TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Sindrom Nefrotik: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Kelainan ginjal yang menyebabkan kurangnya protein tubuh

ilustrasi ginjal (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Sindrom nefrotik terjadi ketika ada kerusakan pada glomerulus ginjal. Glomerulus merupakan bagian dari nefron ginjal yang berfungsi untuk menyaring protein dan menyerapnya kembali agar bisa digunakan oleh tubuh. Kerusakan tersebut membuat protein yang biasanya disimpan dalam plasma bocor ke dalam urine dalam jumlah besar hingga mengurangi jumlah protein dalam darah.

Sindrom nefrotik dapat terjadi pada semua orang, tapi kelainan ginjal ini banyak ditemui pada anak. Insidensi dari sindrom nefrotik adalah 2-7 per 100 ribu anak. Kasus terbanyak adalah pada anak berumur 3-4 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 2:1.

Pada orang dewasa, kasus sindrom nefrotik adalah 3 kasus per 100 ribu orang. Kejadian sindrom nefrotik pada orang dewasa bervariasi tergantung pada kondisi penyebab yang mendasari kondisi tersebut, utamanya adalah diabetes.

1. Klasifikasi sindrom nefrotik

ilustrasi anak yang sedang sakit (pixabay.com/Sasin Tipchai)

Secara etiologi (asal muasal), kondisi ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sindrom nefrotik kongenital, primer atau idiopatik, dan sekunder. Sindrom nefrotik kongenital biasanya terlihat pada 3 bulan pertama setelah bayi lahir. Kejadian dari sindrom nefrotik kongenital adalah 1 per 8.200 bayi lahir.

Sindrom nefrotik sekunder terjadi karena penyakit lain seperti lupus,  sifilis, hepatitis B, hepatitis C, malaria, dan lainnya. Sementara itu, sindrom nefrotik idiopatik penyebabnya tidak diketahui dan ini yang biasa terjadi pada anak-anak.

2. Bagaimana sindrom nefrotik terjadi?

ilustrasi ginjal (freepik.com/jcomp)

Pada ginjal normal, bagian yang bernama glomerulus berfungsi menyaring darah dan membentuk urine. Bagian ini terdiri dari tiga lapisan. Jika ada kerusakan di area tersebut, maka protein dapat bocor dan keluar bersama urine dalam jumlah yang besar. Padahal, urine normal tidak seharusnya mengandung protein.

Jika jumlah protein yang keluar terlalu banyak, kadarnya di dalam darah akan berkurang. Ini membuat cairan pada aliran darah bocor ke luar menuju jaringan sehingga menyebabkan pembengkakan atau edema.

Lebih lanjut, sindrom nefrotik ditandai dengan beberapa kondisi. Di antaranya proteinuria (adanya protein dalam jumlah besar di urine), hipoalbuminemia (albumin di dalam darah rendah), pembengkakan yang disebut edema, dan kadang disertai dengan kadar kolesterol dalam darah tinggi.

Baca Juga: 5 Bahan Alami untuk Mencegah dan Mengatasi Batu Ginjal  

3. Gejala utama sindrom nefrotik adalah adanya pembengkakan

ilustrasi edema (nhs.uk)

Gejala utama dari sindrom nefrotik adalah adanya edema atau pembengkakan yang disebabkan oleh penumpukan cairan tubuh. Kondisi ini dapat terjadi di wajah yang menyebabkan wajah terlihat sembab dan di kaki. Gejala lain yang muncul adalah urine berbusa, diare, mual, letih, lesu, hilang nafsu makan, dan bertambahnya berat badan akibat penumpukan cairan.

4. Infeksi hingga hipertensi menjadi komplikasi dari sindrom nefrotik

ilustrasi pasien di rumah sakit (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Pasien sindrom nefrotik, terutama anak, rentan terkena infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Group B streptococcus. Pasien berisiko terkena infeksi parah seperti pneumonia, selulitis, hingga repsis. Sindrom nefrotik juga menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin D dan berpotensi terjadinya gangguan metabolisme tulang. 

Komplikasi lain yang dapat timbul adalah hipertensi (tekanan darah tinggi), gangguan ginjal seperti gagal ginjal akut, dan trombosis (terbentuknya gumpalan darah di pembuluh darah), osteoporosis, osteopenia (kepadatan tulang rendah), hipotiroid (hormon tiroid rendah), dan hipokalsemia (kurangnya kalsium).

5. Pasien sindrom nefrotik perlu menjaga asupan makanan

ilustrasi makanan (unsplash.com/S O C I A L . C U T )

Pasien yang menderita sindrom nefrotik perlu menjaga asupan makanannya agar nutrisi terpenuhi dan menghindari terjadinya malnutrisi. Tata laksana diet terdiri dari kalori yang sesuai umur.

Jenis karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks. Makanan tinggi protein tidak dianjurkan karena dapat memberikan beban berlebih pada ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme zat tersebut saat penyaringan.

Namun di sisi lain, protein yang terlalu rendah dapat menyebabkan malnutrisi, sehingga zat ini perlu diberikan dalam jumlah normal sesuai dengan recommended daily allowance, yaitu 1,5-2 g/kgBB/hari. Lemak jenuh harus dihindari karena dapat menyebabkan perburukan penyakit kolesterol.

Natrium dan asupan cairan juga harus dijaga, maka diperlukan diet rendah natrium dan menjaga asupan cairan. Pembatasan cairan diperlukan utamanya untuk pasien dengan penurunan fungsi ginjal dan edema berat.

Baca Juga: 6 Makanan Enak yang Aman Dikonsumsi Orang dengan Penyakit Ginjal

Verified Writer

Wanudya A

You'll never walk alone.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya