TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Kaitan Nyeri Pasca Serangan Jantung dan Risiko Kematian

Waspadai nyeri pada tahun pertama setelah serangan jantung

ilustrasi serangan jantung (vecteezy.com/konggastudio)

Penyintas serangan jantung yang terus mengalami nyeri sedang hingga parah pasca serangan jantung lebih berisiko mengalami kematian dalam beberapa tahun ke depan.

Bahkan, tidak peduli apakah nyeri itu tidak terkait dengan serangan jantung, nyeri persisten lebih mungkin terkait dengan masalah kesehatan lainnya.

Hal tersebut diutarakan lewat sebuah studi dalam Journal of American Heart Association yang terbit pada 16 Agustus 2023. Secara khusus, peserta studi yang melaporkan nyeri ekstrem setelah serangan jantung dua kali lebih mungkin meninggal selama masa studi dibanding mereka yang melaporkan tidak mengalami nyeri.

Baca Juga: Panas Ekstrem Tingkatkan Risiko Serangan Jantung Fatal

Kaitan antara nyeri dan risiko kematian setelah serangan jantung

ilustrasi nyeri dada (freepik.com/cookie_studio)

Para peneliti di Swedia mengumpulkan data dari lebih dari 18.300 pasien usia di bawah 75 tahun yang melaporkan kejadian infark miokard (serangan jantung) antara tahun 2004 dan 2013.

Pasien yang diteliti pada waktu itu menunjukkan potensi faktor risiko kardiovaskular saat dibolehkan pulang dari rumah sakit berdasarkan Swedish Web System for Enhancement and Development of Evidence-Based Care in Heart Disease Evaluated According to Recommended Therapies (SWEDEHEART).

Tingkat nyeri dicatat satu tahun setelah keluar dari rumah sakit dan data dikumpulkan pada semua penyebab kematian hingga 8,5 tahun setelah kunjungan 1 tahun.

Hampir 1 dari 2 individu dalam penelitian ini melaporkan nyeri sedang atau ekstrem.

Orang-orang yang melaporkan nyeri, baik itu sedang atau ekstrem, pada 1 tahun berisiko lebih tinggi untuk kematian setelahnya. Orang-orang yang melaporkan nyeri memiliki beban faktor risiko kardiovaskular yang lebih besar, lebih banyak kondisi komorbiditas, dan kurang aktif secara fisik, yang semuanya dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kematian, mengutip Healthline.

Mereka yang melaporkan nyeri tingkat sedang satu tahun setelah serangan jantung mereka 35 persen lebih mungkin meninggal karena penyebab apa pun dalam waktu sekitar 8 tahun daripada orang yang melaporkan tidak ada rasa sakit.

Risiko kematian dua kali lebih tinggi di antara orang-orang yang mengalami nyeri yang luar biasa.

Dikatakan juga bahwa penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid atau opioid secara terus-menerus untuk pengendalian nyeri juga bisa berkontribusi terhadap peningkatan risiko. Meski begitu, penelitian tersebut tidak menyertakan informasi mengenai faktor risiko sosial ekonomi maupun jenis, dosis, dan frekuensi penggunaan obat nyeri.

Nyeri dan kesehatan kardiovaskular

ilustrasi jantung manusia (unsplash.com/jesse orrico)

Menurut laporan dalam European Journal of Preventive Cardiology tahun 2022, nyeri merupakan faktor risiko yang diketahui untuk penyakit kardiovaskular dan kematian secara keseluruhan. Akan tetapi, hubungan antara nyeri persisten pasca serangan jantung dan kematian belum pernah menjadi subjek studi skala besar.

Nyeri persisten setelah serangan jantung bukanlah hal asing. Para peneliti mengatakan bahwa hampir 45 persen peserta studi melaporkan nyeri tingkat sedang hingga ekstrem 1 tahun setelah serangan jantung.

Secara khusus, 65 persen peserta yang mengalami nyeri pada kunjungan tidak lanjut 2 bulan masih mengalami nyeri pada kunjungant tidak lanjut 12 bulan. Artinya, nyeri yang mereka rasakan persisten.

Dalam sebuah rilis untuk pers, Linda Vixner, P.T., Ph.D., penulis studi dan profesor ilmu kedokteran di School of Health and Welfare Dalarna University, Swedia, mengatakan bahwa penting untuk menilai dan mengenali nyeri sebagai faktor risiko penting kematian di masa mendatang.

"Selain itu, nyeri yang parah bisa menjadi hambatan potensial untuk rehabilitasi dan partisipasi dalam aktivitas pelindung jantung yang penting seperti olahraga teratur; penurunan atau kurangnya aktivitas fisik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko," kata Linda.

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Serangan Jantung Kedua

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya