TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Konsumsi Obat Pereda Nyeri saat Haid Bisa Berbahaya?

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Dismenorea atau nyeri haid sering dirasakan 1-3 hari sebelum menstruasi dan mereda 2-3 hari setelah menstruasi. Gejala umumnya adalah rasa nyeri disertai kram perut yang cukup intens, sehingga bisa mengganggu aktivitas. 

Selain nyeri dan kram, terkadang dismenorea juga diikuti mual, sakit kepala, lesu, dan pusing. Cara paling mudah untuk mengatasinya adalah dengan mengonsumsi obat pereda nyeri yang banyak dijual bebas. Namun, ada yang bilang konsumsi obat tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan organ reproduksi. Benarkah demikian? Simak faktanya berikut ini.

1. Menghambat produksi hormon prostagladin

pexels.com/Polina Tankilevitch

Hormon prostagladin menjadi salah satu pemicu nyeri haid, yang menyebabkan kontraksi dan peradangan pada otot rahim. Semakin tinggi kadar hormon prostagladin yang diproduksi, semakin parah nyeri yang dirasakan.

Melansir infomedhealth.com, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) sering digunakan untuk meredakan nyeri haid, terutama obat diklofenak, ibuprofen, dan naproxen. Obat-obatan tersebut dapat menghambat produksi prostagladin, sehingga nyeri haid pun mereda. Banyak obat-obataan NSAID tersedia di apotek atau toko obat tanpa resep dokter.

Selain dikarenakan tingginya produksi hormon prostagladin, ada pula beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan nyeri dan kram perut saat haid, seperti sindrom pramenstruasi (PMS), endometriosis, fibroid rahim, penyakit radang panggul yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri akibat infeksi menular seksual, dan stenosis serviks.

Baca Juga: Penting! 7 Penyebab Dilepen Alias Nyeri Haid Gak Boleh Disepelekan

2. Konsumsi beberapa hari sebelum periode menstruasi

freepik.com/jcomp

Kebanyakan perempuan mengonsumsi obat pereda nyeri setelah memasuki periode menstruasi dan merasakan nyeri disertai kram perut yang terlanjur parah. Faktanya, obat pereda nyeri haid bekerja lebih baik jika diminum sebelum nyeri sudah parah.

Melansir Mayo Clinic, obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau naproxen sodium, dengan dosis teratur yang dimulai sehari sebelum periode menstruasi dapat membantu mengendalikan nyeri haid.

Mulailah minum pereda nyeri di awal periode haid, atau segera setalah merasakan gejala, dan terus minum obat sesuai petunjuk selama 2-3 hari, atau sampai gejala hilang. Paling amannya, konsultasikan dengan dokter. 

3. Cara menggunakan obat pereda nyeri haid tanpa resep dengan aman

freepik.com/wayhomestudio

Di apotek dan toko obat terdapat berbagai macam obat pereda nyeri tanpa resep yang bisa dipilih. Sebagian besar obat memiliki dua tipe dasar. Pertama adalah obat NSAID berupa aspirin, ibuprofen, dan naproxen. Kedua adalah asetaminofen.

Melansir Harvard Health Publishing, Dr. Melisa Lai Becker, seorang dokter pengobatan darurat dan ahli toksikologi medis di Cambridge Health Alliance yang berafiliasi dengan Harvard, menjelaskan bahwa karena setiap jenis obat bekerja secara berbeda untuk menghilangkan rasa sakit, efek sampingnya pun bisa berbeda-beda. 

Mengganti keduanya dapat membantu mengurangi kemungkinan reaksi buruk terhadap keduanya. Dia merekomendasikan untuk meminum NSAID atau asetaminofen, menunggu 3-4 jam, dan kemudian meminum yang lain. Dengan begitu, ada 6-8 jam antara dosis asetaminofen dan NSAID.

NSAID dan asetaminofen dapat memengaruhi cara pemrosesan obat lain. Berikut beberapa kombinasi paling umum yang harus dihindari:

  • Aspirin dan NSAID lainnya. Keduanya meningkatkan risiko perdarahan lambung. NSAID juga mengganggu kemampuan anti-pembekuan aspirin.
  • Asetaminofen dan warfarin. Asetaminofen menumpulkan efek anti pembekuan warfarin.
  • NSAID dan pil tekanan darah. NSAID menurunkan efektivitas banyak obat antihipertensi.

4. Obat pereda nyeri yang digunakan secara terus-menerus dapat menyebabkan masalah

Ilustrasi Obat-Obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Obat pereda nyeri yang diminum untuk meredakan nyeri haid aman bila digunakan sesuai petunjuk dan anjuran dokter. Beberapa obat yang tersedia memiliki keterangan anjuran konsumsi yang telah disesuaikan dengan dosis beserta efek sampingnya. Jangan pernah mengubah dosis yang telah ditetapkan sebelum berkonsultasi ke dokter.

Menurut keterangan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), berikut ini poin penting lainnya yang perlu diingat:

  • Asetaminofen. Mengonsumsi dosis yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan tidak akan memberikan kelegaan lebih dan bisa berbahaya. Dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati dan kematian. Risiko kerusakan hati dapat meningkat pada orang yang mengonsumsi tiga atau lebih minuman beralkohol dalam sehari saat menggunakan obat yang mengandung asetaminofen.
  • NSAID. Terlalu banyak bisa menyebabkan radang perut. Risiko ini meningkat pada orang yang menggunakan obat pengencer darah yang diresepkan, menggunakan steroid, memiliki riwayat radang perut atau tukak lambung, atau memiliki masalah pendarahan lainnya. Penggunaan NSAID juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Risiko ini dapat meningkat pada orang yang mengonsumsi obat diuretik (obat yang meningkatkan ekskresi urine), memiliki tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya.

Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Nyeri Haid Secara Alami Tanpa Efek Samping

Verified Writer

Tyara Motik

The beginner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya