TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Amankah Cabut Gigi saat Hamil? Ini Hal yang Perlu Diperhatikan

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan demi keamanan

ilustasi cabut gigi saat hamil (unsplash.com/Caroline LM)

Kehamilan bukanlah alasan untuk tidak kontrol rutin ke dokter, gigi. Apalagi fluktuasi hormonal selama hamil bisa membuat gusi sensitif dan menyebabkan sejumlah masalah gigi. Menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut, karena bila tidak maka dapat menyebabkan masalah di kemudian hari.

Meskipun membersihkan gigi atau scaling aman selama kehamilan, tetapi mungkin banyak ibu hamil yang bertanya-tanya tentang prosedur lainnya seperti cabut gigi. Bukan cuma cabut gigi, banyak pula khawatir prosedur yang mungkin dibutuhkan seperti anestesi, sinar-X, dan nyeri. 

Jadi, amankah cabut gigi saat hamil? Sebenarnya prosedur ini aman, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Perawatan gigi secara rutin sangat penting selama kehamilan

Selama kehamilan, perempuan memiliki risiko lebih tinggi terhadap gigi berlubang dan radang gusi. Perubahan hormonal membuat ibu hamil rentan terhadap pembengkakan dan peradangan pada gusi.

Selain itu, mual (morning sickness) yang parah dapat memasukkan bakteri abnormal ke mulut (atau ini bisa bikin ibu hamil tidak nyaman untuk menyikat gigi dan flossing karena refleks muntah).

Hal di atas mungkin terdengar sepele. Namun, apabila ini diabaikan, ini bisa berkembang menjadi masalah yang cukup besar. 

Selama masa hamil, kunjungan rutin ke dokter gigi sering kali bukan dianggap sebagai prioritas dan memilih untuk menundanya hingga setelah bayi lahir. Akan tetapi, menurut National Maternal and Child Oral Health Resource Center, ibu hamil yang mengalami gigi berlubang dapat memberikan bakteri kepada bayinya. Jadi, menjaga kesehatan gigi dan mulut tetap penting selama mengandung. 

2. Apa yang membuat gigi perlu dicabut saat hamil?

ilustrasi pemeriksaan gigi oleh dokter gigi (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Dokter gigi biasanya akan menyarankan untuk menunda pencabutan gigi pada ibu hamil. Dilansir FirstCry Parenting, ini karena dapat menyebabkan rasa sakit yang berlebihan dan stres, yang ini bisa berisiko untuk janin yang sedang tumbuh. Namun, dalam kasus infeksi atau radang gusi, pencabutan gigi darurat mungkin bisa dipertimbangkan.

Gejala yang mengindikasikan perlunya pencabutan gigi antara lain:

  • Nyeri hebat pada gusi dan gigi.
  • Pembusukan atau infeksi pada gigi.
  • Kesulitan makan.
  • Gusi bengkak atau meradang.
  • Kesulitan berbicara.
  • Gusi berdarah.

Terkadang ada sedikit risiko dalam menjalani prosedur medis selama kehamilan, tetapi manfaatnya lebih besar daripada risikonya. Dokter tentunya akan menimbang risiko tersebut dan mengevaluasi kondisi pasien, terlebih jika risiko infeksi yang terjadi di mulut dapat menyebar dan menyebabkan kondisi yang lebih parah.

Menambahkan dari Healthline, seseorang harus melakukan pencabutan gigi, bahkan selama kehamilan, jika:

  • Merasakan sakit parah yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.
  • Terdapat risiko infeksi.
  • Ada risiko kerusakan permanen pada gigi atau gusi.

3. Jadi, amankah cabut gigi saat hamil?

Secara umum, cabut gigi saat hamil aman, kecuali mungkin prosedur memutihkan gigi. Ini meliputi pencabutan gigi bungsu, meskipun kebanyakan dokter gigi lebih memilih untuk menunda prosedur ini karena kehati-hatian selama gigi bungsu tidak menyebabkan komplikasi.

Apabila gigi bungsu, atau gigi lainnya, memenuhi kriteria bahwa gigi perlu segera dicabut (seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya), maka pencabutan gigi dapat dilakukan.

4. Kapan pencabutan gigi aman untuk dilakukan?

ilustrasi pemeriksaan kehamilan (unsplash.com/CDC)

Kebanyakan dokter gigi tidak melakukan prosedur cabut gigi selama kehamilan kecuali dalam kondisi darurat. Saran populer adalah bahwa trimester kedua adalah waktu terbaik untuk prosedur gigi non darurat.

Trimester pertama selalu sedikit meragukan dalam hal keamanan karena ada begitu banyak perkembangan janin yang terjadi pada masa itu, dan pada trimester ketiga ibu hamil akan lebih merasakan ketidaknyamanan saat berbaring telentang. Berikut ini penjelasannya secara lebih rinci.

1. Trimester pertama

Karena trimester pertama adalah waktu yang penting untuk perkembangan bayi, umumnya tidak ada prosedur gigi yang dilakukan selama waktu ini. Jika ibu hamil memiliki kondisi gigi yang serius, tindakan terbaik adalah mengambil pengobatan rumahan dan menghindari obat-obatan.

2. Trimester kedua

Trimester kedua dianggap sebagai waktu teraman untuk cabut gigi karena sebagian besar organ bayi telah berkembang pada masa ini. Namun, kamu mungkin akan direkomendasikan untuk menunda prosedur lanjutan.

Jika ibu hamil mengalami sinkop (kehilangan kesadaran sementara atau sebagian) atau pusing, dokter gigi akan membaringkan ibu hamil ke sebelah kiri untuk mengurangi tekanan.

Ibu hamil mungkin mengalami sindrom hipotensi supine atau gangguan hipotensi telentang ketika ibu hamil duduk dalam posisi berbaring, karena tekanan yang diberikan oleh janin pada vena besar yang disebut vena cava interior. Dalam kasus ini, dokter gigi akan mengangkat pinggul sekitar 10 hingga 12 sentimeter (cm) di atas kursi.

3. Trimester ketiga

Karena ibu hamil mungkin merasa kesulitan untuk duduk dalam posisi diam untuk waktu yang lama, prosedur gigi tidak dianjurkan. Stres karena sakit juga bisa menyebabkan kelahiran prematur.

Apabila ibu hamil mengalami rasa sakit yang hebat yang membuat pencabutan gigi tidak terhindarkan, bulan pertama trimester ketiga biasanya dianggap aman. Jika tidak, dokter gigi akan merekomendasikan untuk menunggu sampai setelah melahirkan.

5. Apakah cabut gigi membutuhkan rontgen dan apakah itu aman untuk ibu hamil?

Biasanya dibutuhkan sinar-X atau rontgen sebelum gigi dicabut. Meskipun rontgen gigi biasanya ditunda hingga setelah melahirkan karena kehati-hatian, itu tidak berarti bahwa rontgen tidak aman.

Satu kali rontgen tidak mengandung radiasi pada tingkat yang dapat membahayakan ibu hamil maupun janinnya. Selain itu, dokter gigi akan memakaikan apron sinar-X, yang bertindak sebagai perlindungan yang baik terhadap risiko paparan yang sudah rendah.

Karena rontgen tidak esensial selama pemeriksaan dan pembersihan gigi rutin, dokter gigi biasanya melewatkan prosedur ini pada ibu hamil. Namun, apabila rontgen benar-benar dibutuhkan, ini tidak membahayakan.

6. Apakah anestesi aman dilakukan saat prosedur cabut gigi untuk ibu hamil?

ilustrasi cabut gigi saat hamil (pexels.com/Anna Shvets)

Jawabannya ya, tetapi tidak semua jenis anestesi aman. Anestesi lokal yang disuntikkan melalui jarum suntik ke satu bagian tubuh tidak mengalir melalui alirah darah, ini aman digunakan selama prosedur gigi saat hamil. 

Beberapa jenis anestesi lainnya juga boleh, meskipun beberapa ahli memperingatkan tentang keamanan sedasi atau anestesi umum (bius total) selama kehamilan.

Bicarakan kekhawatiranmu dengan dokter gigi dan dokter kandungan atau bidan. Secara kolektif, kamu akan diberi tahu apa saja hal-hal yang aman maupun berisiko untuk dijalani selama prosedur.

7. Cara meredakan nyeri yang aman setelah cabut gigi untuk ibu hamil

Untuk sebagian besar kasus, asetaminofen adalah pilihan teraman—cenderung efektif dan tidak berbahaya bagi bayi. Pilihan lainnya yang mungkin aman adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen sebagai pereda nyeri, tetapi hanya selama 30 minggu pertama kehamilan.

Bicarakan dengan dokter gigi dan dokter kandungan atau bidan mengenai pereda nyeri yang aman dan efektif pasca pencabutan gigi.

8. Adakah risiko yang terkait dengan cabut gigi saat hamil?

ilustrasi prosedur pencabutan gigi (tendercaredental.org)

Hamil atau tidak, tentu ada risiko yang terkait dengan jenis prosedur apa pun. Namun, dalam hal cabut gigi saat hamil, risikonya tidak terlalu tinggi.

Dalam kondisi darurat, risiko pembedahan, sinar-X, dan anestesi lebih rendah daripada risiko bila membiarkan masalah serius tidak diobati.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya