TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

11 Jenis Kontrasepsi Non Hormonal, Beberapa Dijual Bebas

Beberapa alat kontrasepsi ini dijual bebas

ilustrasi cara kerja kontrasepsi darurat (pexels.com/Nadezhda Moryak)

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah kehamilan. Ini bisa bersifat sementara maupun permanen. Kontrasepsi merupakan salah satu pencegahan untuk mengurangi angka kelahiran.

Metode kontrasepsi terbagi menjadi hormonal dan non hormonal. Kontrasepsi hormonal mengandung kombinasi dari estrogen dan progesteron. Jenisnya bisa berupa pil, injeksi, dan implan. Sementara itu, kontrasepsi non hormonal tidak mengandung hormon, yang berfungsi untuk mencegah sperma masuk ke dalam vagina, yang akan mencegah terjadinya fertilisasi. Jenis kontrasepsi non hormonal yaitu metode operasi pria, metode operasi perempuan, dan alat kontrasepsi dalam rahim.

Kontrasepsi hormonal tidak untuk semua orang. Kabar baiknya, ada banyak pilihan alat kontrasepsi non hormonal. Lanjutkan membaca artikel ini sampai akhir untuk mengetahui apa saja pilihannya, ya.

Opsi alat kontrasepsi non hormonal resep

ilustrasi alat kontrasepsi (unsplash.com/ Reproductive Health Supplies Coalition)

Ada beberapa pilihan kontrasepsi non hormonal yang memerlukan resep dari dokter. 

1. Phexxi

Tahun 2020, U.S. Food and Drug Administration (FDA) menyetujui Phexxi. Alat kontrasepsi ini berupa gel yang dimasukkan dalam waktu 1 jam setelah berhubungan intim. Gel ini membantu menjaga pH vagina tetap asam. Lingkungan asam tidak layak huni bagi sperma, sehingga tidak akan mencapai dan membuahi sel telur.

Dilansir National Women’s Health Network, formulasinya berbeda dengan spermisida karena mengandung asam laktat, asam sitrat, dan kalium bitartrat, bukan nonoxynol-9. Ini telah ditemukan kurang merusak sel-sel vagina.

Tingkat keberhasilan alat kontrasepsi ini adalah 79 hingga 86 persen. Meski demikian, produk ini belum tersedia di Indonesia.

2. Cervical cap

Cervical cap atau sumbat rahim adalah penutup silikon untuk serviks. Sumbat ini dimasukkan sebelum berhubungan seks dan bisa dibiarkan hingga dua hari. Ini memberikan penghalang sehingga sperma tidak bisa mencapai sel telur.

Alat kontrasepsi ini paling efektif jika digunakan dengan spermisida. Bersama-sama, efektivitasnya melawan kehamilan adalah 71 hingga 86 persen.

Tidak semua serviks memiliki ukuran yang sama, sehingga dokter perlu mengukur serviks dan meresepkan ukuran yang tepat.

3. Diafragma

Diafragma sangat mirip cervical cap, tetapi ukurannya lebih besar. Diafragma adalah alat kontrasepsi berbentuk cangkir dangkal yang terbuat dari silikon lembut, dan menutupi leher rahim saat dimasukkan ke dalam vagina. Diafragma bertindak sebagai penghalang antara sperma dan sel telur.

Untuk perlindungan terbaik, gunakan diafragma bersama spermisida. Saat digunakan bersamaan, efikasinya 87 persen.

4. IUD tembaga

Ini merupakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR atau IUD), berupa alat plastik berbentuk T yang kecil dan lentur dengan pembungkus tembaga. Sperma menghindari tembaga, sehingga saat alat kontrasepsi terpasang, sperma tidak bisa berenang menuju sel telur dan tidak akan membuahi sel telur.

Dokter memasukkan AKDR ke dalam rahim melalui serviks. Ada jenis AKDR lain, tetapi ini satu-satunya pilihan non hormonal. Bentuk kontrasepsi non hormonal ini memiliki tingkat kemanjuran yang sangat tinggi, yaitu 99 persen, dan bisa bertahan hingga 10 tahun, dilansir GoodRx Health.

Baca Juga: Studi: Pil Kontrasepsi Pria Menunjukkan Hasil yang Menjanjikan

Opsi kontrasepsi non hormonal yang dijual bebas

ilustrasi alat kontrasepsi (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Opsi kontrasepsi non hormonal yang dijual bebas dapat digunakan sendiri atau bersama opsi lain yang membuatnya bekerja lebih baik.

1. Kondom (eksternal dan internal)

Kondom sangat baik untuk perlindungan terhadap kehamilan dan infeksi menular seksual (IMS) dan harganya terjangkau. Dilansir Planned Parenthood, kondom internal (kondom perempuan) memiliki nitril (plastik lunak), penutup dan cincin luar non lateks serta cincin dalam poliuretan yang membentuk kantong. Ini dimasukkan ke dalam vagina dan bertindak sebagai penghalang pelindung.

Kondom eksternal dapat berupa lateks, plastik, atau kulit domba, yang ditempatkan di bagian luar penis untuk memberikan penghalang serupa. Tidak seperti jenis kondom lainnya, kondom kulit domba tidak memberikan perlindungan terhadap IMS.

2. Kontrasepsi spons

Mirip dengan diafragma dan cervical cap, kontrasepsi spons berfungsi sebagai penghalang antara serviks dan sperma.

Alat kontrasepsi ini mengandung spermisida dan dimasukkan ke dalam saluran vagina sebelum berhubungan seks. Sayangnya, alat kontrasepsi ini tidak memberi perlindungan dari IMS jadi disarankan untuk digunakan bersama kondom untuk perlindungan ekstra.

3. Spermisida

Spermisida menghentikan sperma mencapai sel telur. Ini adalah gel yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seks. Spermisida bekerja dengan menciptakan lingkungan yang lebih asam di dalam vagina sehingga sperma tidak dapat berfungsi.

Bahan utama spermisida adalah nonoxynol-9, membuatnya berbeda dengan Phexxi. Opsi alat kontrasepsi ini tidak melindungi penggunanya dari IMS.

Opsi gaya hidup

ilustrasi alat kontrasepsi (unsplash.com/RHSupplies)

Walaupun kurang efektif jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, tetapi beberapa orang memilih kontrasepsi alami. Ini dapat meliputi:

1. Metode fertility awareness 

Metode fertility awareness atau kesadaran akan kesuburan didasarkan pada tubuh sendiri, tanpa menggunakan alat maupun obat-obatan. Metode ini gratis atau berbiaya rendah, aman, dan efektif jika kamu dan pasangan menggunakannya secara benar. Namun, di sisi lain ini juga bisa sulit untuk dilakukan.

Pilihan kontrasepsi ini adalah gaya hidup ketika kamu melacak ovulasi sehingga kamu tahu kapan ovarium berovulasi. Ada berbagai cara untuk melacak tanda-tanda kesuburan. Beberapa cara yang paling umum adalah:

  • Pantau suhu tubuh pada pagi hari dan sebelum tidur.
  • Mengamati perubahan lendir serviks.
  • Menghitung siklus menstruasi dengan kalender bulanan.

Metode ini mungkin kurang efektif dibandingkan metode lainnya. Bicarakan dengan dokter untuk bisa mencegah kehamilan secara efektif.

2. Metode penarikan penis sebelum ejakulasi

Menghindari ejakulasi di dalam rahim bisa mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Metode ini biasa disebut metode pull out, withdrawal, ataucoitus interuptus.

Laki-laki harus menarik penisnya dari vagina sebelum ejakulasi, sehingga sperma yang dikeluarkan dari penis tidak masuk ke dalam vagina.

Meski demikian, ini bukan cara efektif untuk mencegah kehamilan. Alasannya, laki-laki mungkin tetap melepaskan sejumlah kecil sperma sebelum ejakulasi melalui cairan pre-cum.

Selain itu, laki-laki butuh kontrol diri dan ketepatan waktu untuk menarik penis dari vagina sebelum ejakulasi. Metode ini hanya sekitar 75 persen hingga 80 persen efektif dalam mencegah kehamilan.

Baca Juga: Kenali 7 Kelebihan Kontrasepsi IUD, Tertarik Pasang?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya