TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Infeksi Langka Jamur Hitam Serang Pasien COVID-19 India, Apakah Itu?

Walaupun langka, jamur hitam berbahaya dan mematikan

Seorang perempuan berduka dengan anak lelakinya setelah suaminya meninggal dunia akibat penyakit virus korona (COVID-19) di luar kamar mayat rumah sakit COVID-19 di Ahmedabad, India, Selasa (20/4/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave)

India, negara yang kini memegang predikat kasus COVID-19 terbanyak kedua di dunia, semakin kewalahan karena diserang oleh jamur hitam. Pemerintah setempat bahkan mendirikan rumah sakit khusus untuk menangani kasus yang terus meningkat. 

Penyakit jamur hitam diketahui banyak menyerang pasien COVID-19. Sejauh ini, tercatat ada lebih dari 2.000 kasus yang tersebar di sejumlah negara bagian. Kondisi yang menyerang beberapa organ tubuh sekaligus ini tergolong langka. Akan tetapi, akibatnya bisa fatal. Mengutip laman Aljazeera, infeksi ini telah membunuh 50 persen orang yang mengidapnya hanya dalam waktu beberapa hari. 

Sebenarnya apa itu infeksi jamur hitam dan seberapa berbahayakah penyakit ini? 

1. Apa itu infeksi jamur hitam?

jamur mucormycetes (bbc.co.uk)

Infeksi jamur hitam dikenal dengan sebutan mukormikosis (mucormycosis). Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kondisi disebabkan oleh sekelompok jamur bernama mucormycetes. Mereka hidup di lingkungan sekitar kita, utamanya di tanah dan bahan organik yang membusuk seperti daun, buah, sayuran, kompos, hingga kayu yang lapuk. 

Lalu bagaimana jamur ini bisa menjangkiti manusia? Infeksi terjadi ketika seseorang melakukan kontak dengan spora mucormycetes. Utamanya, penularan berlangsung melalui pernapasan sehingga organ yang diserang adalah paru-paru dan sinus. Infeksi juga bisa terjadi melalui luka yang terbuka dan ketika kita mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi jamur hitam.

Tak hanya sampai di situ, spora jamur hitam yang telah masuk ke dalam tubuh bisa menyerang organ lain. Contohnya mata dan otak. Karena menyerang organ-organ penting, infeksi ini tergolong mematikan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa mukormikosis tidak menular antarmanusia. 

2. Kenapa infeksi jamur hitam banyak ditemukan pada pasien COVID-19?

Seorang pasien dengan gangguan pernapasan berbaring di dalam mobil sambil menunggu untuk masuk rumah sakit COVID-19 untuk perawatan, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), di Ahmedabad, India, Kamis (22/4/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave

Sebenarnya jamur mucormycetes tidak selalu berbahaya. Jika menginfeksi orang yang sehat, ia tak akan menimbulkan reaksi apa pun. Akan tetapi, ketika ia masuk ke tubuh orang yang imunnya lemah, akibatnya bisa fatal. Inilah yang diduga terjadi pada pasien COVID-19 di India. 

Pasien COVID-19, terlebih lagi yang mengalami gejala berat sangat rentan untuk mengalami mukormikosis. Dilansir Wall Street Journal, pasien diabetes tercatat lebih rentan terinfeksi. Ini terjadi karena penyakit tersebut menekan kemampuan sistem imun untuk melawan penyakit. 

Dilaporkan oleh dokter spesialis penyakit dalam, dr. RA Adaninggar, Sp.PD, melalui akun Instagram-nya, sebanyak 94 persen pasien COVID-19 di India yang terserang jamur hitam memiliki komorbid diabetes. Sebanyak 67 persen di antaranya mengalami kondisi yang tak terkontrol. 

Bukan hanya itu, tenaga medis setempat juga mengatakan bahwa penyebaran infeksi ini kian dipermudah karena penggunaan steroid secara berlebihan terhadap pasien. Obat itu, contohnya dexamethasone, memang biasa digunakan untuk menangani gejala COVID-19. Akhir-akhir ini, mengingat kasus COVID-19 di India terus melonjak, banyak orang panik dan akhirnya mengonsumsi dexamethasone melebihi dosis. 

Faktor lain yang juga diduga meningkatkan penyebaran mukormikosis adalah kondisi rumah sakit yang kurang memadai. Mengutip Aljazeera, sebagian dokter India melaporkan bahwa sejumlah fasilitas kesehatan ternyata memiliki lingkungan yang tidak higienis. Hal ini bisa membuat spora jamur hitam menyebar atau bahkan masuk ke tubuh pasien melalui tabung oksigen.

Baca Juga: 7 Perubahan Tubuh setelah Divaksinasi COVID-19, Apa Efek Sampingnya?

3. Kenali faktor yang meningkatkan risiko infeksi jamur hitam

ilustrasi obat-obatan (pexels.com/freestocks.org)

Jika dirangkum, berikut ini sejumlah faktor yang bisa meningkatkan kerentanan kita untuk terinfeksi mukormikosis:

  • Sistem imun sedang lemah;
  • Diabetes yang tak terkontrol;
  • Penggunaan obat-obatan yang menurunkan kemampuan sistem imun, seperti steroid;
  • Memiliki riwayat kanker atau transplantasi organ;
  • Mengalami luka terbuka pada kulit, seperti luka bakar, bekas operasi, dan lainnya;
  • Lingkungan yang kotor.

4. Gejala infeksi jamur hitam

ilustrasi sakit dada (pexels.com/freestocks.org)

Lalu seperti apa gejala dari mukormikosis atau infeksi jamur hitam? Jawabannya bervariasi, tergantung pada area yang diserang oleh mikroorganisme tersebut. Dilansir berbagai sumber, berikut ini beberapa gejala yang sering terjadi:

  • Jika jamur menyerang saluran pernapasan atas, gejalanya berupa demam, batuk, sesak napas, sakit kepala, hidung tersumbat, dan munculnya lesi hitam di area hidung dan langit-langit mulut;
  • Jika jamur menyerang paru-paru, gejalanya berupa demam, batuk, rasa sakit di dada, dan sesak napas;
  • Jika jamur menyerang kulit, muncullah luka atau benjolan di permukaan kulit yang lama kelamaan menghitam. Area itu juga akan terasa sakit, hangat, kemerahan, dan bengkak;
  • Jamur hitam pada saluran cerna, dapat menimbulkan sakit perut, mual, muntah, dan pendarahan. 

5. Infeksi jamur hitam tergolong berbahaya dan mengancam keselamatan

Seorang pria dengan masalah pernapasan menerima bantuan oksigen secara gratis di mobilnya di Gurudwara (kuil Sikh), ditengah mewabahnya virus corona (COVID-19), di Ghaziabad, India, Sabtu (24/4/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui

Mengutip laporan Wall Street Journal, mukormikosis yang cepat ditangani dapat menyelamatkan sekitar 50 persen pasien. Penanganan ini meliputi biopsi, konsumsi obat seperti amphotericin, serta operasi untuk menghilangkan sel-sel yang terinfeksi agar tidak menyebar. 

Akan tetapi, mukormikosis yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan dampak yang fatal. Masih dari sumber yang sama, persentase mortalitas atau kematian pada pasien yang tidak ditangani mencapai 80 hingga 90 persen. Ini merupakan angka yang sangat tinggi. 

Terkadang, jika kondisi pasien sudah terlalu berat, dokter bahkan akan menyarankan untuk amputasi pada area yang terinfeksi. Dalam beberapa kasus, mukormikosis membuat pasien harus bersedia untuk diangkat mata dan rahang bagian atasnya agar jamur tidak menyebar. 

Baca Juga: 7 Latihan Olahraga untuk Pasien COVID-19 agar Cepat Pulih

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya