TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tanpa Sadar, Kamu Bisa Alami Sindrom Ini Setidaknya Sekali dalam Hidup

Apakah kamu pernah mengalami salah satunya?

pexels.com/BROTE Studio

Sindrom yang kita tahu sering kali disebabkan oleh kelainan genetik langka yang terlihat secara fisik. Sebut saja sindrom Down, sindrom Patau, atau sindrom Asperger.

Tak hanya penampilan, kadang penderitanya mengalami keterlambatan berpikir, sehingga perilakunya juga tidak biasa.

Secara arti, sindrom adalah sekelompok tanda atau gejala yang muncul bersamaan yang menggambarkan kelainan atau kondisi tertentu. Sindrom juga bisa berarti satu set hal bersamaan, meliputi emosi atau tindakan yang membentuk pola yang dapat diidentifikasi.

Dari situ, bisa diketahui bahwa sindrom tidak hanya diakibatkan oleh kelainan genetik. Lingkungan turut memengaruhi. Berikut ini adalah jenis sindrom yang mungkin secara alami bisa kamu alami setidaknya sekali seumur hidup.

1. Impostor syndrome

pexels.com/Karolina Grabowska

Tak asing dengan sindrom ini? Mengutip dari laman Medical News Today, impostor syndrome atau sindrom penyemu atau juga dikenal sebagai sindrom penipu (fraud syndrome) membuat seseorang meragukan pencapaian mereka sendiri dan takut dianggap melakukan plagiarisme oleh orang lain, atau takut dianggap sebagai penipu akan karyanya.

Terlepas dari pekerjaan atau status sosial, orang-orang dengan impostor syndrome dapat dialami siapa saja. Namun, sindrom ini dilaporkan paling banyak terjadi pada perempuan dengan karier gemilang.

Menurut sebuah studi berjudul "The Impostor Phenomenon" dalam jurnal "International Journal of Behavioral Science" tahun 2011, sekitar 70 persen manusia diperkirakan mengalami sindrom ini setidaknya sekali seumur hidup.

Baca Juga: 7 Fakta Sindrom Tangan Alien, Bikin Tanganmu Gerak Sendiri

2. Tourette syndrome

pexels.com/BROTE Studio

Pernah melihat seseorang yang tiba-tiba melakukan gerakan atau ucapan berulang di luar kendali (tic)? Ini merupakan tanda dari Tourette syndrome atau sindrom Tourette.

Dilansir dari laman WebMD, sindrom ini biasanya mulai terlihat sejak masa kanak-kanak. Tanda yang paling jelas yaitu gerakan berulang tak terkendali dan kedutan seperti mengedipkan mata, mengangkat bahu, bahkan melontarkan kata-kata kasar. Dalam hal ini faktor genetik dan lingkungan sangat berpengaruh.

Tic adalah gejala umum sindrom ini. Selain yang sudah disebut di atas, penderitanya juga bisa meringis, menyentakkan kepala, melompat, membersihkan tenggorokan (mendeham), batuk, bersiul, membuat suara dengan lidah, meniru suara binatang, dan lain-lain.

Mengutip laman National Institute of Neurological Disorders and Stroke, di Amerika Serikat (AS) sindrom ini menyerang lebih dari 200.000 orang. Sayangnya, sindrom ini tidak bisa disembuhkan. Namun, perawatan medis dapat mengontrol gejala tic agar tidak terlalu sering dan mengganggu, terutama saat bersosialisasi.

3. Broken heart syndrome

unsplash.com/Kat J

Dari namanya, rasanya kita semua pernah mengalaminya, ya? Namun, sebetulnya sindrom ini lebih dari sekadar perasaan sedih akibat patah hati. Pasalnya, kondisi ini berhubungan dengan jantung.

Sindrom patah hati (broken heart syndrome atau BHS) atau disebut juga kardiomiopati takotsubo adalah suatu bentuk kelainan pada sistem kardiovaskuler (jantung).

Dilansir dari WebMD, gejalanya sekilas mirip serangan jantung, tapi bukan disebabkan oleh penyumbatan arteri. Penyebabnya lebih pada peristiwa yang bikin stres secara emosional, misalnya kehilangan orang yang dicintai.

Faktor pemicunya juga bisa karena krisis finansial, bangkrut, terlibat perkara hukum, bicara di depan umum, atau bisa bisa juga stres fisik seperti tekanan kerja berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, mengidap penyakit berat dan menahun, nyeri berat, prosedur operasi selain jantung, dan lain-lain.

Kabar baiknya, sindrom ini dikatakan jauh lebih mudah disembuhkan daripada sakit jantung 'sungguhan' bila mendapatkan perawatan yang semestinya.

4. Chronic fatigue syndrome

pexels.com/Andrea Piacquadio

Chronic fatigue syndrome (CFS) atau sindrom kelelahan kronis tercatat banyak makan korban, misalnya saja di AS. Dilansir dari Healthline, menurut laporan tahun dari National Academy of Medicine, penderitanya berkisar 836 ribu-2,5 juta orang, dan 84-91 persen penderitanya belum terdiagnosis.

Gejala utamanya adalah rasa lelah sepanjang waktu, yang bisa mengurangi kualitas hidup penderitanya. Selain itu, penderita juga merasakan gejala seperti nyeri otot dan sendi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, gangguan tidur, pusing saat duduk atau berdiri, masalah psikologis (seperti emosi tak terkendali, cemas, dan sering panik), sakit tenggorokan, hingga pembengkakan kelenjar getah bening.

Gejala lain yang juga mungkin dialami adalah menggigil atau berkeringat pada malam hari, gangguan pencernaan, berdebar, serta kesemutan atau kebas di bagian tubuh tertentu.

Penyebab CFS belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risikonya. Misalnya kelemahan sistem kekebalan tubuh, penyakit autoimun, gangguan hormon tiroid, stres berlebihan, kanker, gangguan psikologis, serta infeksi virus dan bakteri. Pemeriksaan oleh sangat dibutuhkan untuk menentukan diagnosis.

Dokter biasanya akan memberikan diagnosis terkait sindrom ini jika gejala yang muncul bertahan setidaknya selama 6 bulan.

Baca Juga: Tahu Gak? Sindrom Patah Hati Bisa Picu Kanker Lho

Verified Writer

Nadiah Mai

Iya emang malu :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya