TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Histoplasmosis: Jenis, Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatan

Merupakan jenis infeksi paru-paru

ilustrasi paru-paru (flickr.com/Providence Health Care Vancouver)

Histoplasmosis adalah jenis infeksi paru-paru yang disebabkan karena menghirup spora jamur Histoplasma capsulatum. Spora jamur ini dapat ditemukan di tanah serta kotoran kelelawar dan burung.

Dalam kebanyakan kasus, histoplasmosis tidak membutuhkan pengobatan. Namun, pada orang-orang dengan sistem imun yang lemah, histoplasmosis dapat menyebabkan masalah yang serius. Penyakit ini bisa berkembang dan menyebar ke area tubuh lainnya.

1. Jenis

Histoplasmosis dibagi menjadi dua berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:

  • Akut: Kondisi ini biasanya terjadi dalam jangka pendek dan ringan, sehingga jarang menyebabkan komplikasi. Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), antara 60 hingga 90 persen orang-orang hidup di area di mana mereka terpapar jamur Histoplasma capsulatum, dan kebanyakan orang-orang tersebut tidak memiliki gejala infeksi.
  • Kronis: Histoplasmosis kronis atau atau jangka panjang lebih jarang terjadi. Dalam kasus yang jarang, ini bisa menyebar ke seluruh tubuh. Saat ini terjadi, maka ini bisa berakibat fatal bila tidak diobati. Penyebaran ini biasanya dialami oleh orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, misalnya pada orang-orang dengan HIV.

2. Penyebab dan faktor risiko

Histoplasmosis disebabkan oleh sel reproduksi (spora) jamur Histoplasma capsulatum yang dapat mengapung di udara. Jamur ini tumbuh subur di tanah lembap yang kaya akan bahan organik, terutama kotoran burung dan kelelawar. Jamur ini umum ditemui di kandang ayam, merpati, lumbung tua, gua, dan taman.

Histoplasmosis bukan penyakit menular sehingga tidak dapat menyebar dari orang ke orang. Apabila seseorang perah mengalami histoplasmosis, orang tersebut bisa terkena lagi. Namun, bila sampai terkena lagi, penyakitnya kemungkinan akan lebih ringan.

Kemungkinan seseorang untuk mengembangkan gejala histoplasmosis meningkat seiring jumlah spora yang dihirup. Orang-orang yang lebih mungkin terpapar adalah:

  • Petani.
  • Pekerja pengendalian hama.
  • Pemelihara unggas.
  • Pekerja konstruksi.
  • Pekerja konstruksi atap.
  • Penata taman dan tukang kebun.
  • Penjelajah gua.
  • Pekerja pembongkaran.

Anak-anak usia di bawah 2 tahun dan orang dewasa usia di atas 55 tahun memiliki sistem imun yang lebih lemah, sehingga mereka lebih berisiko mengembangkan histoplasmosis diseminata, yang merupakan bentuk penyakit yang paling serius. Faktor lain yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh meliputi:

  • Memiliki HIV atau AIDS.
  • Sedang menjalani kemoterapi untuk kanker.
  • Sedang mengonsumsi obat-obatan kortikosteroid, misalnya prednisone.
  • Penggunaan tumor necrosis factor (TNF) inhibitor, obat yang sering digunakan untuk mengendalikan artrtitis reumatoid.
  • Obat-obatan yang mencegah penolakan transplantasi organ.
ilustrasi koloni jamur Histoplasma capsulatum (flickr.com/Microbe World)

Baca Juga: Infeksi Shigella: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan

3. Gejala

Kebanyakan orang yang terinfeksi jamur penyebab histoplasmosis tidak memiliki gejala. Namun, risiko gejala meningkat seiring jumlah spora yang dihirup. Jika gejala muncul, ini biasanya terjadi sekitar 10 hari setelah terpapar spora. Dilansir Healthline, gejala yang mungkin berkembang di antaranya:

  • Demam.
  • Batuk kering.
  • Sakit dada.
  • Nyeri sendi.
  • Benjolan merah di kaki bagian bawah.

Dalam kasus yang parah, gejala yang bisa terjadi termasuk:

  • Keringat berlebihan.
  • Sesak napas.
  • Batuk berdarah.

Histoplasmosis yang menyebar menyebabkan inflamasi dan iritasi. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Nyeri dada yang disebabkan oleh pembengkakan di sekitar jantung.
  • Demam tinggi.
  • Leher kaku dan sakit kepala akibat pembengkakan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang.

4. Diagnosis

Dalam kasus ringan, penderitanya mungkin tidak akan pernah tahu dirinya terinfeksi. Pengujian histoplasmosis biasanya dilakukan untuk orang yang memiliki infeksi parah dan tinggal atau bekerja di area berisiko tinggi.

Untuk memastikan diagnosis, dokter mungkin melakukan tes darah atau urine. Tes ini memeriksa antibodi atau protein lain yang menunjukkan kontak sebelumnya dengan jamur penyebab histoplasmosis. Dokter mungkin juga mengambil sampel urine, dahak, atau kultur darah untuk membuat diagnosis yang akurat. Namun, umumnya perlu waktu hingga enam minggu untuk mendapatkan hasil.

Tergantung pada bagian tubuh mana yang terdampak, seseorang mungkin memerlukan tes lain. Dokter mungkin akan melakukan biopsi (sampel jaringan) paru-paru, hati, kulit, atau sumsum tulang. Sinar-X atau CT scan dada mungkin juga dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah perawatan tambahan diperlukan untuk menangani komplikasi.

ilustrasi hasil rontgen (pexels.com/Anna Shvets)

5. Pengobatan

Pada infeksi ringan, kemungkinan pengobatan medis tidak diperlukan. Dokter mungkin akan merekomendasikan istirahat dan minum obat-obatan yang dijual bebas untuk penanganan gejala.

Jika ada masalah kesulitan bernapas atau infeksi berlangsung lebih dari satu bulan, pengobatan mungkin diperlukan. Biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan antijamur oral, tetapi bisa juga secara intravena. Obat-obatan yang umum digunakan untuk histoplasmosis di antaranya:

  • Ketoconazole.
  • Amphotericin B.
  • Itraconazole.

Untuk kondisi infeksi yang parah, mungkin obat-obatan akan diberikan secara intravena. Ini adalah cara pengobatan yang kuat diberikan. Beberapa orang mungkin butuh mengonsumsi obat antijamur hingga 2 tahun.

6. Pencegahan

Jika hidup di lingkungan di mana jamur penyebab histoplasmosis tumbuh subur, mencegah histoplasmosis mungkin sulit. Namun, melakukan langkah-langkah ini bisa membantu meminimalkan risiko infeksi:

  • Hindari paparan jamur: Sebisa mungkin hindari aktivitas yang berisiko terpapar jamur, seperti memelihara burung atau ayam.
  • Semprot disinfektan ke permukaan yang terkontaminasi: Sebelum menggali tanah misalnya, semprotkan disinfektan yang dapat membunuh jamur.
  • Pakai masker: Gunakan masker yang mampu menghalangi jamur terhirup.
ilustrasi pakaian pelindung di lingkungan kerja (pexels.com/Anete Lusina)

Baca Juga: Infeksi Cytomegalovirus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya