TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Empty Sella Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Seringnya penderita gak menunjukkan gejala apapun

ilustrasi pemindaian otak (pexels.com/Cottonbro)

Intinya Sih...

  • Empty Sella Syndrome (ESS) adalah penyakit langka otak yang menyebabkan tekanan dan ketidakseimbangan hormon tubuh.
  • ESS terbagi menjadi primer dan sekunder, dengan gejala seperti prolaktin tinggi, periode menstruasi berhenti, dan cairan tulang belakang bocor.
  • Pengobatan ESS meliputi pemantauan rutin, pengobatan penggantian hormon, obat antinyeri, hingga tindakan operasi jika diperlukan.

Empty Sella Syndrome (ESS) merupakan penyakit langka pada otak yang menyebabkan tekanan dan ketidakseimbangan hormon tubuh. Walau jarang menimbulkan gejala, sindrom ini dapat memburuk seiring berjalannya waktu. 

Identifikasi gejala dan pengobatan sedini mungkin dapat membuat Empty Sella Syndrome lebih terkontrol. Meski demikian, komplikasi akibat masalah aliran cairan serebrospinal berisiko menyebabkan efek samping serius hingga fatal. 

Apa itu Empty Sella Syndrome?

Empty Sella Syndrome (ESS) yang juga disebut sebagai sindrom sella kosong adalah kondisi ketika kelenjar pituitari menyusut atau menjadi rata. Gangguan ini melibatkan sella tursika, struktur tulang berbentuk pelana di dasar otak yang mengelilingi dan melindungi kelenjar pituitari.

Penyusutan pada kelenjar pituitari menyebabkan area ini gak terlihat saat pemindaian MRI. Akibatnya, tampak seperti sella yang kosong. Namun, di dalam sella sebenarnya ada cairan serebrospinal (CSF) yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang

Ketika seseorang mengalami Empty Sella Syndrom, maka CSF yang bocor ke dalam sella tursika, lalu menyebabkan tekanan pada hipofisis. Akibatnya, kelenjar di sepanjang dinding interior rongga sella tursika menjadi datar seperti menghilang. 

Penyebab Empty Sella Syndrome

ilustrasi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Penyakit Empty Sella Syndrome sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni primer dan sekunder. Pada ESS primer, ahli belum menemukan penyebab pasti alias idiopatik. Namun, beberapa mengaitkan kondisi ini dengan cacat lahir, karena adanya sobekan pada pembungkus otak. 

Dilansir National Institute of Neurological Disorder and Stroke, ESS primer sering dijumpai pada individu dewasa dan perempuan. Kondisi kesehatan ini juga sering dikaitkan dengan obesitas dan tekanan darah tinggi.

Selain itu, beberapa kasus terjadi juga akibat kelenjar pituitari yang lebih kecil dari ukuran seharusnya. Kondisi ini disebabkan adanya gangguan kesehatan pseudotumor cerebri atau tumor otak palsu akibat tekanan tinggi di dalam tengkorak. 

Adapun penyebab Empty Sella Syndrome sekunder adalah gangguan pada kelenjar pituitari atau sella tursika. Hal ini terjadi akibat kemunduran kelenjar pituitari di dalam rongga setelah seseorang mengalami cedera, pembedahan, atau terapi radiasi, dan kondisi kesehatan otak lainnya. 

Baca Juga: Sindrom Vena Cava Superior: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Gejala Empty Sella Syndrome

Seseorang yang mengalami Empty Sella Syndrome primer bisa jadi memiliki kadar hormon prolaktin tinggi. Akibatnya, beberapa fungsi normal testis dan ovarium pun ikut terganggu.

Adapun ESS sekunder kadang dapat menimbulkan gejala yang mencerminkan hilangnya fungsi hipofisis. Termasuk berhentinya periode menstruasi, infertilitas, kelelahan, dan intoleransi terhadap stres atau infeksi.

Pada anak-anak, ESS dapat dikaitkan dengan pubertas dini, defisiensi hormon pertumbuhan, tumor hipofisis, atau disfungsi kelenjar hipofisis. Selain itu, gejala yang lebih jarang muncul, melansir Medical News Today termasuk:

  • Perasaan tertekan di dalam tengkorak
  • Cairan tulang belakang bocor dan mengalir melalui hidung
  • Pembengkakan di mata
  • Penglihatan kabur

Sindrom sella kosong umumnya gak menimbulkan gejala di atas. Bahkan kalau terjadi, jarang dikenali sebagai tanda-tanda Empty Sella Syndrome atau disalahartikan gangguan kesehatan biasa. 

Diagnosis Empty Sella Syndrome

ilustrasi pemindaian otak (pexels.com/Anna Shvets)

Dokter mungkin gak akan memberikan diagnosis hingga menjalankan pemindaian MRI atau computerized tomography (CT scan). MRI dilakukan dengan menggunakan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk membuat ilustrasi detail bagian dalam otak.

Adapun CT scan dilakukan untuk mengambil gambar dari beberapa sisi dan menyatukannya untuk memuat ilustrasi lebih lengkap. Pada tes ini, umumnya fungsi hipofisis diketahui normal.

Pemindaian lainnya juga dilakukan guna memastikan kelenjar pituitari bekerja secara normal. Selain itu, tes tekanan tinggi di otak dilakukan dengan pemeriksaan retina oleh dokter mata serta cek pungsi lumbal atau spinal tap.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya