childhood experiences (ACEs) merujuk pada pengalaman traumatis yang dialami anak-anak sebelum menginjak usia 18 tahun. Akibat peristiwa tersebut, dampaknya bisa memengaruhi kesehatan mental pun fisik secara jangka panjang.

Terdapat beberapa jenis peristiwa traumatis di masa kanak-kanak yang dikaitkan dengan ACEs, mencakup:

  • Mengalami pelecehan fisik atau emosional sedari kecil.
  • Korban pengabaian orangtua atau pengasuh lainnya.
  • Korban perceraian orangtua.
  • Kehilangan anggota keluarga karena bunuh diri.
  • Memiliki orang tua dengan masalah kejiwaan.
  • Orangtua dipenjara.
  • Tumbuh di lingkungan keluarga dengan penyalahgunaan zat atau alkoholisme.

Baca Juga: Kondisi Fisik dan Psikologis setelah Nonton Film Action

2. Urgensi kasus

ilustrasi anak membaca buku (pexels.com/mentatdgt)

Efek trauma akibat pengalaman buruk di usia kanak-kanak dapat mengganggu perkembangan otaknya. Hal demikian menempatkan seorang individu pada risiko yang jauh lebih kompleks. Ini bisa memengaruhi perhatian, pengambilan keputusan, sampai manajemen stres.

Menurut penelitian dalam Journal of the American Association of Nurse Practitioners, ACEs telah dikaitkan dengan beberapa konsekuensi kesehatan, seperti:

  • Gangguan perkembangan
  • Kondisi psikologis
  • Perilaku berisiko
  • Masalah kesehatan fisik

ACEs juga dapat berimplikasi lain bagi individu terkait, seperti masalah dalam bidang pendidikan, pekerjaan, serta hubungan interpersonal lain. Pada intinya, semakin banyak kasus ACEs yang dialami seorang anak, maka semakin tinggi pula konsekuensi negatifnya.

3. Dampak peristiwa traumatis di masa kecil terhadap kesehatan fisik dan mental

ilustrasi anak menggunakan kacamata dan bermain gawai (pexels.com/Kampus Production)

ACEs memiliki ragam implikasi yang perlu diwaspadai, baik yang berkaitan dengan kesehatan fisik maupun mental. Beberapa konsekuensi potensial ACEs yang berkaitan dengan kesehatan fisik di antaranya adalah peningkatan risiko penyakit diabetes, kanker, penyakit jantung, penyakit menular seksual, hingga masalah kesehatan ibu dan anak.

Sementara itu, konsekuensi potensial ACEs terhadap kesehatan mental berhubungan dengan peningkatan depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan penyalahgunaan zat berbahaya, perilaku adiktif, sampai keinginan untuk bunuh diri. Penting untuk dipahami bahwa ACEs bisa berdampak dari generasi ke generasi. Hal ini karena pola kejadian traumatis masa kanak-kanak seorang individu bisa saja diturunkan kepada keturunannya.

4. Pencegahan 

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Vlada Karpovich)

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ACEs dapat dicegah dengan beberapa strategi yang melibatkan aksi nyata kelompok dalam masyarakat, meliputi:

  • Pengaturan kebijakan dalam pekerjaan guna membantu meningkatkan kondisi finansial setiap keluarga.
  • Menciptakan lingkungan pekerjaan yang lebih ramah.
  • Menetapkan kebijakan cuti keluarga.
  • Mempromosikan kampanye dan pendidikan anti-kekerasan.
  • Pengajaran keterampilan mengasuh anak secara positif.
  • Pembekalan pembelajaran sosio-emosional.
  • Menggencarkan program penguatan bagi perkembangan anak, seperti pendidikan anak usia dini, prasekolah, serta pilihan pengasuhan.
  • Memprioritaskan layanan kepemudaan, seperti mentor perkembangan karier atau program pemulihan penyalahgunaan zat.

Penelitian dalam academic pediatrics tahun 2017 mengungkap, ada empat kategori pengalaman masa kanak-kanak yang positif yang terdiri atas:

  • Berada dalam lingkungan dan hubungan yang saling memelihara dan mendukung.
  • Hidup, berkembang, bermain, dan belajar di lingkungan yang aman, stabil, protektif, dan adil.
  • Memiliki peluang dalam keterlibatan sosial yang konstruktif dan mengembangkan rasa keterhubungan.
  • Memiliki kapasitas dalam mempelajari kompetensi sosial dan emosional.

Baca Juga: Mengenal Duck Syndrome, Gangguan Psikologis yang Jarang Disadari

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya