TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Retardasi Mental pada Anak

Anak dengan retardasi mental perlu penanganan khusus

ilustrasi anak bermaim (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Secara istilah, retardasi mental kerap disebut sebagai keterbelakangan mental, cacat mental, atau tuna grahita (tuna: merugi; grahita: pikiran).

Menurut Manual on Terminology and Classification in Mental Retardation, retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial dan bermanifestasi selama masa perkembangan.

Kelainan ini muncul pada periode perkembangan, yaitu mulai dari lahir sampai usia 18 tahun. Adanya penurunan fungsi intelektual dinilai tidak hanya melalui uji intelegensia, tetapi juga berdasarkan temuan klinis, perilaku adaptif, dan hasil tes psikometrik.

Baca Juga: 7 Cara Melatih Fokus Anak ADHD, Bisa dari Hal Sederhana

1. Gejala

ilustrasi anak membaca buku (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gejala retardasi mental meliputi penurunan fungsi intelektual, gangguan berbahasa, gangguan motorik.

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders, retardasi mental dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Retardasi mental ringan dengan IQ 50–69

Dalam kategori ini, anak mengalami gangguan berbahasa. Meskipun demikian, kebanyakan anak masih mampu menguasai komunikasi sehari-hari, sehingga anak tersebut masih bisa mengurus kebutuhan diri sendiri, seperti makan, memakai baju, dan mengontrol buang air, walaupun memiliki gangguan berbahasa.

Kesulitan utama yang dialami anak justru berkaitan dengan hal-hal yang bersifat akademik, misalnya mengenai pekerjaan sekolah yang bersifat akademik. Kesulitan ini terjadi karena anak mengalami masalah dalam membaca dan menulis.

2. Retardasi mental sedang, dengan IQ 35–49

Dalam kategori ini, anak mengalami keterlambatan perkembangan dan penggunaan bahasa. Hal ini memengaruhi kemandiriannya.

Selain itu, perkembangan motorik anak juga mengalami perlambatan, sehingga beberapa anak butuh pengawasan sepanjang hidup. Meskipun demikian, anak masih bisa mempelajari dasar-dasar membaca, menulis, dan menghitung.

Bisa juga ditemukan kondisi lain yang menyertai, seperti etiologi organik (kelainan organ), gangguan neurologis, dan gangguan jiwa lain. Namun, gangguan jiwa lain sulit ditegakkan diagnosisnya karena perkembangan bahasa anak yang terbatas.

3. Retardasi mental berat, dengan IQ 20–34

Kategori ini hampir mirip dengan kategori retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, adanya etiologi organik, kondisi penyerta, dan tingkat prestasi yang rendah.

Perbedaan utamanya adalah pada retardasi mental berat ditemukan adanya kerusakan motorik yang sangat mencolok atau adanya defisit neurologis lain. Hal ini menandakan adanya kerusakan yang bermakna di susunan saraf pusat.

4. Retardasi mental sangat berat, dengan IQ<20

Dalam kategori ini, kemampuan anak dalam memahami dan menuruti perintah dasar sangat terbatas. Selain itu, anak juga mengalami gangguan mobilitas akibat disabilitas neurologis. Temuan lainnya adalah adanya epilepsi dan ketidakmampuan melihat atau mendengar.

2. Penyebab

ilustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Lisa Fotios)

Retardasi mental berkaitan erat dengan proses tumbuh kembang anak yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Faktor lingkungan merupakan penyedia kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak. Kebutuhan dasar tersebut digolongkan menjadi tiga hal, yaitu kebutuhan fisis-biomedis (sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dasar, higiene, sanitasi, dan kesehatan jasmani); kebutuhan emosi atau kasih sayang; dan kebutuhan akan stimulasi mental. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjadi salah satu faktor penyebab retardasi mental.

Artikel berjudul "Retardasi Mental" dalam jurnal Sari Pediatri tahun 2000 menyebut bahwa retardasi mental dibagi menjadi dua tipe bila ditinjau dari penyebab secara langsung, yaitu disebabkan karena faktor biologis dan psikososial.

1. Retardasi mental tipe psikososial

Kategori ini berkaitan dengan kelas sosial yang rendah, biasanya berupa retardasi mental ringan yang diketahui pada usia sekolah dan tidak ditemukan kelainan fisik ataupun laboratorium. Hal yang mendasari terjadinya retardasi mental adalah kurangnya stimulasi mental pada anak.

2. Retardasi mental tipe biologis

Kategori ini biasanya berupa retardasi mental sedang hingga sangat berat yang telah tampak sejak lahir atau usia dini, dan disertai kelainan secara fisik. Penyebab retardasi mental tipe ini terbagi menjadi:

  • Pranatal (sebelum kelahiran): Kelainan kromosom, kelainan genetik/herediter, gangguan metabolik, sindrom dismorfik, infeksi intrauterine, dan intoksikasi.
  • Perinatal (saat proses kelahiran): Prematuritas, asfiksia, kernikterus, hipoglikemia, meningitis, hidrosefalus, dan perdarahan intraventrikular.
  • Postnatal (setelah kelahiran): Infeksi (meningitis, ensefalitis), trauma, kejang lama, dan intoksikasi (timah hitam, merkuri).

Baca Juga: 6 Cara Mencegah ISPA pada Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua

Writer

Neysa Ardrasheila Cesa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya