TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Miom atau Fibroid Rahim: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Umum ditemui pada perempuan usia reproduktif

ilustrasi miom (toplinemd.com)

Ada beberapa penyakit yang rentan dialami oleh perempuan. Salah satunya adalah miom atau fibroid rahim (uterine fibroids). Ini adalah tumbuhnya tumor otot (yang hampir selalu jinak) di dinding rahim.

Kenali miom atau mioma lebih jauh, mulai dari penyebab, gejala, faktor risiko, hingga pengobatannya. Protect yourself, Sis!

1. Apa itu miom?

ilustrasi miom atau fibroid rahim (news-medical.net)

Menurut keterangan dari National Institute of Child Health and Human Development, fibroid rahim atau leiomyoma (miom) merupakan tumor yang tersusun dari sel otot polos (fibroblas) yang tumbuh di dalam atau di dinding rahim. Tumor ini sifatnya jinak alias non-kanker.

Ukuran miom bervariasi, dari sekecil biji apel sampai sebesar jeruk bali. Yang jelas, miom bisa tumbuh sebagai tumor tunggal atau bisa menyebar dalam jumlah banyak di rahim, mengutip laman Office on Women's Health.

Miom paling sering ditemui pada perempuan berusia 40-an dan awal 50-an. Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal BJOG di tahun 2017, terdapat 217-3.745 kasus fibroid rahim per 100.000 perempuan per tahun.

Sebagai informasi, tiga jenis miom yang paling umum berdasarkan letaknya ialah intramural (tumbuh di dinding otot rahim), submukosa (berada di rongga rahim), dan subserosal (berada di bagian luar rahim), dilansir American Fibroid Centers.

2. Apa penyebab miom?

ilustrasi miom atau fibroid rahim (fibroidexpert.com)

Sebenarnya, dokter tidak mengetahui secara pasti penyebab miom. Namun, kemungkinan miom berkembang dari sel induk di jaringan otot polos rahim (miometrium). Satu sel membelah terus-menerus lalu menciptakan massa kenyal yang berbeda dari jaringan di dekatnya, dikutip Mayo Clinic.

Selain itu, faktor-faktor lainnya ialah:

  • Perubahan genetik: jika diteliti lebih lanjut, terlihat perubahan genetik pada banyak miom yang membuatnya berbeda dari sel otot rahim normal.
  • Hormon: hormon progesteron dan estrogen yang merangsang perkembangan lapisan rahim setiap siklus haid sebagai persiapan untuk kehamilan diduga mendorong pertumbuhan miom. Terbukti, miom mengandung lebih banyak reseptor progesteron dan estrogen dibanding sel otot rahim normal.
  • Matriks ekstraseluler (ECM): ini adalah bahan yang membuat sel saling menempel. ECM meningkat pada miom dan membuatnya berserat.
  • Faktor pertumbuhan lain: zat yang membantu tubuh mempertahankan jaringan seperti growth factor yang mirip insulin bisa memengaruhi pertumbuhan miom.

Melansir Office on Women's Health, miom tumbuh cepat selama kehamilan di saat kadar hormon sedang tinggi-tingginya. Lalu, akan berhenti tumbuh, menghilang, dan ukurannya menyusut setelah menopause atau setelah kehamilan usai.

3. Apa saja faktor risiko miom?

ilustrasi perempuan paruh baya (theactivetimes.com)

Mau tahu, apa saja faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko pengembangan miom? Mengutip Office on Women's Health, berikut ini contohnya:

  • Usia: miom menjadi lebih umum ketika perempuan menua, terutama di usia 30-an hingga 40-an atau lebih. Setelah menopause, biasanya miom akan menyusut.
  • Ras: perempuan keturunan Afrika (negroid) lebih mungkin mengembangkan miom daripada perempuan kulit putih (kaukasoid).
  • Riwayat keluarga: mempunyai anggota keluarga dengan miom bisa meningkatkan risiko kita mengalami hal yang sama. Jika ibu kita memiliki miom, kita tiga kali lebih berisiko!
  • Kegemukan: perempuan yang kelebihan berat badan berisiko lebih tinggi mengembangkan miom. Jika massa tubuhnya sangat berat, risikonya 2-3 kali lebih tinggi dari rata-rata.
  • Kebiasaan makan: terlalu banyak makan daging merah (sapi, kambing, atau babi) dikaitkan dengan risiko miom yang lebih tinggi.

Baca Juga: Sulit Hamil? Mungkin PCOS Penyebabnya!

4. Seperti apa gejala yang bisa dikenali?

ilustrasi menstruasi yang deras (healthcentral.com)

Dalam sebagian kasus, miom tidak menimbulkan gejala sama sekali. Gejalanya sendiri dipengaruhi oleh lokasi, ukuran, dan jumlah miom. Berikut ini gejala yang bisa dikenali:

  • Sering buang air kecil
  • Nyeri punggung bawah
  • Perasaan penuh di sekitar panggul atau perut bagian bawah
  • Pembesaran pada perut bagian bawah
  • Menstruasi yang menyakitkan
  • Pendarahan haid yang hebat yang bisa menyebabkan anemia
  • Terkadang, muncul gumpalan (blood clots) ketika menstruasi berlangsung
  • Periode menstruasi yang panjang, hingga lebih dari seminggu
  • Sakit saat berhubungan seks
  • Sering buang air kecil dan kesulitan mengosongkan kandung kemih
  • Sembelit

5. Komplikasi apa yang mungkin terjadi?

ilustrasi pemeriksaan kehamilan (nps.org.au)

Mungkin, kita mengkhawatirkan miom akan berubah menjadi kanker. Faktanya, miom hampir selalu bersifat jinak (non-kanker). Namun, dalam kasus yang sangat jarang (kurang dari satu per 1.000 kasus) kanker (leiomyosarcoma) akan terjadi.

Di sisi lain, perempuan dengan miom lebih mungkin mengalami masalah selama kehamilan dan melahirkan. Masalah yang paling sering muncul ialah:

  • Enam kali lebih membutuhkan operasi sesar daripada perempuan tanpa miom.
  • Posisi bayi mungkin sungsang dan menyulitkan untuk persalinan pervaginam.
  • Abruptio plasenta atau solusio plasenta, di mana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum melahirkan dan akibatnya janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
  • Lebih mungkin mengalami persalinan prematur.
  • Bisa menyebabkan infertilitas dan keguguran pada kasus miom submukosa.

6. Bagaimana cara mendiagnosis miom?

ilustrasi pelvic exam (cancer.gov)

Dalam banyak kasus, miom mungkin ditemukan dalam pemeriksaan panggul (pelvic exam) yang bertujuan untuk memeriksa vagina, rahim, dan ovarium. Ketika pemeriksaan berlangsung, dokter akan merasakan benjolan yang tidak wajar di rahim, lalu menjelaskan ukurannya kepada kita.

Untuk memastikan itu miom atau bukan, beberapa tes pencitraan (imaging test) perlu dilakukan, seperti:

  • Ultrasound: menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar.
  • Magnetic resonance imaging (MRI): menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar.
  • Sinar-X: menggunakan radiasi untuk melihat ke dalam tubuh serta menghasilkan gambar.
  • Computed tomography (CT) scan: menggabungkan serangkaian gambar sinar-X yang diambil dari berbagai sisi tubuh.
  • Hysterosalpingogram (HSG): Menyuntikkan zat warna ke dalam rahim untuk mengambil gambar sinar-X.

Terkadang, diperlukan pembedahan untuk mengetahui secara pasti, contohnya:

  • Laparoskopi: membuat sayatan kecil di dinding perut, lalu memasukkan teropong yang panjang dan tipis ke dalamnya. Benda yang dimasukkan memiliki kamera dan cahaya. Tujuannya untuk melihat dengan jelas rahim dan organ lain.
  • Histeroskopi: teropong yang panjang dan tipis dimasukkan melalui vagina dan leher rahim ke dalam rahim. Tidak perlu sayatan untuk menjalankan prosedur ini. Selain miom, histeroskopi juga untuk melihat masalah lain seperti polip.

Baca Juga: Penyebab Kanker Rahim, Diidap Artis Purwaniatun Sebelum Meninggal

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya