TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hepatitis A, Infeksi Organ Hati yang Bisa Dicegah dengan Vaksinasi

Ditetapkan sebagai KLB di Pacitan pada 25 Juni lalu

IDN Times/Nena Zakiah

Surabaya, IDN Times - Hepatitis A menjadi perhatian khusus semenjak ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Pacitan pada 25 Juni silam. Berdasarkan data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, ada total 975 orang yang terinfeksi virus hepatitis A di Kabupaten Pacitan.

Atas dasar itu, Kelompok Studi Imunisasi Surabaya mengadakan Media Conference bertajuk Cegahlah Penyakit dengan Imunisasi yang diselenggarakan pada Kamis (1/8) di HARRIS Hotel & Conventions Gubeng, Surabaya. Simak detail pemaparannya di bawah ini!

1. Mengenal lebih dekat seputar virus hepatitis A

IDN Times/Nena Zakiah

Pemaparan dimulai oleh Dr. dr. Gatot Soegiarto, SpPD-KAI, FINASIM dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Ia menjelaskan bahwa hepatitis A disebabkan oleh virus yang berasal dari famili Picornaviridae, genus hepatovirus dan jenis virus RNA. Virus hepatitis A diekskresikan di feses dengan masa inkubasi antara 3-5 minggu.

"Virus ini ditularkan melalui jalur fekal-oral, yaitu dengan cara meminum air atau makan makanan yang tercemar virus HAV. Alhasil, virus ini dapat ditularkan melalui kontak antara satu individu ke individu lain," ungkap dr. Gatot.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa virus ini menyerang organ hati. Sel-sel imun berusaha mengeliminasi virus HAV, namun usaha itu menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada sel-sel hati. Dari sana, nama hepatitis diambil. Hepatitis berasal dari kata hepar (hati) dan itis (peradangan).

2. Hepatitis A berkaitan dengan masalah sanitasi dan kebersihan pribadi

IDN Times/Nena Zakiah

Hepatitis A memiliki keterkaitan erat dengan masalah kebersihan pribadi dan sanitasi, seperti higiene perorangan yang rendah, lingkungan yang kumuh, sanitasi yang buruk, kebersihan tempat umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Aktivitas seperti makan bersama berisiko menularkan hepatitis A. Selain itu, 45,5 persen sampel yang diwawancara mengaku masih menggunakan WC cemplung untuk BAB karena kekurangan air. Feses yang mengandung virus hepatitis A pun mengalir melalui air sungai yang dikonsumsi warga," jelas GitoHartono, SKM, MKes dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Tak hanya itu, 81,8 persen sampel tidak melakukan 6 langkah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Ini bukan hanya soal edukasi yang kurang, tetapi juga faktor minimnya air di daerah tersebut. Padahal, hepatitis A terkait dengan sanitasi dan kebersihan seseorang.

3. Seperti apa gejala hepatitis A?

IDN Times/Nena Zakiah

Ada beberapa gejala hepatitis A yang bisa dideteksi. Dr. dr. Gatot Soegiarto, SpPD-KAI, FINASIM memberi rincian gejalanya. Di antaranya adalah mengalami demam, mual, muntah, nyeri perut, nyeri kepala dan bola mata menjadi kuning. Lebih lanjut, hepatitis A juga menyebabkan kelelahan, kehilangan nafsu makan dan urine jadi berwarna pekat.

Pernyataan dr. Gatot disambung oleh Dr. dr. Dominicus Husada, SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Kelompok Studi Imunisasi Surabaya. Ia menyebut bahwa hepatitis A menyebar lewat mulut dan jalur pencernaan. Orang bisa tertular karena mengonsumsi sesuatu yang tidak bersih.

Baca Juga: Pencabutan Status KLB Hepatitis A di Pacitan Tunggu 100 Hari  

4. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan hepatitis A

IDN Times/Nena Zakiah

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan hepatitis A, yakni memastikan bahwa kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan sudah baik. Hal sederhana seperti mencuci tangan sebelum makan pun bisa mencegah virus hepatitis A masuk ke dalam tubuh kita.

Cara lainnya adalah meningkatkan kebersihan tempat-tempat umum, seperti depot, rumah makan atau kantin. Bagi para pelaku bisnis, jangan lupa meningkatkan kebersihan pengelola makanan di dapur. Hal yang sama juga berlaku untuk skala rumah tangga.

"Paling penting, jangan lupa melakukan vaksinasi hepatitis A," tegas dr. Gatot.

5. Kilas balik mengenai kasus hepatitis A di Indonesia

IDN Times/Nena Zakiah

Kini, giliran Gito Hartono, SKM, MKes menjelaskan tentang data hepatitis A di Indonesia. Beberapa kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A dilaporkan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Bogor, Jawa Barat di tahun 1998, Jember dan Bondowoso, Jawa Timur tahun 2006, Tangerang, Banten di tahun 2007 dan Yogyakarta di tahun 2008.

Selain itu, hepatitis A juga terjadi di Ngawi, Jawa Timur di tahun 2009, DI Yogyakarta di September 2018 yang terjadi pada 50 orang serta kembali terjadi di Januari 2019 dan menjangkiti 30 orang. Paling baru, hepatitis A menyerang penduduk Pacitan, Jawa Timur dan ditetapkan sebagai KLB pada 25 Juni 2019.

"Hepatitis yang menjadi endemik dan menimbulkan KLB adalah hepatitis A. Namun, vaksin hepatitis A belum menjadi program rutin pemerintah, beda dengan hepatitis B. Padahal, kejadian hepatitis A di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia," jelas Gito Hartono.

6. Pentingnya vaksinasi untuk mencegah hepatitis A

IDN Times/Nena Zakiah

Hepatitis A dicegah dengan cara melakukan vaksinasi. Vaksin bisa mulai diberikan pada usia 1 atau 2 tahun. Vaksin ini berisi virus hepatitis A yang tidak aktif untuk menstimulasi sistem imun tubuh dan diberi dengan 2 kali suntikan. Dosis yang direkomendasikan ialah 2 dosis dan dosis kedua diberikan sekitar 6 bulan setelah dosis pertama.

Siapa yang wajib memperoleh vaksin? Di antaranya adalah:

  • Semua anak berusia 12-24 bulan
  • Orang dewasa yang belum punya kekebalan dan punya risiko terinfeksi
  • Wisatawan, baik nusantara atau mancanegara
  • Semua pasien dengan hepatitis B atau C
  • ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
  • MSM (laki-laki yang berhubungan badan dengan sesamanya)
  • IVDU (intravenous drug user)

7. Herd immunity menyebabkan virus sulit menyebar

IDN Times/Nena Zakiah

Berbicara soal vaksin, tak lepas dari herd immunity. Jika vaksinasi dilakukan pada 75 persen masyarakat, maka virus akan sulit untuk menyebar. Ini karena orang dengan kekebalan tubuh kuat akan melindungi mereka dengan sistem imun lemah atau yang tak dilindungi oleh vaksin.

"Virus hanya bisa menular ke orang dengan kekebalan rendah, tetapi orang dengan sistem imun kuat akan terlindungi oleh herd immunity. Dengan adanya herd immunity, bangsa Indonesia diharapkan lebih sehat dan bisa melanjutkan pembangunan," terang Dr. dr. Gatot Soegiarto, SpPD-KAI, FINASIM.

Senada dengan dr. Gatot, Prof. Dr. dr. Ismoedijanto, DTM&H., SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jawa Timur pun memaparkan pendapatnya. Ia menyebut bahwa imunisasi bisa menurunkan angka kematian sekaligus menurunkan kejadian wabah penyakit.

Menurutnya, imunisasi tak hanya sekadar tindakan medis tapi juga memberikan nilai untuk kehidupan. Jadi, masih ragu untuk melakukan vaksin dan imunisasi?

Baca Juga: 6 Cara Mencegah Diri Tertular Penyakit Hepatitis A

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya