Apakah Endoskopi Anak Berisiko?

Intinya sih...
Endoskopi adalah prosedur medis yang memungkinkan dokter melihat bagian dalam saluran pencernaan anak. Dengan prosedur ini, dokter dapat melihat langsung saluran pencernaan, menegakkan diagnosis akurat, dan bahkan menangani masalah tertentu secara langsung.
Anak memerlukan endoskopi jika mengalami sakit perut, mual, muntah, perdarahan, masalah pertumbuhan, atau diare. Saat prosedur, biopsi juga dapat dilakukan.
Walaupun endoskopi termasuk prosedur yang umum dan relatif aman, tetap ada risiko yang bisa terjadi.
Sebagai orang tua, kadang kamu mengalami dilema terkait kesehatan anak. Sebagai contoh, dokter baru saja menjelaskan bahwa si kecil perlu menjalani prosedur medis endoskopi.
Endoskopi adalah prosedur yang memungkinkan dokter melihat bagian dalam dari kerongkongan (saluran menelan), lambung, dan usus halus bagian atas. Dengan bantuan selang lentur yang sangat kecil dan dilengkapi kamera, dokter memasukkannya perlahan melalui mulut anak untuk memeriksa kondisi jaringan secara langsung.
Walaupun terdengar menegangkan, tetapi ini bisa menjadi langkah penting untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh anak, khususnya di saluran pencernaannya. Tidak perlu khawatir berlebihan karena endoskopi anak akan dilakukan secara hati-hati dan tidak menyebabkan rasa sakit. Dengan informasi dari endoskopi, perjalanan menuju kesembuhan anak akan jadi lebih jelas dan terarah.
Kapan anak membutuhkan endoskopi?
Ya, ada situasi yang mengharuskan endoskopi pada anak, baik untuk diagnosis maupun intervensi terapeutik. Anak dapat menjalani endoskopi melalui mulut (gastroskopi) maupun kolonoskopi (endoskopi melalui anus).
Dokter anak mungkin akan meminta endoskopi jika anak mengalami sakit perut, mual, muntah, perdarahan, masalah pertumbuhan, atau diare.
Selama prosedur ini dokter juga dapat melakukan biopsi, yaitu mengambil sedikit sampel jaringan dari lapisan dalam saluran cerna. Sampel tersebut kemudian akan diperiksa di laboratorium agar dokter bisa memastikan diagnosis dan merancang pengobatan untuk anak.
Kadang-kadang, dokter cuma perlu memerika saluran cerna bagian atas (esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus), dan di waktu lain dokter hanya perlu memeriksa bagian bawah saluran cerna (usus besar dan bagian bawah usus halus). Namun, mungkin juga dokter perlu memeriksa saluran cerna bagian atas dan bawah.
Mungkin ada juga pilihan endoskopi kapsul. Ini memungkinkan dokter melihat bagian dalam usus halus. Anak akan menelan pil besar (kapsul) dengan kamera di dalamnya. Saat pil tersebut bergerak melalui usus, gambar dikirim ke perekam yang dikenakan pada sabuk sensor pinggang. Perekam ini akan dipakai selama 8 jam. Metode ini umumnya digunakan untuk mencari penyebab anemia atau pendarahan, sering kali setelah tes lain seperti kolonoskopi dan gastroskopi dilakukan dan menunjukkan hasil normal.
Selain itu, endoskopi juga dapat dilakukan sebagai intervensi terapi, misalnya pemotongan atau pembakaran jaringan untuk menghentikan sumber perdarahan atau pemotongan dan pengangkatan seperti pada kasus polip. Contoh lainnya adalah pengambilan benda asing dan pelebaran saluran makanan yang menyempit pada anak-anak yang memakan atau menelan zat-zat korosif.
Persiapan sebelum endoskopi anak
Sebelum seorang anak menjalani endoskopi, ada serangkaian persiapan harus diperhatikan oleh orang tua demi kelancaran dan keamanan tindakan medis.
Untuk gastroskopi
Anak tidak boleh makan atau minum apa pun dalam 6 jam sebelum bius diberikan. Perut kosong membantu mencegah mual atau muntah saat dibius.
Jika diizinkan oleh dokter, anak boleh minum cairan bening non soda, seperti air putih atau cairan oralit, hingga beberapa jam sebelum sampai di klinik atau rumah sakit. Namun, minuman berbahan susu dilarang.
Apabila usia anak masih di bawah 1 tahun, biasanya diperbolehkan menyusu (ASI atau susu formula) maksimal 4 jam sebelum bius.
Untuk kolonoskopi
Obat yang mengandung zat besi perlu dihentikan minimal satu minggu sebelumnya, karena zat ini bisa membuat hasil pemeriksaan sulit dibaca.
Obat lain boleh dilanjutkan sesuai arahan dari dokter anak.
Anak tidak boleh mengonsumsi produk susu atau makanan lain yang dilarang dokter.
Setelah mulai puasa makanan padat, anak hanya boleh minum cairan bening seperti air putih, minuman olahraga bening (tanpa pewarna), dan beberapa jenis jeli bening.
Bagi orang tua, persiapan ini mungkin bikin khawatir. Namun, ketahuilah bahwa dokter dan tim medis mempersiapkan semuanya dengan sangat hati-hati.
Endoskopi tergolong aman karena sifatnya yang kurang invasif dibandingkan dengan pembedahan. Biasanya, tindakan diagnostik tanpa intervensi memakan waktu 5–10 menit. Tindakannya pun sangat ringan dan tidak sakit, kecuali jika biopsi dilakukan.
Dokter anak akan berbicara dengan orang tua segera setelah prosedur selesai. Jika biopsi dilakukan, hasilnya mungkin akan keluar sekitar 5–7 hari.
Setelah prosedur
Setelah anak sadar dari bius dan dapat minum cairan serta menelannya, anak umumnya boleh pulang.
Beberapa anak mungkin mengalami efek samping dari prosedur atau anestesi umum seperti kelelahan, sakit perut, atau muntah. Jika anak merasa sakit, anak akan dipantau oleh perawat sedikit lebih lama hingga mereka merasa lebih baik. Perawat akan melepaskan infus intravena (IV) dari anak sebelum pulang.
Anak mungkin merasa pusing dan tidak stabil hingga enam jam setelah anestesi umum. Begitu sampai di rumah, anak harus melakukan aktivitas yang tenang, seperti menonton TV atau mendengarkan musik, dan beristirahat. Jangan biarkan anak melakukan aktivitas yang membutuhkan keseimbangan yang baik, seperti mengendarai sepeda. Anak seharusnya dapat melanjutkan aktivitas normal mereka keesokan harinya.
Ketika tiba di rumah setelah prosedur endoskopi, berikan anak makanan ringan. Hindari memberikan anak makanan berat atau gorengan, karena ini dapat mengganggu perut mereka atau memicu muntah. Keesokan harinya setelah prosedur, anak dapat kembali makan dan minum seperti biasa.
Setelah prosedur, anak mungkin mengalami ketidaknyamanan, sakit perut, atau gejala ini:
Gastroskopi
Sakit perut.
Nyeri perut akibat kembung.
Muntah.
Perdarahan. Muntah darah dalam jumlah sedikit adalah hal yang normal. Jumlahnya harus kurang dari satu sendok setiap kali.
Demam.
Sakit tenggorokan yang berlangsung selama 1–2 hari.
Kolonoskopi
Sakit perut.
Nyeri perut akibat kembung.
Distensi abdomen, yaitu kondisi perut yang membesar dan sering kali diiringi dengan perasaan kembung akibat gas atau konten pencernaan yang terperangkap.
Muntah.
Pendarahan. Wajar bila terjadi sedikit darah dalam tinja selama 1–2 hari ke depan. Jumlahnya harus kurang dari satu sendok setiap kali.
Kapan harus mencari pertolongan medis?
Segera hubungi dokter anak atau bawa anak ke Unit Gawat Darurat jika mereka mengalami salah satu dari gejala ini:
Sakit perut terus berlanjut.
Muntah tidak berhenti.
Darah dalam muntahan atau tinja anak lebih dari satu sendok.
Anak mengeluarkan darah dalam tinja selama lebih dari dua hari.
Sakit tenggorokan berlangsung lebih dari dua hari atau malah bertambah parah.
Anak terus-menerus mengalami demam.
Kemungkinan efek samping dan komplikasi dari endoskopi pada anak
Walaupun endoskopi termasuk prosedur yang umum dan relatif aman, tetap ada risiko yang bisa terjadi. Berikut beberapa kemungkinan efek samping dan komplikasi yang perlu dipahami orang tua:
Perut kembung dan sakit tenggorokan: Setelah prosedur, anak mungkin merasa perutnya penuh atau begah, disertai tenggorokan tidak nyaman. Ini bisa berlangsung selama 24–48 jam dan biasanya akan membaik dengan sendirinya.
Cedera pada gigi: Dalam kasus yang jarang, alat endoskop dapat mengenai gigi anak. Untuk mencegahnya, dokter biasanya memasangkan pelindung mulut selama prosedur.
Perdarahan: Sekitar 1 dari 1.000 pasien bisa mengalami perdarahan selama endoskopi. Jika ini terjadi, dokter akan segera mengambil langkah untuk menghentikannya. Dalam situasi tertentu, anak mungkin memerlukan transfusi darah, dan dalam kasus langka, operasi.
Perforasi (luka tembus): Sekitar 1 dari 15.000 pasien dapat mengalami robekan kecil di dinding esofagus, lambung, atau usus dua belas jari. Jika ini terjadi, kemungkinan besar diperlukan operasi untuk memperbaikinya.
Aspirasi: Jika perut anak belum sepenuhnya kosong saat prosedur, sisa makanan atau cairan bisa masuk ke paru-paru. Ini bisa mengganggu pernapasan dan memicu infeksi serius. Karena itu, puasa sebelum endoskopi sangat penting.
Walaupun endoskopi pada anak terdengar agak menakutkan, tetapi prosedur ini sebenarnya merupakan alat pemeriksaan yang sangat umum digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan si kecil. Dengan prosedur ini, tenaga medis dapat melihat secara langsung saluran pencernaan, menegakkan diagnosis dengan lebih akurat, dan bahkan menangani masalah tertentu secara langsung.
Referensi
"Endoscopy – Paediatrics." National Health Service. Diakses Juni 2025.
"Pediatric Endoscopy." Children's Hospital of Philadelphia. Diakses Juni 2025.
"Children’s Endoscopy Procedure - All You Need to Know." Lakeshore Hospital and Research Centre. Diakses Juni 2025.
"What is Gastrointestinal Endoscopy?" Cincinnati Children's Hospital Medical Center. Diakses Juni 2025.
"Is Endoscopy Safe for Children?" Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia. Diakses Juni 2025.
"Apakah Endoskopi Anak Aman? Ketahui Jenis & Efek Sampingnya." Siloam Hospitals. Diakses Juni 2025.
"Upper endoscopy and colonoscopy: Caring for your child at home after the procedure." AboutKidsHealth. Diakses Juni 2025.
"When Your Child Needs an Endoscopy, A Parent Guide." Banner Health. Diakses Juni 2025.