Bacillus cereus (B. cereus)adalah bakteri berbentuk batang yang dapat membentuk spora tahan panas. Bakteri ini banyak ditemukan di tanah, sayuran, rempah, produk susu, daging, hingga nasi. Ia menghasilkan racun yang bisa menyebabkan keracunan makanan. Ada dua tipe utama:
Tipe emetik (muntah): racun terbentuk di makanan sebelum dimakan, biasanya pada nasi atau makanan bertepung yang disimpan terlalu lama pada suhu ruang.
Tipe diare: racun terbentuk di usus setelah bakteri tertelan, biasanya dari daging, susu, sayuran, atau saus.
Risikonya kesehatan
Keracunan makanan akibat B. cereus umumnya ringan dan sembuh sendiri, tetapi bisa berbahaya bagi kelompok rentan seperti anak kecil, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah.
Pada kasus jarang, infeksi non saluran cerna (misalnya pada luka atau darah) dapat menyebabkan penyakit serius.
Gejala
Pada tipe emetik dapat terjadi mual, muntah, kram perut. Gejala muncul cepat, 1–6 jam setelah makan makanan terkontaminasi.
Pada tipe diare, gejalanya bisa berupa diare berair, kram perut, kadang disertai mual. Gejala muncul lebih lambat, 6–15 jam setelah makan.
Lama sakit biasanya 24 jam, meski bisa lebih lama pada sebagian orang.
Pengobatan
Sebagian besar kasus tidak memerlukan pengobatan khusus. Tubuh akan membersihkan bakteri atau racunnya sendiri.
Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Jika gejala berat (misalnya muntah atau diare parah), segera hubungi dokter. Pada kasus tertentu, dokter dapat memberikan terapi tambahan atau antibiotik, terutama bila infeksi terjadi di luar saluran cerna.
Pencegahan
Simpan makanan panas di atas 60 derajat Celcius dan makanan dingin di bawah 5 derajat Celcius.
Dinginkan makanan matang segera (jangan biarkan lebih dari 2 jam di suhu ruang).
Simpan nasi, pasta, atau makanan bertepung lain di kulkas bila tidak langsung dimakan.
Panaskan kembali makanan hingga suhu internal 75 derajat Celcius sebelum dikonsumsi.
Jaga kebersihan dapur, peralatan, dan cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan.
Berbagai bakteri penyebab keracunan makanan dapat ditemukan di lingkungan sekitar, mulai dari tanah, air, hewan, hingga dapur rumah sendiri. Meski sebagian besar kasus hanya menimbulkan gejala ringan hingga sedang, tetapi beberapa bakteri dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan mengancam jiwa, terutama pada kelompok rentan seperti anak kecil, lansia, ibu hamil, dan orang-orang dengan sistem imun lemah.
Pencegahan tetap menjadi kunci utama. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun, memasak makanan hingga matang sempurna, menjaga suhu penyimpanan, menghindari kontaminasi silang, serta memilih makanan yang aman (misalnya produk susu yang dipasteurisasi dan air bersih) dapat secara signifikan menurunkan risiko. Dengan memahami sumber, gejala, dan cara pencegahan setiap bakteri, kamu bisa lebih waspada sekaligus melindungi diri dan keluarga dari ancaman keracunan makanan.
Referensi
"Food Safety." World Health Organization. Diakses September 2025.
"Symptoms & Causes of Food Poisoning." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses September 2025.
"Bacteria and Viruses." FoodSafety.gov. Diakses September 2025.
"Bacterial Food Poisoning." Texas A&M AgriLife. Diakses September 2025.
"Bacteria, viruses and toxins that cause foodborne illness." Food Standards Australia New Zealand. Diakses September 2025.
"Yersiniosis." Cleveland Clinic. Diakses September 2025.
"Bacillus Cereus." Cleveland Clinic. Diakses September 2025.
"Bacillus cereus: Food Poisoning Mechanisms and Control Measures." Food Safety Institute. Diakses September 2025.
"Preventing Foodborne Illness: Bacillus cereus." National Institute of Food and Agriculture. Diakses September 2025.