Perbedaan Mental Health dan Mental Illness, Jangan Keliru!

Pernah dengar ungkapan mental health dan mental illness? Ya, kedua istilah ini kian sering muncul seiring ramainya perbincangan tentang isu kesehatan mental. Namun, masih banyak yang menyalahartikan keduanya.
Mental health dan mental illness memang memiliki keterkaitan satu sama lain. Namun, kedua istilah tersebut bukanlah hal yang sama. Yuk, simak penjelasan mengenai perbedaan mental health dan mental illness berikut ini.
1. Definisi mental health dan mental illness

Mental health atau kesehatan mental dimaknai sebagai kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial secara umum. Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat jika ia mampu mengatasi stres sehingga dapat belajar, bekerja, dan berkontribusi baik terhadap lingkungannya.
Mental illness atau penyakit mental adalah suatu kondisi psikologis yang dapat didiagnosis. Sering disebut juga dengan istilah mental disorder. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor biologis seperti gen dan zat kimia dalam otak yang mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan kebiasaan sehari-hari.
Kesehatan mental mencakup seluruh kondisi taraf psikologis yang baik maupun buruk. Penyakit mental cenderung memiliki nama dan standar diagnosis seperti bipolar, gangguan makan, skizofrenia, kecemasan, dan lainnya. Garis besar yang membedakan kedua istilah ini yaitu meskipun setiap orang memiliki kesehatan mental namun tidak semua orang memiliki penyakit mental.
Seseorang bisa saja sedang dalam kondisi kesehatan mental yang rendah seperti sedih, khawatir, atau stres karena pekerjaan tetapi ia tidak bisa dikatakan mengidap penyakit mental sebelum ada diagnosis dari ahli. Pula sebaliknya, seseorang yang didiagnosis menderita penyakit mental tetapi mampu mengelola stres dengan baik maka ia bisa dikatakan memiliki kesehatan mental yang baik.
2. Keterkaitan antara mental health dan mental illness

Sherry Benton, seorang profesor psikologi Amerika menggambarkan hubungan antara kesehatan mental dan penyakit mental dalam sebuah diagram. Ia membaginya menjadi empat kuadran yang menunjukkan masing-masing kondisi high dan low dari mental health dan mental illness.
Menurutnya, setiap orang bisa sekaligus mengalami dua dimensi dalam masalah kesehatan mentalnya. Misalnya, seseorang sedang mengalami perasaan sedih yang menandakan ia dalam mental health low. Namun, secara bersamaan ia juga berada dalam taraf mental illness low atau bahkan tidak ada sama sekali.
Juga seseorang yang didiagnosis mengidap bipolar menandakan ia berada dalam taraf mental illness high. Ketika ia mampu mengelola stres dengan baik maka secara bersamaan ia juga berada dalam mental health high. Hal sebaliknya berlaku jika emosi negatif yang hadir lebih mendominasi maka ia sedang dalam kondisi mental illness high dan mental health low.
3. Bisakah mental illness dicegah?

Sebagian orang mengidap penyakit mental dikarenakan faktor genetik atau gangguan pada neurotransmitter di otak mereka. Sebagian lainnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan pola hidup yang berpengaruh pada kondisi psikologis.
Dilansir We Are Well Being, kesehatan mental rendah yang secara konsisten terjadi dalam waktu yang lama dapat berubah menjadi penyakit mental seperti depresi dan kecemasan.
Hal ini dikarenakan kondisi psikologis yang buruk pada akhirnya akan mencapai titik dimana itu memengaruhi pola pikir dan cara bertindak individu tersebut. Bahkan penyakit mental yang disertai kesehatan mental yang buruk akan lebih kompleks dan sulit untuk diatasi.
Dalam sebuah laporan yang ditulis Dr. Antonis Kousoulis dari Mental Health Foundation (MHF) disebutkan bahwa faktor genetik hanya berperan kecil terhadap kejadian penyakit mental. Sosial, keluarga, ekonomi, dan emosional yang berinteraksi dengan faktor biologis lebih berperan besar dalam membentuk kasus penyakit mental.
Dengan begitu, mental illness masih dapat dicegah dengan memperhatikan kesejahteraan psikologis masing-masing individu. Mulai menerapkan teknik kelola emosi yang baik dapat membantu mencegah munculnya berbagai penyakit mental.
4. Hubungan kebahagiaan dengan kesehatan mental

Sebuah laporan penelitian yang dimuat dalam The International Journal of Indian Psychology tahun 2015 menyatakan bahwa perasaan bahagia dan emosi positif lainnya menyumbang pengaruh lebih besar terhadap kesehatan mental yang baik. Meskipun kebahagiaan diartikan secara subyektif, orang yang bahagia lebih kecil peluangnya untuk terkena penyakit mental dibandingkan mereka yang merasa tidak bahagia dalam hidupnya.
Hal di atas sesuai dengan stigma yang beredar di masyarakat bahwa ciri mental sehat adalah perasaan yang selalu senang dan bahagia. Namun, penelitian dalam jurnal World of Psichiatry tahun 2015 menyebutkan bahwa seseorang dengan mental yang sehat juga dapat merasakan sedih, marah, dan perasaan tidak bahagia karena emosi-emosi tersebut secara normal merupakan bagian dari diri setiap manusia.
Selama individu tersebut masih mampu mengatasi dengan baik setiap emosi negatif yang datang, maka bisa dikatakan ia masih berada dalam kesehatan mental yang baik. Oleh karena itu, penting untuk kita memahami emosi apa yang sedang dirasakan dan bagaimana cara mengekspresikannya dengan baik.
5. Tips untuk menjaga kesehatan mental

Karena begitu pentingnya isu kesehatan mental, Badan Kesehatan Mental Dunia (WFMH) menetapkan tanggal 10 Oktober sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini dibentuk sejak tahun 1992 atas inisiasi Wakil Sekretaris Jenderal WFMH, Richard Hunter.
Dilansir WHO, berikut enam cara sederhana yang bisa kamu terapkan untuk menjaga kesehatan mental.
- Bicaralah kepada seseorang yang kamu percaya baik keluarga atau teman untuk membagikan apa yang sedang kamu rasakan. Itu akan membuatmu lebih lega dan meminimalisir terjadinya stres psikologis;
- Perhatikan kesehatan fisikmu. Tubuh yang sehat dapat meningkatkan dan menstabilkan mood yang baik. Lakukanlah olahraga ringan 30 menit per hari, konsumsi makanan seimbang, dan tidur yang cukup;
- Lakukanlah aktivitas yang menurutmu bermakna dan membuatmu senang. Rutinitas yang teratur dengan aktivitas yang membuatmu bahagia akan membantu menjaga kesehatan mental yang baik;
- Jauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik untuk kesehatan fisik dan mental. Misalnya alkohol, obat-obatan, tembakau, dan tontonan media sosial yang negatif;
- Ambil waktu dua menit untuk fokus terhadap apa yang ada di sekelilingmu. Kamu bisa memunculkan pertanyaan-pertanyaan ringan seperti apa yang dapat saya lihat, suara apa yang saya dengar, aroma apakah yang sedang saya cium, atau apakah kaki saya menginjak lantai dengan sempurna;
- Jangan malu untuk meminta bantuan profesional jika kamu merasa tidak bisa mengatasi emosi negatifmu sendiri. Buanglah stigma bahwa jika berkunjung ke psikolog atau psikiater maka kamu akan dianggap gila. Ingatlah bahwa kamu tidak sendiri dan carilah teman untuk berbagi cerita.
Begitu pentingnya kita untuk memahami setiap istilah dalam komunikasi sehari-hari. Perdalam literasi dan pemahaman makna yang berbeda dapat berdampak fatal jika tidak diluruskan. Juga pentingnya kita untuk menjaga dan meningkatkan literasi di masyarakat.