Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stres

Hormon kortisol berperan dalam banyak penyakit dan kondisi

Kortisol adalah hormon steroid yang membantu tubuh merespons stres. Hormon ini kerap dijuluki "hormon stres". Ini karena kadarnya melonjak saat kita mengalami stres.

Hormon steroid adalah kategori hormon yang disintesis secara alami di dalam tubuh dari kolesterol. Secara kolektif, mereka melakukan berbagai fungsi dalam tubuh.

1. Apa itu hormon kortisol?

Kortisol adalah hormon steroid yang diproduksi oleh dua kelenjar adrenal yang berada di atas setiap ginjal. Saat kita stres, peningkatan kortisol dilepaskan ke aliran darah. Memiliki keseimbangan kortisol yang tepat sangat penting untuk kesehatan, dan memproduksi terlalu banyak atau terlalu sedikit kortisol dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Dilansir healthdirect, kortisol memiliki banyak fungsi penting, bekerja pada banyak bagian tubuh yang berbeda. Ini dapat membantu:

  • Tubuh merespons stres atau bahaya.
  • Meningkatkan metabolisme glukosa tubuh.
  • Mengontrol tekanan darah.
  • Mengurangi peradangan.

Kortisol juga diperlukan untuk respons "fight or flight", yang merupakan respons alami dan sehat terhadap ancaman yang dirasakan. Jumlah kortisol yang diproduksi dikendalikan oleh tubuh untuk memastikan keseimbangannya benar.

2. Apa yang dilakukan hormon kortisol dalam tubuh kita?

Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stresilustrasi laki-laki sedang stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hampir semua jaringan di tubuh kita memiliki reseptor glukokortikoid. Karena itu, kortisol dapat memengaruhi hampir setiap sistem organ dalam tubuh, termasuk:

  • Sistem saraf.
  • Sistem imun.
  • Sistem kardiovaskular.
  • Sistem pernapasan.
  • Sistem reproduksi.
  • Sistem muskuloskeletal.
  • Sistem integumen (kulit, rambut, kuku, kelenjar dan saraf).

Lebih khusus lagi, kortisol mempengaruhi tubuh dengan cara berikut:

  • Mengatur respons stres tubuh: Selama masa stres, tubuh dapat melepaskan kortisol setelah melepaskan hormon "fight or flight", seperti adrenalin, sehingga kita terus waspada. Selain itu, kortisol memicu pelepasan glukosa dari hati untuk energi cepat selama masa stres.
  • Mengatur metabolisme: Kortisol membantu mengontrol bagaimana tubuh kita menggunakan lemak, protein, dan karbohidrat untuk energi.
  • Menekan peradangan: Dalam waktu singkat, kortisol dapat meningkatkan kekebalan dengan membatasi peradangan. Namun, jika kita memiliki kadar kortisol yang tinggi secara konsisten, tubuh dapat terbiasa dengan terlalu banyak kortisol dalam darah, yang malah dapat menyebabkan peradangan dan sistem kekebalan yang melemah.
  • Mengatur tekanan darah: Cara yang tepat bagaimana kortisol mengatur tekanan darah pada manusia tidak jelas. Namun, peningkatan kadar kortisol dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, sementara kadar kortisol yang lebih rendah dari normal dapat menyebabkan tekanan darah rendah.
  • Meningkatkan dan mengatur gula darah: Dalam keadaan normal, kortisol mengimbangi efek insulin, hormon yang dibuat pankreas, untuk mengatur gula darah. Kortisol meningkatkan gula darah dengan melepaskan glukosa yang disimpan, sedangkan insulin menurunkan gula darah. Memiliki kadar kortisol yang tinggi secara kronis dapat menyebabkan gula darah tinggi yang terus-menerus (hiperglikemia). Ini dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
  • Membantu mengontrol siklus tidur-bangun: Dalam keadaan biasa, kita memiliki kadar kortisol yang lebih rendah pada malam hari saat tidur dan tingkat puncaknya pada pagi hari tepat sebelum bangun. Ini menunjukkan bahwa kortisol memainkan peran penting dalam inisiasi terjaga dan berperan dalam ritme sirkadian tubuh.

Tingkat kortisol yang optimal diperlukan untuk kehidupan dan untuk mempertahankan beberapa fungsi tubuh. Jika kita memiliki kadar kortisol tinggi atau rendah secara konsisten, itu dapat berdampak negatif pada kesehatan secara keseluruhan, seperti dijelaskan dalam laman Cleveland Clinic.

3. Apa yang terjadi kalau kadar homon kortisol dalam tubuh kita terlalu tinggi?

Menurut penjelasan dari Society for Endocrinology, terlalu banyak kortisol dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kondisi yang disebut sindrom Cushing. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tumor yang menghasilkan hormon adrenokortikotropik (dan karenanya meningkatkan sekresi kortisol), atau penggunaan obat jenis tertentu.

Gejalanya meliputi:

  • Pertambahan berat badan yang cepat terutama di wajah, dada, dan perut kontras dengan lengan dan kaki yang ramping.
  • Wajah memerah dan bulat.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Osteoporosis.
  • Perubahan kulit (memar dan stretch mark ungu).
  • Kelemahan otot.
  • Perubahan suasana hati, yang terlihat sebagai kecemasan, depresi, atau lekas marah.
  • Peningkatan rasa haus dan frekuensi buang air kecil.

Kadar kortisol yang tinggi dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kurangnya gairah seks dan, pada perempuan, menstruasi dapat menjadi tidak teratur, berkurang frekuensinya, atau berhenti sama sekali (amenorea).

Selain itu, terdapat hubungan antara peningkatan atau gangguan pengaturan kadar kortisol dan sejumlah kondisi kejiwaan seperti kecemasan dan depresi. Namun, hal ini belum dipahami sepenuhnya.

4. Kalau kadar hormon kortisol dalam tubuh terlalu rendah, apa yang terjadi?

Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stresilustrasi stres (pexels.com/Alex Green)

Terlalu sedikit kortisol mungkin disebabkan oleh masalah pada kelenjar hipofisis atau kelenjar adrenal (penyakit Addison). Timbulnya gejala sering kali sangat bertahap.

Gejala mungkin termasuk kelelahan, pusing (terutama saat berdiri), penurunan berat badan, kelemahan otot, perubahan suasana hati dan penggelapan kulit. Tanpa perawatan, ini bisa menjadi kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.

Penilaian secepatnya oleh dokter spesialis endokrin diperlukan saat diagnosis sindrom Cushing atau penyakit Addison dicurigai.

Baca Juga: 5 Makanan yang Mampu Menurunkan Kortisol si Hormon Stres

5. Penyebab tingginya kadar hormon kortisol dalam tubuh

Mengalami tingkat kortisol tinggi yang tidak normal (hiperkortisolisme) untuk jangka waktu yang lama biasanya dianggap sebagai sindrom Cushing, yang merupakan kondisi langka.

Penyebab tingkat kortisol yang lebih tinggi dari normal dan sindrom Cushing meliputi:

  • Menggunakan obat kortikosteroid dalam jumlah besar, seperti prednison, prednisolon atau deksametason, untuk pengobatan kondisi lain.
  • Tumor yang menghasilkan hormon adrenokortikotropik (ACTH). Ini biasanya ditemukan di kelenjar pituitari. Lebih jarang, tumor neuroendokrin di bagian lain tubuh, seperti paru-paru, dapat menyebabkan kadar kortisol tinggi.
  • Tumor kelenjar adrenal atau pertumbuhan berlebihan jaringan adrenal (hiperplasia), yang menyebabkan produksi kortisol berlebih.

6. Penyebab rendahnya kadar hormon kortisol dalam tubuh

Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stresilustrasi stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memiliki kadar kortisol yang lebih rendah dari normal (hipokortisolisme) dianggap sebagai insufisiensi adrenal. Ada dua jenis insufisiensi adrenal, yaitu primer dan sekunder.

Penyebab insufisiensi adrenal meliputi:

  • Insufisiensi adrenal primer: Insufisiensi adrenal primer paling sering disebabkan oleh reaksi autoimun di mana sistem kekebalan menyerang sel-sel sehat di kelenjar adrenal tanpa alasan yang diketahui. Ini disebut penyakit Addison. Kelenjar adrenal juga bisa rusak karena infeksi atau kehilangan darah ke jaringan (perdarahan adrenal). Semua situasi ini membatasi produksi kortisol.
  • Insufisiensi adrenal sekunder: Jika memiliki kelenjar hipofisis yang kurang aktif (hipopituitarisme) atau tumor hipofisis, hal itu dapat membatasi produksi ACTH. ACTH memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk membuat kortisol, sehingga ACTH yang terbatas menghasilkan produksi kortisol yang terbatas.

Kamu juga dapat memiliki kadar kortisol yang lebih rendah dari normal setelah menghentikan pengobatan dengan obat kortikosteroid, terutama jika berhenti meminumnya dengan sangat cepat setelah penggunaan jangka panjang.

7. Cara mengetahui kadar kortisol dalam tubuh

Dokter mungkin merekomendasikan untuk menguji kadar kortisol jika mencurigai kita mungkin memiliki produksi kortisol yang terlalu sedikit atau terlalu banyak.

Kadar kortisol dapat diukur dalam darah, urine, atau air liur. Jam berapa dokter mengambil sampel darah tergantung pada apakah dokter mengkhawatirkan terlalu banyak atau terlalu sedikit kortisol. Sampel darah dapat diambil dari pembuluh darah di lengan pada pagi hari, saat kadarnya paling tinggi, atau bisa juga diambil sekitar jam 4 sore, saat kadarnya seharusnya jauh lebih rendah.

Tes darah untuk kortisol rendah dilakukan dengan mengukur kadar dalam darah sebelum dan satu jam setelah penyuntikan obat yang disebut hormon ACTH. Pada pasien dengan kadar kortisol rendah yang disebabkan oleh penyakit Addison, kadarnya tidak akan meningkat bahkan setelah injeksi ACTH, sedangkan pada orang normal kadarnya meningkat secara signifikan.

Air liur juga dapat dikumpulkan (biasanya pada malam hari saat kadar kortisol lebih rendah). Selama tes kortisol air liur, kita akan diminta swab ke dalam mulut dan menunggu beberapa menit hingga penuh dengan air liur.

Untuk tes urine kortisol, kita mungkin diminta untuk mengumpulkan semua urine yang dihasilkan selama 24 jam dalam wadah yang disediakan oleh laboratorium. Akan tetapi, kadar kortisol urine terkadang dapat diuji dengan satu sampel urine pertama pada pagi hari.

8. Obat kortikosteroid, versi sintetis dari hormon kortisol

Mengenal Hormon Kortisol, Lebih dari Sekadar Hormon Stresilustrasi minum obat (pexels.com/Ron Lach)

Kortikosteroid adalah versi sintetis dari kortisol. Jika tubuh kita tidak menghasilkan cukup kortisol, misalnya karena penyakit Addison, dokter mungkin akan meresepkan kortikosteroid.

Namun, kortikosteroid juga digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit lainnya. Kortikosteroid memiliki efek antiinflamasi dan penggunaannya termasuk pengobatan kondisi peradangan (seperti asma dan penyakit radang usus) dan kondisi kulit (seperti psoriasis). Dokter mungkin meresepkan obat kortikosteroid untuk membantu mengobati kondisi peradangan ini, bahkan jika tubuh memproduksi cukup kortisol.

Beberapa orang menggunakan steroid anabolik untuk membentuk otot tanpa resep dokter. Ini berisiko. Steroid anabolik berbeda dengan kortikosteroid.

Karena kortikosteroid adalah obat kuat, efek sampingnya cukup umum, terutama jika kamu perlu menggunakannya dalam waktu yang lama. Pengobatan dengan steroid dalam waktu singkat tidak menyebabkan efek samping.

Efek samping dari pengobatan steroid jangka panjang mungkin termasuk:

  • Penipisan kulit.
  • Osteoporosis.
  • Peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan, terutama di sekitar wajah. 
  • Gula darah tinggi atau diabetes.
  • Perubahan suasana hati yang cepat, merasa mudah tersinggung dan cemas, depresi atau pikiran untuk bunuh diri.
  • Peningkatan risiko infeksi.
  • Kondisi mata, seperti glaukoma dan katarak.
  • Tekanan darah tinggi.

Jika dokter meresepkan kortikosteroid, tanyakan berapa lama kamu harus meminumnya dan apa yang harus dilakukan kalau kamu mengalami gejala berulang atau efek samping obat. Kamu juga menanyakan hal ini kepada apoteker.

9. Cara menurunkan kadar hormon kortisol

Kalau kamu didiagnosis dengan sindrom Cushing, kamu perlu perawatan medis untuk menurunkan kadarnya dalam tubuh. Perawatan biasanya melibatkan pengobatan dan/atau pembedahan. Kamu juga memerlukan perawatan medis jika kadar kortisol lebih rendah dari normal.

Namun, secara umum, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar kortisol dan mempertahankannya dalam kisaran normal. Ini meliputi:

  • Dapatkan tidur yang berkualitas: Masalah tidur kronis, seperti sleep apnea obstruktif, insomnia atau kerja shift malam, berhubungan dengan kadar kortisol yang lebih tinggi.
  • Rutin olahraga: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur membantu meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi stres. Ini dapat membantu menurunkan kadar kortisol seiring waktu.
  • Belajarlah untuk membatasi stres dan pola berpikir yang membuat stres: Menyadari pola berpikir, pernapasan, detak jantung, dan tanda-tanda ketegangan lainnya membantu mengenali stres saat dimulai dan dapat membantu kamu mencegahnya memburuk.
  • Latih latihan pernapasan dalam: Pernapasan terkontrol membantu merangsang sistem saraf parasimpatis, sistem "istirahat dan cerna" kita yang membantu menurunkan kadar kortisol.
  • Santailah dan tertawa: Tertawa mendorong pelepasan endorfin dan menekan kortisol. Berpartisipasi dalam hobi dan aktivitas menyenangkan juga dapat meningkatkan perasaan sejahtera, yang dapat menurunkan kadar kortisol.
  • Pertahankan hubungan yang sehat: Hubungan adalah aspek penting dalam kehidupan kita. Memiliki hubungan yang tegang dan tidak sehat dengan orang yang dicintai atau rekan kerja dapat sering menyebabkan stres dan meningkatkan kadar kortisol.

Kortisol adalah hormon penting yang memengaruhi beberapa aspek tubuh. Meskipun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencoba membatasi stres dan mengelola kadar kortisol, tetapi kadang memiliki kadar kortisol tinggi atau rendah yang tidak normal berada di luar kendali kita.

Kalau kamu mengalami gejala tingkat kortisol tinggi maupun rendah, seperti kenaikan atau penurunan berat badan dan tekanan darah tinggi atau rendah, penting untuk menghubungi dokter. Dokter dapat menjalankan beberapa tes untuk melihat apakah kelenjar adrenal atau kelenjar pituitari merupakan penyebab dari gejala yang kamu alami.

Baca Juga: Dikenal sebagai Hormon Stres, Ini 7 Cara Alami Mengontrol Kortisol

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya