TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Hipertensi Termasuk Penyakit Keturunan?

Apakah salah satu atau kedua ortu kamu punya hipertensi?

ilustrasi hipertensi atau tekanan darah tinggi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat umum. Penyakit ini sering kali membuat penderitanya berurusan dengan komplikasi berbahaya yang tak jarang mengancam nyawa.

Tekanan darah tinggi biasanya berkembang dari waktu ke waktu. Ini bisa terjadi karena pilihan gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak cukup melakukan aktivitas fisik secara teratur. Kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes dan obesitas, juga meningkatkan risiko hipertensi, mengutip Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Lantas, bagaimana dengan faktor genetik? Apakah hipertensi bisa diturunkan jika salah satu atau kedua orang tua memiliki kondisi ini? Cek jawabannya lewat uraian di bawah ini, ya!

1. Mengenal hipertensi familial

ilustrasi hipertensi (freepik.com/jcomp)

Hipertensi cenderung menjadi kondisi yang dikaitkan dengan gaya hidup sedenter (minim aktivitas fisik) atau penuaan. Akan tetapi, tekanan darah tinggi juga bisa menjadi kondisi genetik dan memengaruhi orang yang sehat dan bugar.

Orang tua dengan hipertensi bisa mewariskan gen kepada keturunannya, meningkatkan risiko orang tersebut mengembangkan hipertensi di masa mendatang. Kondisi yang disebut hipertensi familial ini juga bisa terjadi akibat gaya hidup keluarga yang mencakup faktor risiko hipertensi, seperti merokok atau pola makan yang tidak sehat.

Studi dalam jurnal Frontiers in Pediatrics tahun 2017 menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi dihasilkan dari kombinasi faktor, termasuk komponen genetik, lingkungan, dan perilaku. Tidak seperti beberapa penyakit dengan hanya satu atau beberapa gen sebagai faktor risiko, menurut studi dalam jurnal Nature tahun 2018 terhadap 750.000 orang, hipertensi familial dapat disebabkan oleh variasi ratusan gen yang berbeda. Hal ini membuat sulit untuk menentukan gen tertentu yang bisa menjadi target pengobatan.

Selain itu, keluarga juga bisa memengaruhi risiko hipertensi seseorang karena lingkungan tempat tinggal. Merokok atau bahkan menghirup asapnya bisa meningkatkan risiko hipertensi. Pola makan tinggi natrium dan lemak jenuh juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah. Jika aktivitas fisik dan kebiasaan tidur yang baik bukan bagian dari dinamika keluarga, tekanan darah juga dapat terdampak secara negatif.

Baca Juga: Hipertensi Sekunder: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

2. Hipertensi primer

Ilustrasi ibu yang melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan anak-anaknya (Pexels.com/Gustavo Fring)

Ada dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Dilansir Stanford Medicine, hipertensi primer adalah tekanan darah tinggi yang tidak berhubungan dengan kondisi medis lain. Sementara itu, hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kondisi medis lain, biasanya yang melibatkan ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin. Contohnya adalah sleep apnea, penyumbatan arteri ginjal, dan kadar hormon yang tidak biasa yang mengendalikan tekanan darah.

Sebuah laporan dalam World Journal of Cardiology tahun 2014 menyebutkan bahwa hipertensi primer dianggap sebagai penyakit dengan penyebab multifaktorial, yang artinya banyak faktor atau gabungannya yang menyebabkan penyakit.

Hipertensi primer disebabkan oleh beberapa faktor, baik genetik maupun lingkungan. Dari segi genetik, mutasi genetik, gen, dan faktor epigenetik bisa menyebabkan hipertensi primer.

3. Cek keluargamu segera

ilustrasi anak sedang memeriksa tekanan darah ibunya (pexels.com/Gustavo Fring)

Kalau ada anggota keluarga kamu yang memiliki hipertensi, maka kamu harus lebih waspada. Periksalah tekanan darah secara rutin dan ubah gaya hidup kamu menjadi lebih sehat.

Menurut laporan dalam jurnal Hypertension tahun 2008, hipertensi primer memiliki kemungkinan besar untuk diturunkan dalam keluarga sebesar 30–60 persen. Namun, hipertensi cenderung menjadi ciri yang sangat beragam pada individu. 

Dalam hal ini, konsep "fenotipe intermediet" dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko perkembangan hipertensi di masa depan dan konsekuensinya, bahkan pada individu yang saat ini memiliki tekanan darah yang masih dalam kisaran normal (prahipertensi).

4. Gender juga memengaruhi

ilustrasi perempuan dengan hipertensi (pexels.com/RDNE Stock project)

Siapa sangka jenis kelamin bisa memengaruhi hipertensi? Faktanya, perempuan lebih berisiko mengembangkan hipertensi secara genetik, seperti yang dilaporkan dalam jurnal Hypertension tahun 2021.

Perbedaan struktur genetik antara laki-laki dan perempuan juga memengaruhi ekspresi genetik terkait respons terhadap hipertensi. Berdasarkan studi, perempuan memiliki skor lebih tinggi dalam tes risiko poligenik daripada laki-laki.

Tes risiko poligenik merupakan penilaian risiko terhadap hipertensi yang didasarkan pada kombinasi dan beberapa variasi genetik. Dalam hal ini berarti jika ada laki-laki dan perempuan yang sama-sama memiliki orang tua yang memiliki hipertensi, maka perempuan akan memiliki kemungkinan yang lebih besar mengalami hipertensi pada usia muda daripada laki-laki.

Baca Juga: Anak Muda Rentan Kena Hipertensi? Ini Kata Dokter

Verified Writer

Masrurotul Hikmah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya