TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Gangguan Hormon Perempuan, Cegah dengan Cara Ini!

Bisa memengaruhi kesehatan reproduksi

ilustrasi genitalia (unsplash.com/Sasun Bughdaryan)

Gangguan hormon pada perempuan merujuk pada ketidakseimbangan atau gangguan dalam produksi, regulasi, atau fungsi hormon dalam tubuh perempuan. Gangguan hormon ini bisa berdampak pada berbagai aspek kesehatan, mulai dari mood hingga kesuburan.

Mengenai masalah kesehatan ini, RS Pondok Indah Group menggelar diskusi media pada Senin (12/6/2023). Acara ini menghadirkan Dr. dr. Muharam Natadisastra, SpOG, Subsp. FER, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS Pondok Indah IVF Centre, untuk membagikan informasi terkait gangguan hormon pada perempuan.

1. Hormon bisa sebabkan infertilitas

ilustrasi sel sperma dan sel telur (unsplash.com/Dainis Graveris)

Dokter Muharam mengatakan bahwa gangguan hormon, baik itu pada laki-laki atau perempuan, bisa berpengaruh pada kesuburan. Hormon-hormon reproduksi memainkan peran penting dalam menjaga fungsi normal sistem reproduksi.

Pada perempuan, gangguan hormon reproduksi dapat memengaruhi berbagai aspek reproduksi, termasuk produksi sel telur sehingga mengganggu kemampuan rahim untuk menopang kehamilan.

Adapun ganggauan hormon pada perempuan bisa menyebabkan:

  • Sindrom polikistik ovarium (PCOS).
  • Hipotiroidisme (produksi hormon tiroid yang rendah).
  • Hiperprolaktinemia (produksi hormon prolaktin yang tinggi).
  • Endometriosis.
  • Gangguan tiroid.
  • Gangguan hormonal lainnya.

2. Dampak gangguan hormon untuk kesehatan

ilustrasi gangguan mood (unsplash.com/Zhivko Minkov)

Secara umum, gangguan hormon bisa berdampak pada kesehatan. Gangguan hormon pada perempuan bisa menyebabkan:

  • Gangguan menstruasi.
  • Gangguan pertumbuhan dan perkembangan seksual.
  • Gangguan mood atau emosi.
  • Gangguan kesehatan tulang.
  • Masalah seksual.
  • Gangguan pada organ reproduksi.

Lebih lanjut, Dr. Muharam mengatakan bahwa gangguan hormon bisa menyebabkan menopause dini (di bawah 40 tahun). Ini bisa terjadi karena adanya gangguan hormon yang menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan ovarium.

"Jika seseorang mengalami gejala menopause dini atau memiliki kekhawatiran tentang keseimbangan hormon dan kesuburan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis reproduksi," ucap Dr. Muharam. 

Baca Juga: Mengenal Mikrobioma Usus, Apa Saja Manfaatnya untuk Tubuh?

3. Gejala gangguan hormon pada perempuan

ilustrasi nyeri perut (pexels.com/cottonbro studio)

Gejala gangguan hormon bisa bervariasi, tergantung jenis gangguan hormon yang dialami. Namun, berikut ini beberapa tanda dan gejala umum yang dapat muncul pada gangguan hormon:

  • Gangguan menstruasi: Siklus menstruasi lebih pendek atau lebih panjang. 
  • Perubahan berat badan: Terjadi secara dinamis dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain.
  • Perubahan pada kulit: Berminyak atau berjerawat. 
  • Perubahan pada rambut: Rambut kepala rontok atau tumbuh rambut halus di area wajah. 
  • Gangguan tidur: Kesulitan tidur atau tidak nyenyak. 
  • Perubahan mood: Lebih sensitif, merasa cemas berlebih, depresi, dan gangguan mood lainnya. 
  • Masalah seksual: Memengaruhi hasrat, fungsi seksual, atau kenikmatan. 

4. Faktor risiko gangguan hormon

Ilustrasi perempuan sedang stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gangguan hormon pada perempuan bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Dr. Muharam, beberapa faktor risiko umum yang berkaitan dengan gangguan hormon pada perempuan meliputi:

  • Riwayat keluarga: Jika ada riwayat keluarga dengan riwayat gangguan hormon, seperti PCOS atau endometriosis, maka risiko seseorang untuk mengalami gangguan hormon tersebut juga dapat meningkat.
  • Stres kronis: Stres kronis dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh. Tingkat stres yang tinggi dan kurangnya mekanisme pengelolaan stres yang efektif dapat meningkatkan risiko gangguan hormon pada perempuan.
  • Obat-obatan: Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang, seperti obat hormonal atau antidepresan, dapat memengaruhi sistem hormon dan menyebabkan gangguan hormon.
  • Faktor lingkungan: Paparan terhadap bahan kimia tertentu dalam lingkungan, seperti pestisida, zat kimia industri, atau zat endokrin disruptor, dapat berkontribusi pada gangguan hormon.

5. Penanganan gangguan hormon pada perempuan

ilustrasi obat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Penanganan gangguan hormon umumnya dimulai dengan konsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi medis menyeluruh, termasuk pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, serta tes dan pemantauan hormon untuk mendiagnosis jenis dan tingkat gangguan hormon yang dialami.

Dokter Muharam menjelaskan penanganan gangguan hormon bisa dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

  • Pengobatan farmakologi: Dokter dapat meresepkan obat-obatan hormon atau obat lain yang sesuai untuk mengatur keseimbangan hormon. Misalnya dalam kasus PCOS, penggunaan kontrasepsi hormonal atau obat-obatan untuk meningkatkan sensitivitas insulin bisa membantu mengendalikan gejala.
  • Perubahan gaya hidup dan pola makan: Ini meliputi menjaga berat badan yang sehat, mengonsumsi makanan bergizi, menghindari makanan olahan atau tinggi gula, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur.
  • Terapi penggantian hormon: Terapi penggantian hormon melibatkan pemberian hormon yang diperlukan untuk menggantikan hormon alami yang tidak lagi diproduksi oleh ovarium.
  • Pengobatan spesifik: Beberapa gangguan hormon mungkin memerlukan pengobatan yang lebih spesifik sesuai penyebabnya. Contohnya tumor kelenjar pituitari yang memerlukan operasi.

Baca Juga: Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stres

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya