TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Marcus Gunn Pupil: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Disfungsi saraf optik yang memengaruhi ukuran pupil mata

ilustrasi Marcus Gunn pupil (pexels.com/João Jesus)

Marcus Gunn pupil (MGP), yang juga dikenal sebagai defek pupil aferen relatif atau relative afferent pupillary defect (RAPD), mengacu pada kondisi pupil yang hanya sedikit mengecil sebagai respons terhadap cahaya, bukannya melebar seperti yang diharapkan.

MGP merupakan kondisi langka yang memengaruhi kinerja mata dalam merespons cahaya. Kondisi ini diidentifikasi pertama kali pada tahun 1800–an oleh dokter mata asal Skotlandia bernama Robert Marcus Gunn.

Dirangkum dari Medical News Today, Healthline, dan Verywell Health, berikut ini informasi seputar Marcus Gunn pupil secara lebih detail.

1. Jenis

ilustrasi Marcus Gunn pupil (pexels.com/Mathias Celis)

Seseorang dengan MGP mungkin mengeluhkan masalah terkait penglihatan. Dokter perlu mengidentifikasi kondisi ini untuk mengesampingkan masalah penglihatan lain, seperti katarak atau gangguan penglihatan yang tidak ada kaitannya dengan RAPD.

Karakteristik MGP didasarkan pada tingkat keparahannya. Ini bisa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • RAPD ringan: Pupil yang terpengaruh menunjukkan kontraksi awal yang lemah sebelum membesar ke ukuran yang lebih besar.
  • RAPD sedang: Pupil menunjukkan kontraksi yang tidak berubah sebelum membesar saat terkena paparan cahaya.
  • RAPD berat: Pupil langsung membesar ke ukuran yang lebih lebar saat terkena paparan cahaya.

Baca Juga: Klaudikasio Intermiten: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatan

2. Penyebab

ilustrasi Marcus Gunn pupil (pexels.com/Noelle Otto)

Penyebab MGP cenderung berkaitan dengan kelainan atau penyakit yang melibatkan kerusakan saraf optik atau retina. Di samping itu, kondisi ini biasanya lebih erat dengan beberapa kondisi seperti:

  • Infeksi pada retina.
  • Ablasi retina.
  • Neuritis optik.
  • Tumor saraf optik.
  • Degenerasi makula yang parah.
  • Mata malas (ambliopia) yang parah.
  • Glaukoma parah sampai merusak saraf optik.
  • Trauma optik neuropati, termasuk cedera kepala dan orbita yang merusak saraf optik.
  • Infeksi atau peradangan saraf optik.

3. Diagnosis

ilustrasi pemeriksaan mata (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Ketika cahaya disinari ke mata yang berfungsi normal, mata kiri dan mata kanan harus menyempit secara seimbang karena keduanya saling berhubungan. Ini disebut refleks cahaya konsensual, dan tes ini umumnya dikenal sebagai tes Marcus Gunn, atau pemeriksaan refleks cahaya (swinging light test).

Pupil bereaksi terhadap cahaya yang menyinari mereka dengan cara ini karena jalur refleks cahaya yang terbagi menjadi dua bagian:

  • Jalur aferen: Pupil mengirimkan pesan ke otak di sepanjang saraf optik.
  • Jalur eferen: Pesan dikirim kembali dari otak ke pupil melalui saraf, yang menyebabkan pupil menyempit.

Tes cahaya melibatkan dokter mata yang menyinari seberkas cahaya terang dan sempit ke mata di ruangan semi gelap. Dokter akan menahan lampu di depan satu mata selama sekitar 3 detik dan kemudian memindahkannya ke mata yang lain.

Ketika cahaya menyinari mata yang memiliki MGP, pupil yang terdampak tidak akan menyempit sebanyak mata yang tidak terpengaruh, menandakan bahwa ada masalah.

Seseorang sering tidak menyadari bahwa mereka memiliki MGP sampai dokter melakukan pemeriksaan refleks cahaya. Penemuan ini dapat mengingatkan dokter untuk kondisi yang mendasarinya.

4. Perawatan

ilustrasi operasi atau pembedahan (pexels.com/ Павел Сорокин)

MGP termasuk gejala dari kondisi medis yang mendasarinya. Oleh karena itu, pengobatannya akan fokus pada kondisi penyebab MGP. Beberapa opsi pengobatannya antara lain:

  • Neuritis optik: Diobati dengan steroid namun akan sering membaik tanpa pengobatan apa pun. Nyeri dapat dikelola dengan obat pereda nyeri yang dijual bebas jika diperlukan.
  • Glaukoma parah: Diobati dengan obat tetes mata, perawatan laser, atau pembedahan, tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
  • Tumor saraf optik: Diobati sesuai dengan apakah tumor itu jinak atau ganas (kanker).
  • Atrofi optik: Karena ini merupakan kondisi ireversibel, jadi perawatan berfokus untuk menghentikan perkembangannya.
  • Ablasi retina: Hanya dapat diperbaiki dengan pembedahan, yang tidak mungkin dalam setiap kasus karena jaringan parut yang tersisa. Prosedur operasi memiliki tingkat keberhasilan 80–90 persen, meskipun terkadang diperlukan operasi kedua. Operasi tidak selalu memperbaiki penglihatan, dan jika retina tidak dapat disambungkan kembali, seseorang pada akhirnya akan menjadi buta pada mata tersebut.
  • Degenerasi makula unilateral yang parah: Saat ini tidak ada obatnya, tetapi alat bantu penglihatan dan pengobatan dapat membantu memperlambat perkembangan.
  • Infeksi retina: Diobati dengan suntikan di mata dan mungkin memerlukan obat oral atau intravena. Terkadang, dokter dapat merekomendasikan perawatan laser dan pembedahan.
  • Mata malas: Diobati dengan kacamata khusus, obat tetes mata, terapi penglihatan, dan penutup mata.

Baca Juga: Floaters Mata: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya