ilustrasi pola makan sehat bergizi seimbang (pexels.com/Cats Coming)
Meski penyebab diabetes tidak selalu berkaitan dengan berat badan, tetapi beberapa langkah terbukti membantu menurunkan risikonya. Kuncinya ada pada menjaga sensitivitas insulin, stabilitas gula darah, serta meminimalkan faktor pemicu peradangan metabolik.
Fokus pada makanan utuh seperti sayur, buah, biji-bijian utuh, protein tanpa lemak, kacang-kacangan, serta lemak sehat. Pola makan tinggi serat dan rendah gula tambahan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mendukung keseimbangan metabolik.
Pada orang kurus, massa otot yang rendah dapat mengurangi kemampuan tubuh menyimpan glukosa. Latihan beban 2–3 kali seminggu dapat meningkatkan massa otot dan menurunkan resistansi insulin.
Kadar kortisol tinggi dan kurang tidur berkaitan dengan disfungsi metabolik dan peningkatan kadar gula darah. Tidur 7–9 jam per malam dan strategi manajemen stres (seperti mindfulness atau olahraga ringan) bisa membantu.
Orang dengan riwayat keluarga diabetes, mereka yang pernah mengalami malnutrisi, atau yang memiliki pola makan rendah energi jangka panjang sebaiknya melakukan cek gula darah rutin meskipun tubuh kurus. Deteksi dini memungkinkan intervensi lebih cepat.
Pada sebagian individu, pembatasan makan terlalu ketat dapat memicu gangguan metabolik dan meningkatkan kerentanan terhadap lean diabetes. Pastikan kebutuhan kalori tercukupi, terutama jika aktif berolahraga.
Lean diabetes adalah spektrum diabetes tipe 2, diabetes yang muncul pada orang kurus atau IMT normal, dengan etiologi yang sering kali berkaitan pada kekurangan fungsi sel beta, faktor genetik, dan kondisi nutrisi.
Walaupun tubuh tampak langsing atau kurus, risiko gula darah tinggi dan komplikasinya nyata dan butuh penanganan cepat serta strategi pengobatan yang disesuaikan.
Deteksi dini lewat pemeriksaan gula darah rutin, pemeriksaan C-peptida bila perlu, dan intervensi nutrisi/terapi yang tepat menjadi langkah penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang. Jika kamu atau orang terdekat memiliki gejala yang mencurigakan, meski tidak kelebihan berat badan, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Referensi
Amrutha Mary George, Amith George Jacob, and Leon Fogelfeld, “Lean Diabetes Mellitus: An Emerging Entity in the Era of Obesity,” World Journal of Diabetes 6, no. 4 (January 1, 2015): 613, https://doi.org/10.4239/wjd.v6.i4.613.
Yuzi Cao et al., “Pathophysiology of Type 2 Diabetes: A Focus on the Metabolic Differences Among Southeast Asian, Chinese and Indian Populations and How This Impacts Treatment,” Diabetes Obesity and Metabolism 27, no. S10 (August 26, 2025): 3–14, https://doi.org/10.1111/dom.70060.
Teresa Salvatore et al., “Current Knowledge on the Pathophysiology of Lean/Normal-Weight Type 2 Diabetes,” International Journal of Molecular Sciences 24, no. 1 (December 30, 2022): 658, https://doi.org/10.3390/ijms24010658.
Ambady Ramachandran, Ronald Ching Wan MA, and Chamukuttan Snehalatha, “Diabetes in Asia,” The Lancet 375, no. 9712 (October 29, 2009): 408–18, https://doi.org/10.1016/s0140-6736(09)60937-5.
Pradnyashree Wadivkar et al., “Classifying a Distinct Form of Diabetes in Lean Individuals With a History of Undernutrition: An International Consensus Statement,” The Lancet Global Health 13, no. 10 (September 17, 2025): e1771–76, https://doi.org/10.1016/s2214-109x(25)00263-3.
Phatthanaphong Therdtatha et al., “Gut Microbiome of Indonesian Adults Associated With Obesity and Type 2 Diabetes: A Cross-Sectional Study in an Asian City, Yogyakarta,” Microorganisms 9, no. 5 (April 22, 2021): 897, https://doi.org/10.3390/microorganisms9050897.
Taiwo Temitope Ogunjobi et al., “Improving the Prevention and Treatment of Lean Type 2 Diabetes in Sub-Saharan Africa: A Review,” European Journal of Sustainable Development Research 9, no. 2 (April 23, 2025): em0287, https://doi.org/10.29333/ejosdr/16288.