Ya, ada situasi yang mengharuskan endoskopi pada anak, baik untuk diagnosis maupun intervensi terapeutik. Anak dapat menjalani endoskopi melalui mulut (gastroskopi) maupun kolonoskopi (endoskopi melalui anus).
Dokter anak mungkin akan meminta endoskopi jika anak mengalami sakit perut, mual, muntah, perdarahan, masalah pertumbuhan, atau diare.
Selama prosedur ini dokter juga dapat melakukan biopsi, yaitu mengambil sedikit sampel jaringan dari lapisan dalam saluran cerna. Sampel tersebut kemudian akan diperiksa di laboratorium agar dokter bisa memastikan diagnosis dan merancang pengobatan untuk anak.
Kadang-kadang, dokter cuma perlu memerika saluran cerna bagian atas (esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus), dan di waktu lain dokter hanya perlu memeriksa bagian bawah saluran cerna (usus besar dan bagian bawah usus halus). Namun, mungkin juga dokter perlu memeriksa saluran cerna bagian atas dan bawah.
Mungkin ada juga pilihan endoskopi kapsul. Ini memungkinkan dokter melihat bagian dalam usus halus. Anak akan menelan pil besar (kapsul) dengan kamera di dalamnya. Saat pil tersebut bergerak melalui usus, gambar dikirim ke perekam yang dikenakan pada sabuk sensor pinggang. Perekam ini akan dipakai selama 8 jam. Metode ini umumnya digunakan untuk mencari penyebab anemia atau pendarahan, sering kali setelah tes lain seperti kolonoskopi dan gastroskopi dilakukan dan menunjukkan hasil normal.
Selain itu, endoskopi juga dapat dilakukan sebagai intervensi terapi, misalnya pemotongan atau pembakaran jaringan untuk menghentikan sumber perdarahan atau pemotongan dan pengangkatan seperti pada kasus polip. Contoh lainnya adalah pengambilan benda asing dan pelebaran saluran makanan yang menyempit pada anak-anak yang memakan atau menelan zat-zat korosif.