5 Area Tubuh yang Tidak Boleh Diolesin Balsem, Bisa Iritasi!

- Area sekitar mata sangat sensitif dan tidak boleh diolesi balsem karena dapat menyebabkan iritasi, perih, dan bahkan luka ringan pada permukaan kornea.
- Penggunaan balsem di lubang hidung dapat mengakibatkan iritasi, kemerahan, dan bahkan luka ringan di rongga hidung karena sensitivitas kulit di sekitar lubang hidung.
- Kulit di area kelamin memiliki sensitivitas tinggi dan tidak cocok untuk kontak langsung dengan bahan aktif balsem karena dapat menyebabkan reaksi panas berlebih, gatal, atau iritasi parah.
Balsem dikenal sebagai salah satu solusi cepat untuk mengatasi pegal, nyeri otot, pilek, maupun sakit kepala. Kandungan seperti mentol, kamper, dan minyak kayu putih memberikan sensasi hangat yang membantu meredakan ketegangan otot atau rasa tidak nyaman pada tubuh. Namun, meskipun sering digunakan, balsem tidak selalu aman diaplikasikan ke seluruh area tubuh.
Beberapa bagian tubuh memiliki sensitivitas tinggi terhadap bahan aktif dalam balsem. Penggunaan yang kurang hati-hati bisa menimbulkan iritasi, rasa terbakar, bahkan reaksi alergi serius. Oleh karena itu, penting untuk mengenali area-area tubuh yang sebaiknya dihindari saat mengoleskan balsem. Berikut lima bagian tubuh yang sebaiknya tidak diberi balsem demi menjaga kenyamanan dan keamanan yang dilansir dari medicalnewstoday.com:
1. Area sekitar mata

Kulit di sekitar mata tergolong sangat tipis dan sensitif. Saat balsem dioleskan terlalu dekat dengan mata, uap dari bahan aktif seperti mentol atau kamper bisa menyebabkan mata perih, berair, dan terasa terbakar. Bahkan tanpa kontak langsung, hanya dari uapnya saja, mata bisa mengalami iritasi.
Selain itu, jika balsem secara tidak sengaja masuk ke mata, dampaknya bisa lebih parah, mulai dari kemerahan hingga luka ringan pada permukaan kornea. Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk tidak mengoleskan balsem di dahi yang terlalu dekat ke garis mata atau pelipis, terutama saat akan tidur.
2. Lubang hidung

Banyak orang mengoleskan balsem di bawah hidung untuk melegakan pernapasan saat pilek. Namun, hal ini dapat berisiko karena area tersebut sangat sensitif. Kulit di sekitar lubang hidung bisa mengalami iritasi atau kemerahan akibat reaksi dari bahan kimia dalam balsem, apalagi jika digunakan berulang kali.
Penggunaan balsem terlalu dekat ke dalam lubang hidung juga berbahaya karena uapnya bisa masuk ke saluran pernapasan dan menyebabkan rasa perih di bagian dalam hidung. Beberapa kasus bahkan menunjukkan adanya luka ringan di rongga hidung akibat penggunaan balsem secara langsung. Sebaiknya balsem dioleskan di area luar yang cukup jauh dari lubang hidung.
3. Area kelamin

Kulit di area kelamin memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi dan tidak cocok untuk kontak langsung dengan bahan aktif balsem. Penggunaan balsem di area ini dapat menyebabkan rasa panas berlebih, gatal, atau bahkan iritasi parah. Beberapa orang juga melaporkan munculnya luka atau lepuhan setelah pemakaian yang tidak tepat.
Area ini juga memiliki pembuluh darah dan saraf yang sangat peka, sehingga reaksi terhadap balsem bisa lebih cepat dan intens. Oleh karena itu, jika terjadi pegal atau kram di sekitar selangkangan atau paha bagian atas, sebaiknya gunakan alternatif lain seperti kompres hangat daripada mengoleskan balsem langsung ke kulit sensitif.
4. Luka yang terbuka

Balsem seharusnya hanya digunakan pada kulit yang utuh dan sehat. Mengoleskan balsem pada luka terbuka, goresan, atau kulit yang teriritasi dapat menyebabkan rasa perih yang sangat tajam. Bahan aktif dalam balsem dapat masuk ke jaringan kulit yang rusak dan memicu reaksi menyakitkan atau bahkan memperburuk kondisi luka.
Luka yang terkena balsem berisiko mengalami peradangan lebih lanjut dan memperlambat proses penyembuhan. Selain itu, jika balsem mengandung zat aromatik atau bahan pengawet tertentu, risiko infeksi juga bisa meningkat. Untuk luka terbuka, lebih baik menggunakan salep antiseptik atau salep penyembuh luka yang dirancang khusus.
5. Kulit bayi dan balita

Kulit bayi dan balita memiliki struktur yang masih sangat tipis dan rentan terhadap bahan kimia. Penggunaan balsem pada anak-anak, terutama di bawah usia dua tahun, bisa menimbulkan reaksi negatif seperti iritasi kulit, kemerahan, atau sesak napas akibat uap mentol yang terlalu kuat. Bahkan produk balsem dengan label “aman untuk anak” tetap harus digunakan dengan sangat hati-hati.
Organ pernapasan bayi yang masih berkembang juga lebih sensitif terhadap aroma atau uap yang kuat. Pemberian balsem di dada atau punggung bayi sebaiknya dihindari, kecuali atas rekomendasi dokter. Jika ingin memberikan efek hangat, penggunaan minyak telon dengan bahan alami jauh lebih aman untuk kulit bayi.
Balsem memang memiliki banyak manfaat, terutama untuk meredakan rasa tidak nyaman di tubuh akibat pegal, masuk angin, atau hidung tersumbat. Namun, penggunaannya harus dilakukan dengan bijak dan tidak sembarangan. Beberapa area tubuh memiliki sensitivitas tinggi terhadap bahan aktif dalam balsem, dan penggunaan yang tidak tepat justru bisa menimbulkan masalah baru.