Apa Itu Anemia Aplastik? Ini Penyebab hingga Pengobatannya

Sumsum tulang belakang tak mampu memproduksi sel darah baru

Intinya Sih...

  • Anemia aplastik disebabkan ketidakmampuan sumsum tulang belakang memproduksi sel darah baru.
  • Anemia aplastik memengaruhi produksi tiga sel darah utama: eritrosit, limfosit, dan platelet.
  • Faktor penyebab anemia aplastik meliputi perawatan radiasi, paparan bahan kimia beracun, penggunaan obat-obatan tertentu, gangguan autoimun, infeksi virus, kehamilan, dan faktor yang tidak diketahui.

Anemia umumnya adalah gangguan kesehatan yang disebabkan karena kurang darah. Terbagi menjadi beberapa jenis, apakah kamu tahu mengenai anemia aplastik? Bukan, anemia ini tidak ada hubungannya dengan "plastik".

Berbeda dengan jenis anemia lainnya, anemia aplastik memang langka dan bisa menyerang kelompok usia berapa pun dengan tingkat keparahan ringan hingga parah. Apa yang perlu kamu tahu tentang anemia aplastik? Simak fakta selengkapnya!

1. Definisi

Seperti anemia pada umumnya, anemia aplastik adalah kondisi kekurangan darah. Pada anemia jenis ini, penyebabnya adalah ketidakmampuan sumsum tulang belakang untuk memproduksi sel darah baru. Inilah kenapa anemia aplastik juga disebut "kegagalan sumsum tulang belakang".

Bukan cuma satu, anemia aplastik memengaruhi produksi tiga sel darah utama pada manusia, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (limfosit), dan keping darah (platelet).

2. Jenis

Apa Itu Anemia Aplastik? Ini Penyebab hingga Pengobatannyailustrasi anemia (freepik.com/cookie_studio)

Sel punca (stem cell) pada sumsum tulang belakang menghasilkan eritrosit, limfosit, dan platelet. Akan tetapi, stem cell pada pasien anemia aplastik mengalami kerusakan. Akibatnya, sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau hanya mengandung sedikit sel darah (hipoplastik).

Anemia aplastik dapat dibagi menjadi dua jenis:

  • Anemia aplastik turunan.
  • Anemia aplastik yang diperoleh.

Anemia aplastik turunan disebabkan oleh kecacatan genetik yang umumnya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Pasien anemia aplastik turunan lebih rentan terkena leukemia dan kanker lain.

Anemia aplastik juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang merusak sumsum tulang.

Faktor-faktor yang dapat merusak sumsum tulang belakang dan memengaruhi produksi ketiga sel darah tersebut mencakup:

  • Perawatan radiasi dan kemoterapi: Sementara terapi melawan kanker membunuh sel-sel kanker, radiasi dan kemoterapi juga dapat merusak sel-sel sehat, termasuk stem cell di sumsum tulang belakang.
  • Paparan bahan kimia beracun: Bahan yang digunakan dalam pestisida dan insektisida, benzena, serta bensin telah dikaitkan dengan anemia aplastik. Jenis anemia ini dapat membaik dengan menghindari paparan terhadap bahan kimia yang menyebabkannya.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu: Obat untuk artritis reumatoid dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan anemia aplastik.
  • Gangguan autoimun: Sistem imun dapat menyerang sel-sel sehat, dan mungkin menyerang juga stem cell di sumsum tulang belakang.
  • Infeksi virus: Virus yang dapat dikaitkan dengan anemia aplastik termasuk hepatitis, Epstein-Barr, sitomegalovirus (CMV), parvovirus B19, dan human immunodeficiency virus (HIV).
  • Kehamilan: Sistem kekebalan ibu hamil dapat menyerang sumsum tulang belakang selama kehamilan.
  • Faktor yang tidak diketahui: Dalam banyak kasus, penyebab anemia aplastik tidak diketahui (anemia aplastik idiopatik).

3. Gejala

Perlu diketahui, ketiga sel darah yang terpengaruh oleh anemia aplastik memiliki tugas berbeda-beda. Eritrosit mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, sementara limfosit memerangi infeksi, dan platelet mencegah pendarahan.

Oleh karena itu, gejala-gejala anemia aplastik tergantung dari jumlah sel darah mana yang minim. Berbagai gejala anemia aplastik berdasarkan sel darah yang terdampak di antaranya: 

Eritrosit rendah

  • Kelelahan.
  • Sesak napas
  • Pusing.
  • Warna kulit berubah pucat.
  • Sakit kepala.
  • Sakit dada.
  • Detak jantung tak teratur.

Limfosit rendah

  • Rentan terkena infeksi.
  • Demam.

Platelet rendah

  • Mudah mengalami memar dan pendarahan.
  • Sering mimisan.

Bisa datang secara bertahap atau tiba-tiba, gejala anemia aplastik dapat memengaruhi orang secara berbeda-beda. Beberapa pasien mengalami gejala ringan yang dapat dikendalikan, sementara beberapa lainyya mengalami gejala parah dan memerlukan intervensi medis sesegera mungkin.

Baca Juga: Anemia Sel Sabit: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

4. Diagnosis anemia aplastik

Apa Itu Anemia Aplastik? Ini Penyebab hingga Pengobatannyailustrasi tes darah (pexels.com/Artem Podrez)

Jika mengalami gejala-gejala di atas, segera berkonsultasi dengan dokter. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat kesehatan.

Ada dua tes yang digunakan untuk mendeteksi anemia aplastik:

  • Pemeriksaan darah lengkap (CBC) untuk melihat kadar eritrosit, limfosit, dan platelet. Jika ketiga sel darah rendah, kemungkinan besar pasien mengalami pansitopenia (kondisi yang ditandai oleh adanya anemia, leukopenia, dan trombositopenia, dengan segala manifestasinya).
  • Mengambil sampel atau biopsi sumsum tulang belakang. Ini bisa diambil dari tulang panggul atau pinggul. Setelahnya, sampel tersebut akan diperiksa. Jika pasien menderia anemia aplastik, sumsum tulang tidak akan memiliki stem cell yang khas.

Anemia aplastik dapat memiliki gejala yang serupa dengan kondisi medis lain. Oleh karena itu, dokter perlu mengeliminasi kemungkinan penyebab lainnya.

Beberapa kondisi yang gejalanya mirip anemia aplastik meliputi sindrom myelodysplastic dan hemoglobinuria nokturnal paroksismal.

Selain itu, ada beberapa kondisi penyerta yang dapat memperbesar risiko berkembangnya anemia aplastik, seperti:

  • Sindrom ataksia-pansitopenia.
  • Anemia Fanconi.
  • Sindrom Schwachman-Diamond.
  • Penyakit telomer.

Jika terdeteksi dengan satu dari empat kondisi tersebut, biasanya dokter sudah akan bersiap-siap kalau anemia aplastik muncul sewaktu-waktu.

5. Pengobatan

Ada dua sasaran dari pengobatan anemia aplastik, yaitu mengurangi gejala dan merangsang sumsum tulang belakang untuk memproduksi tiga sel darah baru.

Jadi, cara pertama untuk mengobati anemia aplastik adalah dengan transfusi darah untuk menaikkan kadar eritrosit dan platelet. Meski bukan obat absolut untuk anemia aplastik, transfusi eritrosit dan platelet dapat mengurangi gejala seperti kelelahan atau pendarahan.

Pengobatan juga dapat membantu. Obat stimulan untuk sumsum tulang belakang umum diberikan, yang tujuannya agar sumsum tulang belakang semakin terpicu untuk memproduksi tiga sel darah baru.

Dokter juga dapat meresepkan antibiotik karena rendahnya kadar limfosit dalam tubuh. Idealnya, antibiotik dapat melindungi pasien dari infeksi sampai pasien bisa memproduksi lebih banyak limfosit baru.

Karena anemia aplastik dapat disebabkan oleh sistem imun yang menyerang stem cell, dokter juga dapat meresepkan obat imunosupresan. Tercatat, sebanyak 2 dari 3 pasien anemia aplastik membaik setelah diberikan imunosupresan.

6. Transplantasi sumsum tulang belakang dan stem cell

Apa Itu Anemia Aplastik? Ini Penyebab hingga Pengobatannyatransplantasi sumsum tulang belakang (isthealth.com.tr)

Transplantasi sumsum tulang belakang amat direkomendasikan untuk anemia aplastik yang sudah parah pada pasien yang berusia muda. Dengan begitu, sumsum tulang belakang dapat memproduksi sel darah baru dalam jangka panjang.

Prosedur dimulai dengan meresepkan obat kemoterapi untuk menyingkirkan sel-sel sumsum tulang belakang abnormal. Kemudian, dokter akan memulai suntik transplantasi pada pasien anemia aplastik. Transplantasi dapat berasal dari:

  • Donasi sumsum tulang belakang.
  • Stem cell perifer.
  • Darah dari tali pusat.

Biasanya, donasi untuk transplantasi sumsum tulang belakang harus memiliki golongan darah dan pengaturan genetik yang sama. Umumnya, donasi datang dari anggota keluarga. Namun, tidak jarang donasi dapat datang dari orang lain yang ternyata cocok dengan pasien.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Apabila tidak diobati, anemia aplastik dapat menyebabkan komplikasi parah. Beberapa komplikasi klinis yang bisa terjadi antara lain:

  • Pendarahan.
  • Infeksi virus, bakteri dan jamur kronis.
  • Komplikasi jantung kronis (aritmia, gagal jantung).
  • Anemia aplastik berkembang jadi sindrom myelodysplastic atau leukemia akut.

Selain penyakit, perawatan anemia aplastik pun dapat memiliki efek samping. Salah satunya adalah penyakit graft versus host atau GVHD.

Gejala-gejala umum GVHD adalah:

  • Kulit melepuh.
  • Mual dan muntah.
  • Diare dan tinja berdarah.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Kelelahan kronis.
  • Kram perut.
  • Kerusakan pada organ hati.

Menurut sebuah penelitian, sebanyak 15 persen pasien anemia aplastik yang menerima terapi imunosupresan mengalami sindrom myelodysplastic dan leukemia myeloid akut.

8. Hidup dengan anemia aplastik

Apa Itu Anemia Aplastik? Ini Penyebab hingga Pengobatannyailustrasi beristirahat karena anemia (unsplash.com/Kinga Cichewicz)

Sementara menunggu harapan untuk pengobatan yang pasti, pasien anemia aplastik dapat melakukan beberapa hal agar terhindar dari komplikasi serius.

Pasien disarankan untuk:

  • Lebih sering beristirahat dan mencegah kelelahan akibat kurangnya eritrosit.
  • Menghindari olahraga kontak fisik agar tidak terluka dan mengalami pendarahan akibat kurangnya platelet.
  • Menjaga kebersihan diri dan menghindari kerumunan agar tidak terinfeksi virus dan bakteri dari lingkungan dan orang sekitar akibat kurangnya limfosit.

Pasien juga direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan dokter jika ingin bepergian dengan pesawat atau terpapar dengan lingkungan oksigen rendah. Dengan begitu, bisa dilakukan transfusi darah terlebih dulu.

Baca Juga: 5 Bahaya Anemia saat Hamil untuk Bumil dan Bayinya

Referensi

National Heart, Lung, and Blood Institute. Diakses pada April 2024. Aplastic Anemia.
WebMD. Diakses pada April 2024. What Is Aplastic Anemia?
Mayo Clinic. Diakses pada April 2024. Aplastic Anemia.
Cleveland Clinic. Diakses pada April 2024. Aplastic Anemia.
Medical News Today. Diakses pada April 2024. Aplastic anemia: Everything you need to know.
New England Journal of Medicine, Juli 2015. Somatic Mutations and Clonal Hematopoiesis in Aplastic Anemia.


Topik:

  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya