TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menonton Video Pornografi dan Depresi, Adakah Hubungannya?

Bisa membantu maupun memperburuk kondisi

ilustrasi pasangan menonton film dewasa (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Ada banyak alasan mengapa orang memutuskan untuk menonton konten pornografi. Misalnya untuk meningkatkan keintiman dengan pasangan, menghilangkan stres, hingga alasan kebosanan. 

Meski beragam studi telah menunjukkan efek buruk nonton film porno bersama pasangan, faktanya ada tinjuan ilmiah yang memberikan sudut pandang lain terkait manfaat pornografi dalam hal kesehatan. 

Seperti yang dijelaskan studi dalam jurnal Sociology tahun 2016, bagi sebagian orang menonton pornografi bisa memberi edukasi. Atau, penelitian lain dalam jurnal Psychosomatic Medicine tahun 2013 menunjukkan bahwa konsumsi film erotis bisa mengurangi respons stres pada pria dewasa. 

Dampak menonton film 18+ pada kesehatan mental tidak terbatas pada itu saja. Penelitian lain mengungkap adanya hubungan antara penggunaan pornografi dan peningkatan gejala depresi. Lebih jelasnya akan kita telusuri bersama di bawah ini. 

1. Bisakah menonton konten porno menyebabkan depresi?

Ilustrasi seseorang sedang mengalami depresi (pixabay.com/1388843)

Dalam komunitas ilmiah, sebagian besar diskusi tentang menonton pornografi fokus akan efeknya terhadap sistem penghargaan otak, yang mana ini bisa mengaktifikan produksi dopamin yang memicu perasaan senang dan nyaman. 

Namun, ada penelitian lain yang menunjukkan bahwa menonton pornografi juga berkaitan dengan depresi. Meski studi tentang topik ini terbatas, tetapi para peneliti mengemukakan bahwa konsumsi konten vulgar dan depresi mempunyai hubungan yang kompleks. 

Berikut beberapa penelitian yang memvalidasi:

  • Studi dalam jurnal Sexual Addiction and Compulsivity tahun 2019 mencari tahu hubungan antara religiositas, persepsi terhadap penggunaan pornografi yang bermasalah, dan depresi. Temuannya, konsumsi pornografi berperan dalam meningkatkan risiko depresi pada orang dewasa. Namun, peningkatan itu bergantung pada apakah penontonnya mengganggap konsumsi pornografi sebagai hal yang "bermasalah". 
  • Penelitian terhadap remaja di Swedia yang dimuat dalam Upsala Journal of Medical Sciences tahun 2018 juga berusaha menyelidiki bagaimana kaitan antara konsumsi pornografi dengan gejala psikomatis dan deperesi. Para peneliti melaporkan bahwa menonton film porno dianggap bisa dikaitkan dengan gejala depresi. Meski demikian, pornografi disimpulkan hanya menjadi salah satu alasan yang memengaruhi kesehatan mental anak muda. 
  • Studi sebelumnya yang juga mendukung kaitan antara konsumsi pornografi dan gejala depresi adalah penelitian dalam jurnal Society and Mental Health tahun 2017. Temuan studi ini menyatakan bahwa pria Amerika Serikat (AS) yang percaya kalau mengakses pornografi itu tidak bermoral namun tetap menontonnya lebih cenderung mengalami gejala depresi dibanding pria yang tidak mengalami konflik batin. Hasil ini menunjukkan hubungan antara melihat pornografi dan gejala depresi bersifat dua arah, tergantung pada evaluasi moral pria atas penggunaan konten dewasa. 

Dari sedikitnya temuan studi di atas, para pakar kesehatan belum bisa menyatakan bahwa konsumsi pornografi secara langsung memicu depresi. Namun, itu tidak menghilangkan fakta bahwa terdapat kaitan antara menonton pornografi dengan gejala depresi.

Sebab, bagaimanapun penggunaan pornografi tetap bisa memengaruhi seseorang dalam banyak cara, tergantung latar belakang indivu dan bagaimana konten porno itu digunakan.

2. Dampak potensial mengonsumsi pornografi terhadap kesehatan mental

ilustrasi orang dewasa mengalami kecemasan (freepik.com/freepik)

Para pakar kesehatan telah mengemukakan bahwa dalam sebagian kasus, menonton pornografi dapat menyebabkan: 

  • Perasaan sangat tertekan. 
  • Perasaan bersalah dan malu.
  • Episode kecemasan. 
  • Penghindaran dan pelepasan emosional.
  • Perasaaan kesepian. 
  • Sifat mudah marah.
  • Penurunan kepuasan seksual. 

Namun, para ahli memperkirakan bahwa mungkin bukan pornografi itu sendiri yang menyebabkan efek tersebut, melainkan persepsi orang yang menonton. Hal ini berarti, dampak kesehatan mental yang ditimbulkan berkaitan dengan sistem kepercayaan yang dimiliki. 

Misalnya, jika kamu yakin tidak boleh menonton film porno, tetapi kamu tidak bisa berhenti melakukannya, kamu mungkin lebih rentan mengalami gejala tekanan psikologis. Ini masuk akal terutama jika menonton pornografi bertentangan dengan keyakinan agama, spiritual, dan etika yang kamu miliki. 

Sebuah penelitian dalam jurnal Psychology of Addictive Behaviors tahun 2015 membuktikan argumen tersebut. Studi pada orang dewasa AS itu mengungkap bahwa persepsi yang dimiliki seseorang terhadap kecanduan porno dapat menyebabkan gejala depresi. Dengan kata lain, jika kamu merasa telah kecanduan pornografi (bukan penggunaan pornografi itu sendiri), kemungkinan besar kamu akan mengalami tekanan mental. 

Dampak potensial dari konsumsi pornografi terhadap kesehatan mental juga bervariasi berdasarkan jenis kelamin. Riset dalam Journal of Sex Research tahun 2018 meneliti kaitan antara attachment style dan penggunaan pornografi. Temuannya, pria mengasosiasikan penggunaan pornografi yang intens dengan kepuasan hubungan yang lebih tinggi. Sebaliknya, perempuan tidak merasakan hal yang sama dalam penelitian tersebut. 

Penting untuk diingat bahwa dampak potensial ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman subjektif individu. 

Baca Juga: 8 Ciri-Ciri Orang Kecanduan Pornografi yang Patut Dikenali

3. Apakah depresi bisa menyebabkan kecanduan pornografi?

ilustrasi laki-laki menonton video pornografi (pexels.com/Eren Li)

Kesulitan yang dialami pakar dalam menentukan apakah penggunaan pornografi dapat menyebabkan depresi juga berlaku untuk hal sebaliknya. 

Namun, ada penelitian tahun 2017 yang bisa menjelaskan bagaimana depresi memengaruhi penggunaan video pornografi. Studi berjudul "Pornography Use and Depressive Symptoms: Examining the Role of Moral Incongruence" menemukan fakta pada lelaki yang menggunakan video porno sebagai bantuan untuk mengatasi depresi. Hal tersebut berlaku untuk mereka yang memandang tindakan porno bukan sesuatu yang tidak bermoral. 

Dari penelitian itu, bisa diketahui bahwa pria dengan depresi lebih cenderung menonton film dewasa. Selain itu, seorang konselor Eddi Capparucci memberikan penjelasan mengapa konten porno bisa digunakan untuk membantu coping. 

"Orang tidak beralih menonton film porno karena mereka depresi. Melainkan, orang beralih ke pornografi untuk melepaskan diri dari emosi negatif akibat depresi", jelasnya kepada Verywell Mind

Eddi juga memperkirakan bahwa mungkin banyak orang yang akhirnya kecanduan pornografi telah menghadapi depresi tingkat rendah dalam hidup mereka.

Kurangnya praktik mempelajari cara mengatasi rasa sakit dan ketidaknyaman dipercayai menjadi masalah utama bagi orang yang berjuang melawan kecanduan pornografi. Bagi beberapa orang, konten porno adalah cara untuk melepaskan diri dari kesusahan yang dialami. 

4. Apakah pornografi merupakan pelarian yang baik saat depresi?

ilustrasi kecanduan menonton pornografi (pexels.com/Eren Li)

Dalam merespons pertanyaan di atas, para ahli memberikan jawaban yang relatif,  yakni bisa iya bisa tidak. Misalnya untuk jangka pendek, menonton porno mungkin bisa memberikan efek seperti kepuasan seksual. Namun, bagi jangka panjang efek itu mungkin bisa jadi bumerang. 

"Ketika depresi, hal yang ingin dirasakan orang adalah bahwa mereka merasa hidup. Di sini pornografi memberikan sensasi kenikmatan seksual yang mungkin termasuk masturbasi dan orgasme. Namun, jika seseorang mengalami konflik batin karena itu, dia bisa malu dan merasa bersalah. Dengan akhir yang dapat membuat perasaan jadi lebih buruk, ini adalah lingkaran setan," kata terapis seks, Tom Murray kepada Psycom

Salah satu alasan mengapa seseorang bisa depresi adalah karena rendahnya  tingkat serotonin yang mengakibatkan ketidakseimbangan kimiawi di otak. Dengan menonton film porno yang memungkinkan seseorang mengalami orgasme, itu memicu pelepasan serotonin yang menghadirkan perasaan rileks dan tenang. 

Orgasme juga memicu tubuh menghasilkan gelombang dopamin, neurotransmiter penting yang juga defisit pada gangguan depresi. Sekalipun efek kebahagiaan dan kepuasan seksual ini bisa didapat dari menonton porno, tetapi seorang konselor, Gabrielle Usatynski, memperingatkan bahwa ini bisa berakibat fatal. 

"Orang yang kecanduan pornografi nantinya bisa mengembangkan toleransi untuk itu, sama seperti narkoba. Ini mengarah pada berkurangnya kenikmatan setiap kali mereka melakukannya. Sehingga dibutuhkan lebih banyak dopamin dan rangsangan untuk memberikan hasil yang menyenangkan. Seiring waktu, menonton film porno dapat memperburuk depresi," Gabrielle menjelaskan. 

Pelepasan emosi negatif dari efek depresi dengan menonton pornografi jelas tidak direkomendasikan oleh ahli kesehatan, mengingat dampak jangka panjang yang justru bisa memperburuk keadaan. Jadi, dalam hal ini seseorang didorong untuk mencari penyaluran emosi yang lebih sehat dan tidak berbahaya.

Baca Juga: Pasangan Kecanduan Video Porno? Ini Cara Menghadapinya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya