TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Risiko Penyakit selama Isolasi Diri dari COVID-19, Ubah Kebiasaanmu

Kurang bergerak dan makanan tidak sehat adalah pemicu utama

naludamagazine.com

Sudah berapa hari kamu mengisolasi diri sendiri di rumah karena COVID-19? Ada yang menjawab seminggu, ada pula yang mengaku telah mengarantina diri lebih dari dua minggu.

Anjuran physical distancing memang efektif untuk memutus rantai penyebaran SARS-CoV-2. Sebisa mungkin, jangan pergi ke mana-mana, kecuali jika ada keperluan mendesak.

Dengan mengisolasi diri di rumah, kita mungkin terhindar dari COVID-19. Tetapi, ada beberapa penyakit yang mengintai diam-diam jika kamu tidak menjaga pola hidup sehat, lho!

1. Tekanan darah tinggi

granthealth.org

Berdasarkan penelitian berjudul "Effect of Physical Activity on Controlling Blood Pressure among Hypertensive Patients from Mishref Area of Kuwait" yang diterbitkan di European Journal of General Medicine pada tahun 2010, kurang aktivitas fisik bisa memicu hipertensi yang tidak terkontrol. Penelitian ini melibatkan 240 pasien Kuwait yang didiagnosis dengan hipertensi.

Dari 240 pasien, 44,4 persen memiliki hipertensi yang tidak terkontrol. Rupanya, pasien ini dilaporkan kurang beraktivitas fisik.

Pasien yang berolahraga kurang dari 3 kali dalam seminggu memiliki risiko hipertensi tak terkontrol sebesar 8,34 persen. Untuk mencegahnya, lakukan olahraga ringan dan rutin dari rumah, ya!

2. Diabetes

webmd.com

Menurut penelitian berjudul "Physical Activity/Exercise and Diabetes: A Position Statement of the American Diabetes Association" yang diterbitkan di Diabetes Journals, memaparkan bahwa olahraga bisa mengontrol glukosa darah pada diabetes tipe 1, tipe 2, diabetes mellitus gestasional serta pradiabetes. Aktivitas fisik ini mencakup semua gerakan yang meningkatkan penggunaan energi.

Dari penelitian tersebut, disarankan untuk melakukan latihan aerobik. Ini karena aerobik melibatkan gerakan berulang yang baik untuk otot besar serta meningkatkan sensitivitas insulin.

Selain itu, aerobik bisa mengurangi resistensi insulin pada penderita diabetes tipe 1. Tidak hanya aerobik, penelitian itu juga menganjurkan agar penderita diabetes melakukan latihan interval intensitas tinggi alias high-intensity interval training (HIIT). Jangan malas bergerak, ya!

3. Obesitas

health.harvard.edu

Bayangkan, berhari-hari di rumah, jarang bergerak dan beraktivitas fisik dan makan 3 kali sehari, belum termasuk camilan. Angka di timbangan pun perlahan-lahan naik. Risiko obesitas pun akan menghantuimu. Hal ini pula yang ditegaskan oleh penelitian berjudul "The Role of Physical Activity and Exercise in Obesity and Weight Management: Time for Critical Appraisal" yang diterbitkan di Journal of Sport and Health Science pada Juni 2016.

Menurut penelitian tersebut, obesitas terjadi karena asupan energi berlebih yang bertahan dalam jangka waktu lama dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik. Terutama, saat makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari energi yang dikeluarkan. Obesitas bisa diatasi dengan aktivitas fisik serta diet yang tepat. Perbanyak konsumsi sayur dan buah, kurangi konsumsi gula.

Baca Juga: 10 Penyakit Ini Bisa Dicegah dengan Berhubungan Seks, Bercinta Sehat!

4. Penyakit jantung

blogdokter.net

Berdasarkan penelitian berjudul "Exercise Benefits in Cardiovascular Disease: Beyond Attenuation of Traditional Risk Factors" yang dipublikasikan di Nature Reviews Cardiology, menganjurkan kita untuk beraktivitas fisik atau berolahraga karena baik bagi kesehatan jantung. Penelitian ini menyarankan kita untuk berolahraga 150 menit per minggu atau setara dengan 20 menit per hari agar kesehatan jantung tetap terjaga.

Disarankan untuk melakukan kombinasi latihan daya tahan (seperti jogging, bisa dengan berkeliling di dalam rumah ataupun di luar ruangan dengan menghindari keramaian) dan latihan kekuatan (angkat beban). Sementara, tidak dianjurkan untuk latihan ketahanan dalam durasi terlalu panjang, seperti ultra maraton. Sebab, latihan ini bisa meningkatkan risiko risiko fibrilasi atrium dan perubahan pada jantung. Olahraga dengan durasi sewajarnya saja, ya!

5. Infeksi pencernaan

clevelandclinic.org

Saat sedang menjalani masa karantina, pilihan makanan yang kita miliki terbatas. Bisa jadi, kita akan sering memakan mi instan karena praktis, murah, tahan lama dan mengenyangkan. Padahal, terlalu banyak makan mi instan bisa menyebabkan infeksi pencernaan, tegas Heidi Tyline King dalam laman Keck Medicine of USC (University of Southern California).

Padahal, mi instan biasanya diawetkan dengan Tersier-butil hidrokuinon (TBHQ) dan sulit dicerna oleh sistem pencernaan kita. TBHQ sendiri merupakan produk berbasis minyak yang menghambat penyerapan nutrisi dari makanan lain. Jangan jadikan mi instan sebagai makanan pokok, utamakan makanan segar yang bergizi seimbang sebagai asupan utama kita.

6. Mata tegang

wsaw.com

Saat sedang mengisolasi diri, kita menghabiskan waktu seharian untuk chatting di media sosial, menonton film atau bermain game. Berdasarkan riset dari The Vision Council, 59 persen orang yang menggunakan komputer dan perangkat digital lain mengalami gejala mata tegang.

Ciri-cirinya adalah mata lelah, tidak nyaman, mata kering, penglihatan kabur, sakit kepala, sakit leher dan bahu serta mata merah dan berkedut. Solusinya, batasi penggunaan gadget, misalnya hanya 3 jam dalam sehari. Kamu juga bisa log out dari Instagram dan Twitter. Selain itu, alihkan pandangan selama 20 detik dari layar setiap 20 menit sekali sebagai pencegahan dari mata tegang.

7. Masalah pada otot dan sendi

brunet.ca

Terlalu sering duduk dengan posisi tegak bisa menyebabkan masalah pada otot dan sendi. Dua penyakit yang timbul akibat kebiasaan ini adalah osteoartritis dan rheumatoid arthritis. Osteoartritis terjadi ketika tulang rawan di antara sendi melemah. Akibatnya, terjadi kekakuan dan ketidaknyamanan pada sendi.

Sementara, rheumatoid arthritis memengaruhi sendi dan terjadi karena kebiasaan duduk terlalu lama. Jika kebiasaan ini diteruskan, sendi tak hanya jadi kaku dan nyeri, tetapi otot bisa memendek. Sebagai langkah pencegahan, lakukan peregangan setiap dua jam sekali, terutama pada jempol, leher, pinggang, punggung, lengan dan kaki.

Baca Juga: 7 Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya