TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Transplantasi Jantung Babi Berhasil Dilakukan pada Pasien yang Sekarat

Penerima donor memiliki penyakit jantung terminal

ilustrasi transplantasi jantung (dok. University of Maryland School of Medicine)

Untuk kedua kalinya, jantung babi berhasil ditransplantasikan ke manusia yang masih hidup. Berita menakjubkan ini diumukan oleh University of Maryland Medical Center (UMMC), Amerika Serikat, pada Jumat (22/9/2023) dalam sebuah siaran pers.

Operasi ini dilakukan pada tanggal 20 September 2023 di UMMC oleh tim transplantasi yang sama yang melakukan operasi eksperimental pertama pada tahun 2022. Penerima transplantasi ini adalah Lawrence Faucette, laki-laki berusia 58 tahun dengan kondisi penyakit jantung terminal.

1. Pasien mengalami penyakit jantung stadium akhir

ilustrasi pasien transplantasi jantung (dok. University of Maryland School of Medicine)

Lawrence dilaporkan menderita penyakit jantung stadium akhir. Menurut UMMC dan beberapa rumah sakit transplantasi lainnya, ia dianggap tidak memenuhi syarat untuk transplantasi tradisional dengan jantung manusia. Ini karena Lawrence memiliki masalah dengan pembuluh darah perifer dan komplikasi pendarahan internal.

Transplantasi ini dianggap sebagai satu-satunya pilihan yang tersedia bagi Lawrence yang hampir menghadapi kematian akibat gagal jantung. Dia saat ini bisa bernapas sendiri dan jantungnya dilaporkan berfungsi dengan baik tanpa bantuan alat pendukung.

Baca Juga: Studi: Diskriminasi di Tempat Kerja Tingkatkan Risiko Darah Tinggi

2. Jantung babi diedit secara genetik

ilustrasi transplantasi jantung (Dok. University of Maryland School of Medicine)

Jantung babi yang digunakan untuk prosedur ini berasal dari babi hasil rekayasa genetika dari Revivcor, anak perusahaan dari United Therapeutics Corporation.

Babi tersebut memiliki 10 gen yang telah diedit, termasuk tiga gen yang “dilumpuhkan” atau dinonaktifkan untuk menghilangkan gula  alpha-gal dalam sel darah babi. Sel tersebut harus dihilangkan karena bisa memicu reaksi parah pada sistem kekebalan manusia sehingga dapat menyebabkan penolakan organ.

Gen babi tambahan dimodifikasi untuk mengontrol pertumbuhan jantung babi, sementara enam gen manusia ditambahkan ke dalam genom babi untuk meningkatkan penerimaan oleh sistem kekebalan.

Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) pertama kali menyetujui babi yang diedit gennya pada tahun 2020 untuk potensi penggunaan dan konsumsi terapeutik.

Baca Juga: Studi: Kunyit Mungkin Sekuat Omeprazole untuk Gangguan Pencernaan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya