Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sekelompok anak sedang memandang ke arah Sungai Batang Nanggang yang meluap saat banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam, Kamis (27/11/2025).
Sekelompok anak sedang memandang ke arah Sungai Batang Nanggang yang meluap saat banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam, Kamis (27/11/2025) (IDN Times/Halbert Caniago)

Intinya sih...

  • Anak-anak korban bencana rentan mengalami gangguan fisik dan mental, seperti trauma, ketakutan, cemas, dan masalah kesehatan.

  • Upaya rehabilitasi meliputi aktivitas yang bisa mengalihkan perhatian anak, pemberian makanan bergizi, air bersih, dan perlindungan terhadap penyakit menular.

  • Bencana berpengaruh pada tumbuh kembang anak serta pendidikan mereka, sehingga perlu adanya perhatian terhadap aspek kesehatan mental dan rehabilitasi pascabencana.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bencana banjir dan tanah longsor yang menghantam Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara menyisakan duka yang mendalam. Luka ini bahkan dirasakan oleh anak-anak yang juga turut menjadi korban dari dahsyatnya air bah yang menyapu tempat tinggal, tempat bermain sampai tempat di mana mereka mencari ilmu.

"Anak adalah kelompok yang paling rentan di situasi yang sulit ini selain lansia, ibu hamil, difabel, anak-anak ini menjadi salah satu kelompok yang sangat rentan dan perlu kita lindungi," kata Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp. Kardio(K), Ketua Pengurus Pusat IDAI dalam media briefing "Tanggap Darurat Bencana", pada Senin (01/12/2025).

Upaya rehabilitasi

Menurut Dr. Piprim, anak-anak bisa mengalami trauma, ketakutan, cemas bahkan mimpi buruk. Relawan perlu melakukan upaya seperti mengajak bermain atau ativitas-aktivitas yang bisa melalaikan mereka sejenak, misal menggambar yang bisa menjadi salah satu opsi untuk mengatasi mereka di fase akut.

"Setelah itu juga tentu saja pastikan anak-anak bisa mendapatkan makanan yang bergizi, air bersih yang aman. Saya lihat di Sumatra Utara menyiapkan air bersih juga. Alhamdulillah, karena anak-anak ini rentan, termasuk juga rentan terhadap penyakit menular di pengungsian," lanjutnya.

Risiko kesehatan yang mungkin terjadi

ilustrasi anak-anak bermain (IDN Times/Irma Yudistirani)

Senada, dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed, Sp.A, Subsp.E.T.I.A(K), Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI menyebut bahwa bencana sangat berpengaruh dengan masalah yang terjadi pada anak-anak

"Dalam keadaan bencana, anak-anak berisiko mengalami beberapa masalah, seperti penyakit diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi pada sistem saluran pernapasan sampai kesulitan air bersih," katanya.

Selain masalah fisik, anak-anak juga harus mendapatkan perlindungan, terutama yang sifatnya seperti kesehatan mental. Kesehatan mental menjadi isu yang tidak boleh terlupakan karena akan sangat melekat dengan tumbuh kembangnya.

"Harapan kami teman-teman yang merespons bencana di berbagai macam daerah tetap harus melihat bahwa anak-anak merupakan satu-satunya yang sifatnya komprehensif, termasuk di dalamnya mempunyai aspek tumbuh dan kembang. Kemudian belum lagi aspek pendidikan anak yang terganggu," lanjut dr. Kadafi.

Aspek lain yang wajib menjadi perhatian adalah pascabencana. Ketika anak kehilangan rumah, kehilangan sekolah, itu harus menjadi concern untuk membantu melakukan rehabilitasi untuk anak-anak yang terdampak.

Editorial Team