ilustrasi rontgen otak (pexels.com/Anna Shevts)
Untuk mendiagnosis anosognosia, dokter akan memberikan beberapa pertanyaan kepada orang yang bersangkutan tentang kondisinya. Ini bertujuan untuk menilai tingkat kesadaran orang tersebut.
Dijelaskan laman Medical News Today, dokter mungkin menggunakan skala peringkat anosognosia untuk mengukur tingkat kesadaran dan seberapa mudah mereka mengakui gejalanya. Selanjutnya, dokter mungkin melakukan pemeriksaan status mental untuk menilai wawasan.
Seseorang mungkin dicurigai memiliki anosognosia jika memenuhi kriteria berikut:
- Orang tersebut sepenuhnya menyangkal penyakitnya.
- Memiliki sedikit kesadaran tentang kondisinya dan membutuhkan pertolongan, tetapi terus menyangkalnya.
- Memiliki kesadaran akan penyakitnya, tetapi menyalahkan orang lain atau faktor eksternal.
- Ada bukti wawasan intelektual tentang kondisi tersebut.
- Orang tersebut memiliki wawasan emosional yang benar ke dalam kondisi mereka.
Skala penilaian juga bertujuan untuk membantu dokter membedakan antara anosognosia dan penyangkalan. Penyangkalan sendiri merupakan mekanisme pertahanan seseorang untuk menanggapi diagnosis yang sulit secara emosional.
Anosognosia umumnya dihasilkan dari kerusakan fisik pada otak, yang berarti bahwa itu berasal dari anatomi, sedangkan penyangkalan bersifat psikologis. Apabila pasien mengalami cedera otak, dokter mungkin melakukan pemindaian otak untuk melihat area mana yang terdampak kerusakan. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter mendiagnosis anosognosia, karena kondisi ini biasanya terkait dengan kerusakan di bagian otak tertentu.