TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harus Waspada! Ini 6 Fakta Penyakit Silent Killer Tak Terduga

Gak kalah mematikan dibanding COVID-19

Seorang dokter memeriksa foto rontgen bagian paru-paru. (ShutterStock/KomsanLoonprom)

Tuberkulosis masih menjadi penyakit paling mematikan di dunia, bisa disebut juga penyakit silent killer. Tak hanya menyerang paru-paru, bakteri TBC yang masuk melalui pernapasan bisa menyebar dan menyebabkan penularan pada organ lain seperti kelenjar getah bening, usus, tulang, kulit, otak, dan lain-lain.

Banyak yang terlambat atau tidak menyadari bahwa dirinya terkena TBC. Ini disebabkan, karena gejalanya mirip dengan flu biasa. Padahal, TBC menduduki peringkat 10 besar penyebab kematian di dunia lho. Nah untuk mengantisipasinya, yuk kenali lima gejalanya berikut ini!

Baca Juga: 5 Mitos yang Masih Dipercaya mengenai TBC, Kenali Faktanya!

1. Sudah 2 minggu, batuk gak sembuh-sembuh

Ilustrasi seseorang yang mengalami batuk berdarah. (ShutterStock/OduaImages)

Batuk menjadi gejala TBC yang paling sering ditemukan. Umumnya, TBC paru akan menimbulkan gejala berupa batuk berdahak yang berlangsung lebih dari 14 hari. Percikan dahak inilah yang bisa menularkan bakteri ke orang lain.

Meski begitu hal ini masih kurang disadari banyak orang. Padahal, jika mengalami gejala batuk yang tak kunjung sembuh hingga 14 hari atau lebih, gejala tersebut bisa jadi disebabkan oleh infeksi bakteri TBC.

Pada beberapa kasus, gejala batuk ini hilang timbul dan tidak banyak dahak yang keluar sehingga sering disalahartikan sebagai batuk biasa. Jika sudah parah, batuk bisa disertai darah.

2. Demam dan nafsu makan menurun

Ilustrasi demam. (ShutterStock/Chanintorn.v)

Demam pada TBC biasanya berlangsung lama, lebih dari 2 minggu. Seringnya terjadi pada malam hari dan kadang sampai menggigil. Demam yang hilang dan timbul ini pun kerap dianggap sebagai flu biasa, sehingga tidak terlalu dihiraukan oleh orang yang terinfeksi TBC. 

Infeksi bakteri Tuberkulosis juga akan membuat seseorang kehilangan nafsu makannya. Akibatnya, berat badan dan imunitas tubuh akan ikut menurun. Hal ini jangan disepelekan ya, guys.

3. Jangan terkecoh sama gejala yang ringan

Mencegah penularan dengan menutup hidung dan mulut. (ShutterStock/SupavadeeButradee)

Karena memiliki gejala yang ringan, orang yang terinfeksi TBC biasanya malah menganggap enteng, sehingga pengobatan pun jadi terlambat dan menjadi tantangan bagi pasien. Padahal penyakit ini sangat berbahaya, mudah menulari segala usia dan bisa menyebabkan kematian lho. 

Maka dari itu, jangan ragu untuk segera periksa kesehatan dirimu jika punya gejala-gejala TBC seperti batuk yang tak kunjung sembuh hingga 2 minggu atau lebih. 

Di zaman yang serba digital seperti sekarang, gampang banget kok mendapatkan informasi dan penanganan gejala-gejala TBC. Salah satu caranya, kamu bisa akses situs https://141.stoptbindonesia.org yang dikembangkan oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI). Selain itu, kamu juga dapat mengunjungi https://tbindonesia.or.id, untuk peroleh informasi dari Kementerian Kesehatan. 

Perlu diketahui, STPI tengah membangun kampanye digital bertajuk “#141CekTBC – 14 Hari Batuk Tak Reda? 1 Solusi, Cek Dokter Segera!”. Melalui kampanye tersebut, diharapkan bisa membangun kesadaran masyarakat terhadap gejala-gejala dan cara penanganan TBC agar mendapatkan pemeriksaan yang tepat.

Di dalam situs tersebut, kebutuhan informasi terkait TBC bisa diakses dengan mudah melalui fitur Chatbot 141CekTBC atau di nomor WhatsApp: +628119961141. Gak tanggung, fitur ini bahkan bisa menghubungkanmu dengan dokter melalui Halodoc, hingga menemukan fasilitas kesehatan dan komunitas peduli TBC terdekat. 

Selain itu ada juga Fitur Pengingat 141CekTBC yang membantu kamu menandai jangka waktu mengalami gejala batuk. Jika sudah mencapai 14 hari atau lebih, maka kamu bakal mendapatkan peringatan untuk segera cek ke dokter. Yuk, waspada!

4. Berpotensi menyebar ke organ tubuh lainnya

Organ tubuh. (ShutterStock/AboPhotography)

Penularan TBC umumnya terjadi melalui udara yang dikeluarkan saat batuk/bersin melalui dahak dari orang dengan TBC. Saat droplet yang mengandung bakteri penyebab TBC terhirup, maka bakteri itu akan masuk ke paru-paru.

Rasa nyeri di dada bisa timbul beberapa waktu setelah terjadinya infeksi. Hal ini terjadi karena bakteri TBC dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Bakteri ini juga mampu berkembang dan menyebar ke organ lain apabila tidak dilakukan penanganan dengan baik.

Keadaan ini lah yang dapat menimbulkan TBC jenis lain yang disebut TBC Ekstra Paru seperti tulang, kelenjar getah bening, usus, otak, dll. Tetapi perlu kamu ingat bahwa jenis tersebut tidak dapat ditularkan karena tidak memiliki gejala seperti batuk.

5. Deteksi lebih dini

Seorang dokter tengah memberi penjelasan kepada pasiennya. (ShutterStock/Eggeegg)

Kamu pun harus lebih aware lagi sama kondisi kesehatanmu dan orang-orang terdekat dengan terus meningkatkan kesadaran perihal TBC. Pastikan juga diri dan lingkunganmu selalu bersih dan gunakan masker untuk mencegah penularan ya.

Jika melakukan kontak dengan pasien TBC aktif, maka kamu sebaiknya langsung memeriksakan diri ke dokter supaya bisa dapat kepastian apakah tertular atau tidak.

Selain itu, imunisasi pada anak dan bayi juga perlu dilakukan. Hal ini jadi cara jitu mencegah penyakit mematikan tersebut sejak dini. Saat ini, vaksin yang efektif melindungi tubuh dari serangan infeksi bakteri TBC adalah vaksin BCG.

Baca Juga: Hari Tuberkulosis Sedunia: Pandemik Jadi Tantangan Penanggulangan TBC

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya