TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Metode Persalinan yang Kerap Diterapkan oleh Dokter

Ternyata selain caesar dan normal, ada metode yang lainnya, lho!

ilustrasi seusai proses persalinan (unsplash.com/Gabriel Tovar)

Proses persalinan setiap calon ibu berbeda-beda. Ada yang dapat melahirkan bayinya secara normal tanpa perlu operasi, akan tetapi ada pula yang membutuhkan bantuan medis dari dokter agar bayi dapat lahir dengan selamat.

Beberapa dari kita barangkali sudah sering mendengar proses operasi caesar. Namun, apakah kalian tahu bahwa dokter dapat melakukan metode atau teknik persalinan yang lain? Simak penjelasannya berikut ini, ya!

1. Induksi persalinan

ilustrasi ibu menggendong bayi seusai persalinan (unsplash.com/Olivia Anne Snyder)

Induksi persalinan diberikan oleh dokter kepada pasien supaya kontraksi uterus dapat terjadi sehingga pasien dapat melahirkan secara normal. Dikutip dari Mayo Clinic, dokter akan melakukan induksi persalinan bila pasien atau calon ibu mengalami hal seperti:

  • Tanda-tanda kelahiran atau kontraksi belum muncul dan usia kandungan sudah lewat 2 minggu dari tanggal yang telah diperhitungkan
  • Air ketuban pecah, tetapi kontraksi belum terjadi
  • Bakteri menginfeksi lapisan yang membungkus janin dan air ketuban yang dikenal dengan nama chorioamnionitis
  • Berat badan janin atau bayi kurang
  • Jumlah air ketuban yang kurang dari seharusnya (oligohydramnios)
  • Calon ibu mengalami diabetes sewaktu hamil
  • Mempunyai tekanan darah tinggi yang mengarah kepada preeklamsia
  • Memiliki riwayat obesitas dan sakit ginjal
  • Plasenta lepas dari lapisan dinding dalam uterus sebelum bayi lahir

2. Amniotomi

ilustrasi persiapan yang dilakukan oleh dokter sebelum proses persalinan (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Amniotomi adalah sebuah proses ketika dokter akan membuka kantong amnio atau amnio sac dengan kait khusus untuk operasi, supaya air ketuban keluar. Dilansir medicinenet, amniotomi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

  • Untuk mempercepat proses kelahiran terutama bila sebelumnya terjadi penundaan.
  • Membuka proses kelahiran
  • Untuk memasang alat monitor pada kepala bayi dan kemudian merekam denyut jantung bayi. Cara ini dilakukan bila proses kelahiran berisiko tinggi
  • Memeriksa air ketuban untuk mendeteksi apakah bayi mengalami kesulitan di dalam kandungan

Merujuk kepada sumber yang sama, metode amniotomi ini tidak dianjurkan bila bayi dan calon ibu memiliki kondisi seperti ini:

  • Pasien atau calon ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan HIV
  • Kehamilan kembar
  • Posisi bayi yang tidak wajar seperti sungsang, kaki atau pantat di dekat mulut rahim
  • Vasa previa yaitu pembuluh darah menutupi mulut rahim
  • Plasenta previa di mana plasenta di bawah rahim sehingga menutupi jalur kelahiran
  • Kondisi pasien dan bayi tidak memungkinkan untuk dilakukan proses kelahiran secara normal

Baca Juga: 6 Fakta Husband Stitch, Jahitan Ekstra setelah Persalinan

3. Forceps

ilustrasi proses kelahiran dengan forceps (ranzcog.edu.au)

Forceps adalah sebuah alat menyerupai gunting namun ujungnya berbentuk seperti sendok. Dokter akan menggunakan forceps untuk membantu proses kelahiran agar bayi dapat lahir dengan selamat dan kondisi ibu juga tetap terjaga dengan baik.

Laman The Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynaecologists (RANZCOG) menyebutkan forceps digunakan dengan alasan sebagai berikut:

  • Bayi tidak menunjukkan pergerakan seperti yang diharapkan saat proses kelahiran
  • Tim medis mempertimbangkan keselamatan bayi sehingga proses kelahiran harus dipercepat
  • Pasien atau calon ibu mengalami kesulitan untuk mendorong bayi keluar atau pasien diminta untuk tidak mendorong atau menekan saat proses kelahiran
  • Pasien atau calon ibu tidak dapat mendorong atau menekan secara efektif akibat dari pengaruh obat epidural

Sekadar informasi, dokter akan memberitahu pasien terlebih dahulu mengenai prosedur forceps dan memperoleh izin dari pasien beserta walinya. Dokter juga dapat memberikan obat anti sakit atau lokal anestesi sesuai dengan kebutuhan.

4. Vacuum extraction

ilustrasi proses kelahiran dengan vacuum extraction (dailypregnancytips.com)

Metode vacuum extraction dilakukan karena alasan yang tidak jauh berbeda dari metode forceps. Akan tetapi, dilansir Healthline, dokter pada umumnya memilih menggunakan vacuum extraction dibandingkan forceps karena tidak terlalu membutuhkan anestesi dan obat anti sakit. Kemudian risiko operasi sesar lebih rendah bila menggunakan metode vacuum dibandingkan forceps.

Merangkum dari laman Mayo Clinic, dokter akan menggunakan vacuum pada tahap kedua proses lahiran secara normal yaitu ketika pasien atau calon ibu sedang dalam kondisi mendorong. Dokter akan melakukan operasi caesar bila metode kelahiran yang menggunakan vacuum tidak berhasil.

Merujuk dari sumber yang sama, dokter tidak akan menggunakan metode ini bila bayi atau pasien mengalami kondisi seperti di bawah ini:

  • Usia kehamilan kurang dari 34 minggu
  • Kondisi kesehatan bayi yang mempengaruhi struktur tulang bayi sehingga tidak bisa menggunakan alat vacuum. Contohnya, hemophilia dan osteogenesis imperfecta
  • Posisi kepala bayi masih jauh dari mulut rahim
  • Letak posisi kepala bayi tidak diketahui
  • Letak bayi yang tidak wajar
  • Ukuran bayi yang terlalu besar

Baca Juga: 7 Pantangan Pasca Operasi Caesar, Biar Lekas Sembuh

Verified Writer

Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya