Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Retardasi Mental pada Anak
Anak dengan retardasi mental perlu penanganan khusus
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Secara istilah, retardasi mental kerap disebut sebagai keterbelakangan mental, cacat mental, atau tuna grahita (tuna: merugi; grahita: pikiran).
Menurut Manual on Terminology and Classification in Mental Retardation, retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial dan bermanifestasi selama masa perkembangan.
Kelainan ini muncul pada periode perkembangan, yaitu mulai dari lahir sampai usia 18 tahun. Adanya penurunan fungsi intelektual dinilai tidak hanya melalui uji intelegensia, tetapi juga berdasarkan temuan klinis, perilaku adaptif, dan hasil tes psikometrik.
Baca Juga: 7 Cara Melatih Fokus Anak ADHD, Bisa dari Hal Sederhana
1. Gejala
Gejala retardasi mental meliputi penurunan fungsi intelektual, gangguan berbahasa, gangguan motorik.
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders, retardasi mental dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Retardasi mental ringan dengan IQ 50–69
Dalam kategori ini, anak mengalami gangguan berbahasa. Meskipun demikian, kebanyakan anak masih mampu menguasai komunikasi sehari-hari, sehingga anak tersebut masih bisa mengurus kebutuhan diri sendiri, seperti makan, memakai baju, dan mengontrol buang air, walaupun memiliki gangguan berbahasa.
Kesulitan utama yang dialami anak justru berkaitan dengan hal-hal yang bersifat akademik, misalnya mengenai pekerjaan sekolah yang bersifat akademik. Kesulitan ini terjadi karena anak mengalami masalah dalam membaca dan menulis.
2. Retardasi mental sedang, dengan IQ 35–49
Dalam kategori ini, anak mengalami keterlambatan perkembangan dan penggunaan bahasa. Hal ini memengaruhi kemandiriannya.
Selain itu, perkembangan motorik anak juga mengalami perlambatan, sehingga beberapa anak butuh pengawasan sepanjang hidup. Meskipun demikian, anak masih bisa mempelajari dasar-dasar membaca, menulis, dan menghitung.
Bisa juga ditemukan kondisi lain yang menyertai, seperti etiologi organik (kelainan organ), gangguan neurologis, dan gangguan jiwa lain. Namun, gangguan jiwa lain sulit ditegakkan diagnosisnya karena perkembangan bahasa anak yang terbatas.
3. Retardasi mental berat, dengan IQ 20–34
Kategori ini hampir mirip dengan kategori retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, adanya etiologi organik, kondisi penyerta, dan tingkat prestasi yang rendah.
Perbedaan utamanya adalah pada retardasi mental berat ditemukan adanya kerusakan motorik yang sangat mencolok atau adanya defisit neurologis lain. Hal ini menandakan adanya kerusakan yang bermakna di susunan saraf pusat.
4. Retardasi mental sangat berat, dengan IQ<20
Editor’s picks
Dalam kategori ini, kemampuan anak dalam memahami dan menuruti perintah dasar sangat terbatas. Selain itu, anak juga mengalami gangguan mobilitas akibat disabilitas neurologis. Temuan lainnya adalah adanya epilepsi dan ketidakmampuan melihat atau mendengar.
Baca Juga: 6 Cara Mencegah ISPA pada Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.