Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang ibu bersiap menyusui bayinya.
ilustrasi ibu menyusui (unsplash.com/kevin liang)

Intinya sih...

  • Dua studi besar menegaskan bahwa menyusui aman bagi penyintas kanker payudara.

  • Risiko kekambuhan kanker tidak meningkat pada ibu yang menyusui. Menyusui juga ditemukan aman bagi penyintas dengan mutasi gen BRCA1/2 dan kanker reseptor hormon positif.

  • Bagi perempuan yang telah melewati fase pengobatan kanker payudara, menyusui bukan hanya tentang memberi nutrisi bagi bayi, tetapi juga tentang mendapatkan kembali bagian dari diri mereka yang sempat dirampas oleh penyakit.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi banyak perempuan, menjadi ibu adalah babak penuh makna dalam hidup. Namun, bagi mereka yang pernah melawan kanker payudara, keinginan untuk menyusui sering diiringi kekhawatiran apakah itu aman untuk mereka atau apakah menyusui bisa memicu kembalinya kanker?

Harapan untuk penyintas kanker payudara menyusui makin nyata. Dua penelitian yang dipresentasikan dalam Kongres European Society For Medical Oncology (ESMO) tahun 2024 menyebut bahwa menyusui ternyata aman dan memungkinkan bagi para penyintas kanker payudara, termasuk mereka yang memiliki mutasi gen BRCA1/2 atau kanker dengan reseptor hormon positif.

Menyusui tidak meningkatkan risiko kanker kembali

Penelitian pertama, bernama POSITIVE Trial, melibatkan 518 perempuan penyintas kanker payudara stadium I–III dengan reseptor hormon positif. Para peserta berusia 42 tahun ke bawah dan sebelumnya menjalani terapi endokrin selama 18–30 bulan.

Mereka kemudian menghentikan terapi selama maksimal dua tahun untuk mencoba hamil, melahirkan, dan menyusui. Setelah itu, terapi dilanjutkan kembali selama 5–10 tahun. Dari 317 perempuan yang melahirkan, sebanyak 196 di antaranya berhasil menyusui dengan rata-rata durasi 4,4 bulan.

Hasilnya menguatkan satu hal penting, bahwa menyusui tidak meningkatkan risiko kekambuhan kanker. Dalam masa tindak lanjut sekitar 41 bulan, angka kekambuhan pada kelompok yang menyusui hampir sama dengan yang tidak—1,1 persen vs 1,9 persen setelah satu tahun, dan 3,6 persen vs 3,1 persen setelah dua tahun.

“Sebagian besar pasien yang ingin menyusui ternyata bisa melakukannya, dan hasilnya menunjukkan hal itu aman,” ujar Prof. Fedro Peccatori, ahli onkologi dari European Institute of Oncology, Italia, dilansir laman resmi ESMO.

Studi kedua, BRCA BCY Collaboration, meneliti 4.904 perempuan dengan kanker payudara akibat mutasi gen BRCA1 atau BRCA2. Semua peserta studi didiagnosis sebelum usia 40 tahun.

Hasilnya pun serupa, bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara ibu yang menyusui dan yang tidak dalam hal kekambuhan kanker maupun angka kesintasan penyakit selama tujuh tahun pengamatan.

Dari 110 perempuan yang menyusui dan 68 yang tidak, angka kejadian kanker baru pada payudara atau area sekitarnya tidak jauh berbeda, yaitu 29 persen berbanding 37 persen. Bahkan, tingkat kesintasan bebas penyakit juga serupa.

“Temuan ini menegaskan bahwa menyusui bisa dilakukan tanpa mengorbankan keamanan onkologis,” jelas Dr. Eva Blondeaux dari Ospedale San Martino, Italia.

Temuan dua studi ini merupakan cermin dari harapan banyak penyintas kanker payudara. Bagi para perempuan yang telah melewati fase pengobatan kanker payudara, menyusui bukan hanya tentang memberi nutrisi bagi bayi, tetapi juga tentang mendapatkan kembali bagian dari diri mereka yang sempat dirampas oleh penyakit. Jika memiliki kekhawatiran mengenai menyusui pasca perawatan kanker, konsultasikan dengan dokter.

Amankah menyusui setelah perawatan kanker payudara?

Ilustrasi kanker payudara (IDN Times/Aditya Pratama)

Bagi sebagian perempuan yang pernah menjalani operasi payudara atau terapi radiasi, menyusui bisa menjadi tantangan tersendiri.

Produksi ASI dari payudara yang terkena mungkin berkurang, bahkan bisa terjadi perubahan bentuk atau struktur yang membuat proses menyusui terasa nyeri, atau membuat bayi lebih sulit menempel dengan baik. Meski begitu, banyak perempuan tetap berhasil menyusui, meskipun tidak selalu dari kedua payudara.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan obat. Jika kamu masih menjalani pengobatan kanker payudara, misalnya terapi hormon, sangat penting untuk berdiskusi dengan dokter yang merawat sebelum mencoba menyusui. Beberapa jenis obat dapat masuk ke dalam ASI dan berpotensi memengaruhi kesehatan bayi.

Menyusui setelah kanker payudara memang tidak selalu mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Dengan bimbingan tenaga medis dan dukungan orang terdekat, banyak ibu tetap bisa memberikan kehangatan dan nutrisi terbaik bagi buah hatinya.

Referensi

"Breastfeeding Appears Feasible, Safe for Breast Cancer Survivors." Cancer Therapy Advisor. Diakses Oktober 2025.

"Studies Provide First Evidence That Breastfeeding after Breast Cancer Is Safe." ESMO. Diakses Oktober 2025.

"Pregnancy After Breast Cancer." American Cancer Society. Diakses Oktober 2025.

Editorial Team