TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Rekomendasi Obat Keputihan yang Bantu Redakan Vagina Gatal

Konsultasikan dulu dengan dokter, ya

ilustrasi minum obat (freepik.com/freepik)

Keputihan yang sehat umumnya tidak berbau ataupun beraroma kuat. Perubahan tampilan, tekstur, bahkan munculnya rasa gatal karena keputihan bisa menandakan adanya infeksi vagina, melansir NI Direct.

Jika mengalaminya, maka beberapa pengobatan mungkin direkomendasikan oleh dokter. Obat keputihan dapat diresepkan dokter sesuai dengan diagnosis penyebabnya.

Rekomendasi obat keputihan

Penyebab paling umum dari keputihan yang menyebabkan gatal adalah akibat infeksi jamur atau bakteri, melansir Mayo Clinic. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan adanya infeksi lain, seperti penyakit menular seksual, yang menyebabkan perubahan keputihan.

Berdasar penyebab paling umum, berikut obat keputihan yang kerap digunakan sesuai dengan kondisi yang menyertainya. Cek, yuk!

1. Flucunazole 150 mg

ilustrasi Flucunazole 150 mg (dok. Kimia Farma)

Singkatnya, Flucunazole merupakan obat antijamur yang diperuntukkan mengatasi infeksi candida. Obat ini kerap diresepkan untuk mengatasi infeksi jamur pada vagina, bahkan mulut, tenggorokan, dan aliran darah.

Flucunazole termasuk dalam golongan obat antijamur imidazol sintetik. Cara kerja senyawa aktif tersebut adalah dengan menghambat enzim sitokrom P450 yang berperan biosintesis sterol jamur. Oleh karenanya, konsumsi obat ini dapat menghambat pertumbuhan jamur.

2. Metronidazole 500 mg

ilustrasi Metronidazole 500 mg (dok. First Medipharma)

Metronidazole merupakan obat keputihan jika penyebabnya adalah infeksi bakteri. Termasuk golongan antibiotik, Metronidazole bekerja dengan baik untuk mengatasi bakteri anaerob dan protozoa.

Obat ini kerap diresepkan untuk membantu mengatasi infeksi trichomonas vaginalis dan bakterial vaginosis. Meski demikian, penggunaannya harus dengan resep dokter, ya.

3. Flagyl Forte 500 mg

ilustrasi Flagyl Forte (dok. Sanofi)

Kandungan utama dari Flagyl Forte adalah metronidazole yang bekerja dengan berdifusi ke dalam organisme. Dengan demikian, konsumsi obat ini dapat menghambat sintesis protein dan memutus untai DNA bakteri.

FYI, obat ini dipasarkan dengan logo K merah yang berarti termasuk obat keras dan wajib pakai resep dokter. Dosis yang tidak sesuai dapat menyebabkan efek samping seperti pusing dan kantuk.

Baca Juga: 3 Obat Pencegah Kehamilan yang Bisa Jadi Kontrasepsi Darurat

4. Clotrimazole

ilustrasi Clotrimazole (dok. Mohnark Pharmaceuticals)

Kandungan utama ini sama seperti namanya, yakni clotrimazole. Dilansir NHS, clotrimazole membunuh jamur penyebab infeksi dengan membuat lubang pada membran. Alhasil, jamur mengalami kebocoran dan tidak dapat berkembang.

Berbeda dengan obat lain yang berbentuk konsumsi, Clotrimazole diberikan secara topikal. Tergolong obat keras, maka penggunaan obat ini hanya bisa dengan resep dokter, ya!

5. Flagyl Suspension

ilustrasi Flagyl Suspension (dok. Sanofi)

Obat keputihan berikutnya adalah Flagyl Suspension. Kandungan utama obat ini masih sama yakni metronidazole yang diresepkan untuk atasi keputihan akibat infeksi vulva dan vagina. Oleh karenanya, Flagyl Suspension termasuk antibiotik.

Serupa dengan yang lain, obat ini tergolong obat keras, ya. Konsumsi Flagyl Suspension untuk mengatasi keputihan hanya bisa dilakukan sesuai dengan resep dokter.

6. Dalacin C 150 mg

ilustrasi Dalacin C 150 mg (dok. Pfizer)

Dalacin C merupakan golongan obat anti bakteri dari Pfizer. Obat ini mengandung clindamycin yang bekerja dengan menghambat translokasi ribosom bakteri. Dengan demikian, bakteri tidak lagi memiliki kemampuan membuat protein dan bertahan hidup, melansir American Chemical Society.

Penggunaan Dalacin C harus berdasar resep dokter, ya. Jika kamu memiliki alergi senyawa clindamycin atau linkomycin maka perlu memberi tahu dokter. Pasalnya, obat ini mengandung senyawa tersebut yang dapat memicu reaksi alergi seperti pembengkakan hingga sesak napas.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya