TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Penyebab Pendarahan saat atau sesudah Berhubungan Seks

Ini penting untuk diketahui agar kamu tidak panik

ilustrasi pendarahan saat dan sesudah berhubungan seks (unsplash.com/Annie Spratt)

Pernahkah kamu mengalami pendarahan saat atau sesudah berhubungan seks? Tak perlu cemas, sebab hal ini cukup umum terjadi.

Berdasarkan penelitian dalam Journal of Menopausal Medicine tahun 2015, sekitar 63 persen perempuan pascamenopause mengalami perdarahan dan kekeringan vagina saat berhubungan seks.

Ada banyak penyebab mengapa terjadi pendarahan saat atau sesudah berhubungan seks, khususnya bagi perempuan. Ketahui lebih detail di sini!

1. Tanda penyakit menular seksual

ilustrasi pendarahan saat dan sesudah berhubungan seks (unsplash.com/M.)

Dilansir Netdoctor, pendarahan saat berhubungan seks bisa diakibatkan oleh penyakit menular seksual. Sebaiknya periksakan diri ke dokter karena bisa jadi ini merupakan pertanda klamidia atau gonore.

Sementara itu, mengutip Selfklamidia bisa menyebabkan servisitis atau radang serviks, yang membuat vagina menjadi sangat sensitif selama berhubungan seks dan memicu pendarahan setelahnya.

Tidak disarankan untuk menunda-nunda untuk memeriksakan diri ke dokter, sebab penyakit menular seksual bisa diobati. Makin dini dideteksi dan diobati, maka akan makin baik dan cepat pulih.

2. Ada polip yang tumbuh

ilustrasi perdarahan vagina (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ternyata, polip kecil di leher rahim bisa menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks. Kulit pada leher rahim menjadi sangat tipis dan bisa berdarah akibat polip.

Dilansir Verywell Health, pendarahan saat atau setelah berhubungan seks dipicu oleh pertumbuhan jinak pada serviks (polip serviks) atau uterus (polip endometrium). Polip serviks biasanya muncul pada perempuan berusia 40-50 tahun.

Di sisi lain, bentuk polip uterus adalah benjolan lunak jaringan yang menonjol dari dalam rahim. Polip uterus umumnya berkembang pada perempuan berusia 36-55 tahun. Meski sebagian besar besar polip bersifat jinak, tetapi bisa berkembang menjadi kanker.

Baca Juga: Keputihan dengan Cairan Berwarna Hijau, Apa Penyebabnya?

3. Dipicu oleh ragi dan infeksi bakteri

ilustrasi perempuan yang mengalami infeksi jamur di vagina (flickr.com/Brian Dates)

Mengutip Cosmopolitan, infeksi ragi atau jamur dan bakteri bisa memicu peradangan di jaringan halus yang melapisi pembuluh darah. Apabila jaringan ini meradang, maka pembuluh darah ini akan lebih rentan terhadap robekan mikro dan pendarahan. Ini umum terjadi pada perempuan di bawah usia 40 tahun setelah berhubungan seks.

Sebagai informasi, gejala infeksi ragi adalah keputihan dan gatal-gatal. Sementara itu, gejala infeksi bakteri ialah keluarnya cairan berbau busuk dan gatal. Infeksi ragi dapat diobati dengan obat antijamur dan infeksi bakteri memerlukan antibiotik secepatnya.

4. Disebabkan oleh vaginitis atrofi

ilustrasi celana dalam (pexels.com/Cliff Booth)

Perempuan yang memasuki fase pascamenopause kadar estrogennya akan berkurang dan menyebabkan dinding vagina menipis. Akibatnya, lendir yang dihasilkan sebagai pelumas untuk berhubungan seks menjadi lebih sedikit.

Kondisi tersebut disebut sebagai vaginitis atrofi yang ditandai dengan gatal dan rasa terbakar pada vagina. Tanpa pelumas, vagina akan kering, sakit, dan berdarah saat berhubungan badan. Vaginitis atrofi bisa diatasi dengan terapi estrogen, baik dalam bentuk pil, patch kulit, atau krim.

Umumnya, vaginitis atrofi dialami oleh perempuan berusia 45-55 tahun, mengutip Healthline. Perempuan yang lebih muda juga bisa mengalaminya, tetapi jarang terjadi perdarahan postcoital (perdarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual dan tidak berkaitan dengan menstruasi).

5. Diakibatkan oleh endometriosis

ilustasi sakit perut akibat endometriosis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ternyata, endometriosis bisa menyebabkan perdarahan vagina. Ini adalah kondisi di mana jaringan yang biasanya melapisi rahim ditemukan pada organ di luar rahim. Perempuan dengan endometriosis mengalami perdarahan tak teratur atau bercak darah setelah berhubungan seks.

Sementara itu, ciri khas endometriosis ialah hubungan seks dan orgasme yang menyakitkan serta pendarahan postcoital. Kondisi ini diatasi dengan terapi hormon yang efektif untuk mengurangi rasa sakit.

Rasa sakit akibat endometriosis juga bisa diatasi dengan mengganti posisi bercinta. Hindari posisi misionaris karena bisa menambah tekanan pada vagina.

6. Bisa jadi tanda kehamilan

ilustrasi test pack (freepik.com/jcomp)

Rupanya, menurut American Pregnancy Association, pendarahan setelah berhubungan seks bisa merupakan tanda kehamilan. Ini karena serviks sangat lunak dan sensitif selama kehamilan. Pendarahan ini umum terjadi pada trimester pertama.

Akan tetapi, kamu harus bisa membedakan pendarahan karena serviks sensitif dan keguguran. Pendarahan biasa hanya terjadi sesekali dengan intensitas ringan dan volume sedikit. Namun, jika pendarahan terjadi terus-menerus dengan intensitas berat dalam jumlah banyak, maka kamu perlu memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Baca Juga: 7 Macam Benjolan pada Vagina, Kenali Ciri-cirinya sebelum Terlambat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya