Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Cepat Pulih dari Keracunan Makanan dengan Perawatan di Rumah

Seorang perempuan sedang menyesap minuman panas.
ilustrasi keracunan makanan (unsplash.com/Hans)
Intinya sih...
  • Penyebab keracunan makanan adalah kontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Tubuh kemudian bereaksi, menimbulkan berbagai gejala.
  • Keracunan makanan disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi kuman. Hal ini bisa terjadi bila makanan tidak dimasak dengan benar, tidak disimpan dengan tepat, atau dibiarkan terlalu lama di suhu ruangan.
  • Keracunan makanan bisa membuat tubuh terasa sangat tidak nyaman, tetapi sebagian besar kasus dapat diatasi di rumah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perut tiba-tiba melilit sesudah makan. Rasa mual datang, lalu diikuti muntah atau diare yang membuat tubuh lemas. Itulah gambaran umum keracunan makanan, sebuah kondisi yang bisa menimpa siapa saja, kapan saja, tanpa pandang usia atau tempat.

Penyebab keracunan makanan adalah kontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Tubuh kemudian bereaksi, menimbulkan gejala mulai dari mual, sakit perut, demam, hingga kehilangan nafsu makan. Kabar baiknya, sebagian besar kasus bersifat ringan dan dapat pulih dengan istirahat, hidrasi yang cukup, dan perawatan sederhana di rumah.

Namun, mengenali tanda-tanda sejak awal sangatlah penting. Dengan langkah yang tepat, pemulihan bisa lebih cepat. Meski begitu, ada kondisi tertentu—misalnya gejala yang berat, dehidrasi parah, atau keracunan terjadi pada anak kecil dan lansia—yang membutuhkan penanganan medis segera.

1. Penyebab keracunan makanan

Keracunan makanan disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi kuman. Hal ini bisa terjadi bila makanan:

  • Tidak dimasak atau dipanaskan dengan benar.
  • Tidak disimpan dengan tepat, misalnya tidak dibekukan atau didinginkan.
  • Dibiarkan terlalu lama di suhu ruangan.
  • Diolah oleh orang yang sedang sakit atau tidak mencuci tangan.
  • Dikonsumsi setelah melewati tanggal kedaluwarsa.

Faktanya, hampir semua jenis makanan berpotensi menyebabkan keracunan jika tidak ditangani dengan baik.

2. Pertolongan pertama keracunan makanan di rumah

Jika kamu mengalami gejala keracunan makanan, berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan di rumah:

  1. Tetap terhidrasi. Muntah, diare, dan demam bisa membuat tubuh kehilangan banyak cairan dalam waktu singkat. Dehidrasi akan membuat tubuh lemas, pusing, bahkan berisiko fatal bila dibiarkan. Minum larutan rehidrasi seperti oralit atau cairan elektrolit lebih efektif daripada air putih biasa untuk mengganti cairan dan mineral yang hilang.
  2. Istirahat yang cukup. Tubuh membutuhkan energi ekstra untuk melawan infeksi. Istirahat yang cukup akan mempercepat pemulihan.
  3. Konsumsi makanan ringan. Pada hari pertama, kamu mungkin tidak nafsu makan. Bila masih muntah, sebaiknya tetap berfokus pada cairan bening, seperti air putih, kaldu, teh tanpa kafein, atau jus buah encer. Saat kondisi membaik, coba makanan ringan dan mudah dicerna seperti pisang, roti, nasi, atau bubur.
  4. Tambahkan probiotik. Keracunan makanan bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus. Probiotik dapat membantu memulihkan flora usus, mendukung pencernaan, dan mencegah keracunan berulang di masa depan.

3. Obat rumahan yang bisa membantu

Segelas teh jahe hangat.
ilustrasi teh jahe (pexels.com/Gundula Vogel)

Selain cairan rehidrasi, beberapa bahan alami dapat meredakan gejala keracunan makanan:

  • Jahe: menenangkan perut, mengurangi mual, kram, dan efek bakteri.
  • Teh peppermint: membantu relaksasi otot usus sehingga perut terasa lebih nyaman.
  • Air lemon dengan garam atau cuka apel: dapat mendukung pencernaan dan membantu melawan bakteri.
  • Pisang: kaya kalium untuk mengganti elektrolit yang hilang, sekaligus sumber energi ringan.
  • Minyak esensial alami (oregano atau thyme): berpotensi membantu meredakan ketidaknyamanan usus.

4. Kapan harus ke dokter?

Tidak semua keracunan makanan bisa ditangani di rumah. Segera cari bantuan medis bila mengalami:

  • Demam tinggi di atas 39 derajat Celcius.
  • Muntah atau tinja bercampur darah.
  • Diare lebih dari tiga hari berturut-turut.
  • Muntah terus-menerus hingga tidak bisa menahan cairan sama sekali.
  • Nyeri perut yang sangat parah.
  • Gejala berat seperti kesemutan pada anggota tubuh atau penglihatan kabur.
  • Tanda dehidrasi parah: jarang buang air kecil, mulut dan tenggorokan sangat kering.

5. Cara mencegah keracunan makanan

Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Beberapa langkah sederhana ini bisa menurunkan risiko keracunan makanan:

  • Cuci tangan dengan sabun setidaknya 20 detik sebelum dan sesudah mengolah makanan.
  • Cuci bersih sayuran dan buah sebelum dimakan atau dimasak.
  • Bersihkan peralatan dapur, talenan, dan meja masak secara rutin.
  • Simpan makanan yang mudah rusak, seperti daging, seafood, produk susu, buah potong, sisa makanan di kulkas atau freezer maksimal 2 jam setelah dimasak.
  • Jangan konsumsi makanan yang terlihat basi atau berbau aneh.
  • Cairkan makanan beku dengan cara aman, yaitu di kulkas, microwave, atau air dingin, lalu segera masak.
  • Pisahkan daging mentah dari bahan makanan lain.
  • Pastikan makanan dimasak hingga suhu internal di atas 60 derajat Celcius.

Keracunan makanan memang bisa membuat tubuh terasa sangat tidak nyaman, tetapi sebagian besar kasus dapat diatasi di rumah dengan istirahat, hidrasi, dan pola makan yang tepat. Jika gejala memburuk atau muncul tanda bahaya, jangan ragu untuk segera ke dokter. Ingat, menjaga kebersihan makanan dan cara penyimpanan yang benar adalah kunci utama agar terhindar dari keracunan di kemudian hari.

Referensi

"10 Effective Home Remedies for Stomach Pain and Vomiting." First Response Healthcare. Diakses pada September 2025.

"Food Poisoning." NHS. Diakses pada September 2025.

"Remedies for Food Poisoning." WebMD. Diakses pada September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Delvia Y Oktaviani
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Kenapa Seseorang Bisa Merasa Depresi setelah Berolahraga?

24 Sep 2025, 22:24 WIBHealth