Endometriosis pada Remaja: Penyebab, Gejala, Penanganan

Lebih umum daripada yang kita kira

Walaupun diagnosis endometriosis sering didapat pada usia 30-an dan 40-an, kondisi ini dapat menunjukkan gejala selama masa remaja. Diagnosis dini adalah kunci dalam memperlambat perkembangan penyakit.

Banyak orang tidak menerima diagnosis endometriosis sampai mereka mencoba untuk hamil, sehingga sering tidak terdiagnosis pada remaja. Namun, endometriosis pada remaja relatif umum.

Studi dalam Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology tahun 2020 menemukan bahwa endometriosis lebih sering terjadi pada remaja daripada yang diyakini sebelumnya. Studi ini menganalisis 19 studi yang melibatkan 1.243 remaja dengan nyeri panggul. Tim peneliti menemukan bahwa 648 dari 1.011 pasien (16 persen) yang telah menjalani laparoskopi didiagnosis dengan endometriosis.

1. Apa itu endometriosis?

Endometriosis adalah kondisi menyakitkan yang terjadi ketika jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di bagian lain dari tubuh.

Sebagian besar penelitian tentang endometriosis telah melihat orang-orang diidentifikasi perempuan sejak lahir. Dilansir Office on Women's Health, diperkirakan sekitar 11 perempuan usia subur (antara usia 15 dan 44 tahun) mengidap penyakit ini. Namun, kemungkinan besar penyakit ini memengaruhi lebih banyak lagi.

Gejala endometriosis dapat bervariasi dari satu orang ke orang berikutnya dan tidak selalu berkorelasi dengan stadium penyakit. Orang dengan endometriosis stadium I dapat memiliki gejala yang parah, sedangkan mereka yang memiliki stadium lanjut mungkin memiliki sedikit gejala.

2. Gejala endometriosis pada remaja

Endometriosis pada Remaja: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi endometriosis pada remaja (pexels.com/Karolina Grabowska)

Banyak orang dengan endometriosis melaporkan bahwa gejala mereka dimulai selama masa remaja mereka. Dirangkum dari Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development (NICHD), gejala umum endometriosis pada remaja termasuk:

  • Kram menstruasi yang menyakitkan.
  • Perdarahan menstruasi yang berat.
  • Haid tidak teratur.
  • Perdarahan antar periode.
  • Hubungan seksual yang menyakitkan.
  • Masalah pencernaan seperti mual, sembelit, atau diare.
  • Nyeri saat buang air kecil dan buang air besar.

3. Penyebab dan faktor risiko

Secara resmi, tidak ada penyebab endometriosis yang diketahui, terlepas dari usia saat terdiagnosis. Hampir semua peneliti setuju bahwa penelitian terbatas pada kelompok usia yang lebih muda, serta profesional kesehatan yang menunda diagnosis selama beberapa tahun, dapat berkontribusi pada perkembangannya yang sering mengarah pada infertilitas dan hasil negatif lainnya.

Ada beberapa teori yang menyoroti alasan potensial, tetapi belum ada teori yang terbukti konklusif. Berikut ini adalah beberapa penyebab endometriosis.

Menstruasi retrograde

Menstruasi retrograde adalah kondisi saat darah yang dikeluarkan dari rahim mengalir kembali ke saluran tuba, bukannya keluar dari tubuh melalui vagina. Skenario ini lebih umum, dengan sekitar 90 persen perempuan mengalaminya pada beberapa titik selama kehidupan menstruasi mereka, menurut studi dalam jurnal Yonago Acta Medica tahun 2013.

Akan tetapi, bagi sebagian orang, aliran balik ini dapat menyebabkan sel-sel endometrium, menempel pada organ atau jaringan rongga (lesi endometrium). Inilah sebabnya mengapa saat ini menstruasi retrograde dianggap sebagai faktor kunci dalam mengembangkan endometriosis.

Nyeri menstruasi dan endometriosis

Penelitian di Jepang menemukan hubungan antara kejadian nyeri menstruasi dan kebutuhan akan intervensi medis. Sementara penelitian menemukan bahwa kira-kira sepertiga dari semua perempuan Jepang yang mengalami menstruasi mengalami rasa sakit yang cukup signifikan untuk memerlukan pengobatan, dari kelompok itu, sebanyak 6 persen tidak mengalami perbaikan setelah minum obat.

Lebih penting lagi, penelitian tersebut menemukan bahwa sekitar 25–38 persen remaja yang mengeluhkan nyeri panggul kronis kemudian didiagnosis dengan endometriosis. Sementara itu, solusi paling umum yang ditawarkan kepada remaja adalah obat pereda nyeri, yang tidak akan mengobati penyebab nyeri.

Sel punca dan endometriosis

Penelitian yang sama mencatat bahwa beberapa responden didiagnosis endometriosis padahal tidak pernah menstruasi. Penemuan ini telah mendorong para peneliti untuk mempertimbangkan bahwa mekanisme lain yang mendasari mungkin berkontribusi pada endometriosis daripada menstruasi retrograde.

Beberapa peneliti selanjutnya berhipotesis bahwa diagnosis endometriosis pada peserta yang belum menstruasi dapat disebabkan oleh sel punca yang kemudian berkembang menjadi jaringan endometrium, dan kemudian diaktifkan saat menstruasi dimulai.

Faktor risiko

Siapa pun yang memiliki rahim dapat memiliki endometriosis. Namun, individu tertentu lebih cenderung memiliki kondisi tersebut daripada yang lain. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko endometriosis seseorang termasuk:

  • Ada riwayat endometriosis dalam keluarga.
  • Mulai menstruasi sebelum usia 11 tahun.
  • Mengalami menstruasi yang berat.
  • Memiliki siklus menstruasi yang pendek.

Baca Juga: Studi: Endometriosis Tingkatkan Risiko Menopause Dini

4. Komplikasi yang dapat terjadi

Endometriosis pada Remaja: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi endometriosis pada remaja (pexels.com/Polina Zimmerman)

Karena kebanyakan orang tidak menyadari bahwa endometriosis dapat memengaruhi remaja, maka remaja putri sering menemui lima atau lebih dokter sebelum diagnosis ditegakkan, dengan keterlambatan diagnosis rata-rata 4–10 tahun, mengutip Nationwide Children’s Hospital

Selama waktu itu, ada kerugian yang signifikan dari keuangan dan waktu dari sekolah dan pekerjaan. Hubungan dengan keluarga, teman sebaya, dan pasangan intim juga bisa terganggu. Masalah jangka panjang yang terjadi jika endometriosis tidak diidentifikasi secara dini dan diobati dengan benar dapat meliputi:

  • Adhesi (perlengketan) panggul.
  • Nyeri kronis.
  • Sakit saat berhubungan seks.
  • Ketidakmampuan untuk memiliki anak.
  • Kelahiran prematur.
  • Perkembangan kanker endometrium dan ovarium di masa depan.

5. Diagnosis

Jika seorang remaja memiliki gejala endometriosis, mereka mungkin ingin berbicara dengan orang tua tentang berkonsultasi dengan dokter. Selain itu, jika orang tua atau pengasuh memperhatikan anak mereka sering mengalami menstruasi yang menyakitkan dan pendarahan menstruasi yang berat, mereka mungkin ingin menghubungi dokter.

Seorang dokter menanyakan gejalanya, seberapa sering itu terjadi, dan bagaimana rasa sakitnya.

Mungkin sulit untuk mengingat semua informasi ini, sehingga ada baiknya membuat buku catatan atau aplikasi untuk melacak menstruasi. Catat kapan menstruasi berlangsung, seberapa deras alirannya, seperti apa rasa sakitnya, dan gejala lain yang dirasakan seperti nyeri saat buang air kecil dan kelelahan.

Setelah mendiskusikan gejala, dokter dapat menindaklanjuti dengan pemeriksaan dan tes. Dokter mungkin melakukan satu atau beberapa prosedur berikut ini:

  • Pemeriksaan panggul: Dokter meraba kista atau bekas luka di belakang rahim. Namun, mereka mungkin mengalami kesulitan merasakan area yang lebih kecil dari jaringan yang terkena.
  • Tes pencitraan: Dokter dapat menggunakan pencitraan ultrasound (USG) untuk memeriksa organ reproduksi dan mencari kista ovarium. Sebagai alternatif, dokter mungkin merekomendasikan pemindaian MRI untuk mengambil gambar perut yang lebih detail.
  • Obat-obatan: Jika dokter tidak melihat tanda-tanda kista ovarium selama studi pencitraan, dokter mungkin meresepkan kontrasepsi hormonal untuk mengurangi nyeri panggul dan mengatur menstruasi. Mereka mungkin juga merekomendasikan gonadotropin-releasing hormone agonists, yang menghalangi siklus menstruasi, sehingga menghilangkan rasa sakit. Jika rasa sakit membaik dengan obat hormon ini, itu menunjukkan kemungkinan endometriosis.
  • Laparoskopi: Jenis operasi ini adalah satu-satunya cara untuk mendiagnosis endometriosis secara definitif. Ini melibatkan memasukkan scope dengan cahaya melalui sayatan kecil di perut atau panggul. Dokter dapat melihat pertumbuhan lebih detail dan mengambil sampel untuk menganalisis dan mengonfirmasi diganosis.

6. Pengobatan

Endometriosis pada Remaja: Penyebab, Gejala, Penangananilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun tidak ada obat untuk menyembuhkan endometriosis, tetapi berbagai perawatan dapat mengelola gejala.

Kontrasepsi

Dokter dapat merekomendasikan kontrasepsi hormonal sebagai pengobatan lini pertama. Tujuannya untuk membuat menstruasi seseorang lebih ringan, lebih pendek, dan tidak terlalu menyakitkan.

Pilihan lainnya adalah alat kontrasepsi dalam rahim (IUD). IUD hormonal mencegah kehamilan hingga tujuh tahun, tetapi mungkin tidak mengurangi gejala endometriosis untuk seluruh durasi.

Obat nyeri

Orang dengan endometriosis dapat mendapat manfaat dari obat nyeri yang dijual bebas untuk membantu meringankan nyeri terkait endometriosis. Pilihannya meliputi ibuprofen, naproxen, dan asetaminofen. Akan tetapi, obat-obatan tersebut tidak selalu efektif dalam meredakan nyeri panggul yang parah. Dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri yang lebih kuat yang dapat membantu mengelola gejala.

Operasi

Apabila gejala endometriosis parah dan pilihan pengobatan lain tidak memberikan kelegaan, maka dokter dapat merekomendasikan laparoskopi. Ini adalah operasi invasif minimal. Ahli bedah akan memasukkan scope melalui sayatan kecil di perut.

Selama prosedur, ahli bedah menemukan dan menghilangkan bercak endometriosis. Setelah itu, pasien dapat melanjutkan pengobatan hormonal, yang dapat memperlambat pertumbuhan bercak baru.

Sebagian besar pembahasan mengenai endometriosis berpusat pada perempuan. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa pria trans serta mereka yang terlahir sebagai laki-laki juga berisiko terkena penyakit ini.

Pernah dianggap hanya dialami perempuan yang sudah menstruasi, penelitian telah menunjukkan bahwa endometriosis juga terdeteksi pada remaja yang belum menstruasi.

Tidak ada obat untuk endometriosis. Akan tetapi, para ahli setuju bahwa intervensi dini untuk endometriosis sangat penting untuk membatasi penyebarannya, mengendalikan gejala yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, dan menjaga kesuburan, terutama pada remaja.

Baca Juga: Endometriosis Usus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya