Beredar kabar di media sosial mengenai kisah seorang pria mengalami kelumpuhan akibat duduk lama di toilet selama 30 menit. Walaupun IDN Times tidak menemukan sumber kredibel dari kasus tersebut, tetapi duduk teralu lama di toilet memang dapat berisiko bagi kesehatan. Salah satunya adalah ancaman dari "toilet seat neuropathy" dan ini sudah ada beberapa laporan kasus.
Benarkah Duduk Lama di Toilet Dapat Menyebabkan Kelumpuhan?

Intinya sih...
Beredar kabar di media sosial mengenai kisah seorang pria mengalami kelumpuhan akibat duduk lama di toilet selama 30 menit, merujuk pada kondisi yang disebut toilet seat neuropathy.
Toilet seat neuropathy adalah kondisi nyata yang bisa muncul akibat tekanan saraf karena duduk terlalu lama di permukaan keras, seperti dudukan toilet.
Risiko kesehatan lain akibat duduk terlalu lama di toilet termasuk wasir, otot panggul melemah, dan prolaps rektum.
Laporan kasus toilet seat neuropathy
Laporan berjudul "Case Report: Toilet Seat Neuropathy" yang diterbitkan dalam International Journal of BioMed Research tahun 2022 menceritakan kasus seorang perempuan berusia 45 tahun yang sebelumnya sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit serius.
Ia datang ke instalasi gawat darurat (IGD) karena sering mengalami kesemutan di kedua kakinya setiap kali duduk di toilet. Ia mengaku sering membaca saat buang air besar. Setelah duduk sekitar 5–10 menit, kakinya mulai kesemutan. Gejalanya hilang dengan berdiri selama kurang lebih 15 menit. Ia menceritakan keluhan ini kepada putrinya, yang kemudian menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit.
Pasien tidak mengalami kelemahan otot, gangguan gerak, atau mati rasa yang menetap. Tidak ada riwayat sakit punggung bawah, nyeri saat berjalan, atau gejala lain. Ia juga tidak sedang mengonsumsi obat apa pun dan tidak punya riwayat penyakit seperti hipertensi, stroke, trauma, diabetes, atau gangguan pembuluh darah. Secara umum, ia tampak kurus namun berat badannya masih dalam batas normal. Pemeriksaan tanda vital dan fisik, termasuk kekuatan otot, rasa, dan refleks di kaki, semuanya normal.
Detak nadi di seluruh tubuh, termasuk di kaki, juga normal. Hasil lab seperti darah lengkap, fungsi ginjal, dan urinalisis pun dikategorikan baik.
Dokter mendiagnosis pasien tersebut dengan toilet seat neuropathy, yaitu gangguan saraf skiatik akibat duduk terlalu lama di permukaan keras, seperti dudukan toilet. Ciri khas kondisi ini adalah kesemutan di kedua kaki yang muncul saat duduk dan hilang saat berdiri.
Pasien akhirnya diminta membeli dudukan empuk dan mengurangi durasi duduk di toilet. Pemeriksaan lanjutan ke dokter bedah vaskular tidak menemukan masalah apa pun. Pada kontrol 4 minggu dan 6 bulan kemudian, gejala tidak muncul lagi.
Ada juga laporan kasus yang lebih parah
Intermittent foot drop (kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan mengangkat bagian depan kaki, sering kali disebabkan oleh masalah saraf atau otot), yang membaik dengan berdiri, juga telah dilaporkan terkait dengan duduk lama di dudukan toilet yang keras. Dalam skenario ini, kompresi saraf peroneal (saraf di kaki bagian bawah yang bertanggung jawab untuk menggerakkan otot-otot kaki dan memberikan sensasi pada bagian atas kaki dan beberapa area tungkai bawah) terlibat.
Beberapa ahli medis telah melaporkan kasus toilet seat neuropathy yang lebih parah. Misalnya:
Seorang pria 49 tahun ditemukan duduk lama di toilet dalam keadaan lemas dan bingung. Ia mengalami rhabdomyolysis (kerusakan otot parah), gagal ginjal akut, dan akhirnya gangren perineum (jaringan mati di area selangkangan).
Ada juga kasus seorang pria berusia 41 tahun tertidur di toilet setelah mengonsumsi alkohol dan obat penenang. Ia juga mengalami rhabdomyolysis dan sindrom kompartemen gluteal, serta kerusakan saraf skiatik yang cukup berat.
Dua kasus lainnya dilaporkan terjadi pada pengguna narkoba yang tidak sadar dalam waktu lama saat duduk di toilet.
Laporan kasus ini menunjukkan bahwa toilet seat neuropathy adalah kondisi nyata yang bisa muncul akibat tekanan saraf karena duduk terlalu lama di permukaan keras, seperti dudukan toilet. Kabar baiknya, kondisi ini dapat ditangani dengan mengganti dudukan toilet dan membatasi waktu duduk. Namun, jika dibiarkan terlalu lama, kondisi ini bisa memburuk dan menyebabkan komplikasi serius.
Risiko kesehatan lain akibat duduk terlalu lama di toilet
Duduk terlalu lama di toilet, apalagi jika sudah menjadi kebiasaan, bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Walaupun belum ada batas waktu pasti dari penelitian medis, tetapi para ahli umumnya sepakat bahwa sebaiknya tidak duduk di toilet lebih dari 10 menit.
Berikut beberapa risiko umum dari kebiasaan duduk terlalu lama di toilet:
Wasir
Wasir adalah pembengkakan pembuluh darah di sekitar anus atau di bagian bawah rektum (ujung usus besar). Ini bisa terjadi karena tekanan berlebih di area anus, termasuk akibat duduk terlalu lama di toilet. Wasir juga bisa dipicu oleh sembelit, mengejan saat buang air besar, atau mengangkat beban berat.
Gejala wasir bisa berbeda-beda, tergantung letaknya, tetapi biasanya meliputi:
Rasa gatal di sekitar anus.
Pendarahan saat buang air besar.
Benjolan lunak dan nyeri di sekitar anus.
Otot panggul melemah
Otot panggul membantu menopang kandung kemih, usus, dan rahim (pada perempuan). Terlalu lama duduk di toilet dan mengejan bisa membuat otot-otot ini melemah.
Jika otot panggul melemah, bisa muncul gejala seperti:
Sembelit.
Tidak bisa menahan buang air besar.
Mengompol saat tertawa, batuk, atau bersin.
Nyeri saat buang air kecil.
Sering merasa ingin buang air kecil.
Prolaps rektum
Prolaps rektum terjadi saat sebagian usus besar bagian akhir (rektum) keluar melalui anus. Kadang bisa masuk kembali dengan sendirinya, tetapi pada kasus yang lebih parah usus tidak bisa kembali masuk. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun, terutama perempuan, tetapi bisa terjadi pada siapa saja.
Penyebab utama prolaps rektum:
Mengejan terlalu kuat saat buang air besar.
Persalinan.
Diare kronis.
Sembelit menahun.
Fibrosis kistik.
Masalah pada saraf tulang belakang
Duduk terlalu lama di toilet, apalagi sambil membaca atau main HP, sekilas memang tampak sepele. Namun, jika menjadi kebiasaan, ini berisiko bagi kesehatan kamu.
Untuk menghindari konsekuensi negatif dari menghabiskan terlalu banyak waktu di toilet, sebaiknya jangan membawa HP ke kamar mandi saat buang air, serta minum air secara cukup dan konsumsi banyak serat. Ini akan membantu mencegah sembelit dan membuat buang air besar lebih mudah.
Referensi
Espinosa J., Lucerna A., Schuitema H. (2022)." Case Report: Toilet Seat Neuropathy." International J. of Biomed Research. 2(7): DOI:10.31579/IJBR-2022/083
Jassal, Rajive, Davinder S. Jassal, and John M. Embil. “Toilet Seat Syndrome: Renal Failure, Perineal Gangrene, and Sciatic Neuropathy.” The American Journal of Medicine 110, no. 5 (April 1, 2001): 414–15. https://doi.org/10.1016/s0002-9343(00)00752-x.
Taxay EP. (1969) "Toilet-seat neuropathy." N Engl J Med. Jun 26;280(26):1484. doi: 10.1056/NEJM196906262802634. PMID: 5786536.
Holland NR, Schwartz-Williams L, Blotzer JW. (1999) "'Toilet seat' sciatic neuropathy." Arch Neurol. Jan;56(1):116. doi: 10.1001/archneur.56.1.116. PMID: 9923771.
Tyrrell PJ, Feher MD, Rossor MN. (1989) "Sciatic nerve damage due to toilet seat entrapment: another Saturday night palsy." J Neurol Neurosurg Psychiatry. Sep;52(9):1113-5. doi: 10.1136/jnnp.52.9.1113-a. PMID: 2795087; PMCID: PMC1031754.
"Paralysed After 30 Minutes on the Toilet? Expert Shares How It Can Cause paralysis". Onlymyhealth. Diakses Juli 2025.
"Why Sitting on the Toilet Too Long Can Harm Your Health." Verywell Health. Diakses Juli 2025.