Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mual dan muntah.
ilustrasi mual dan muntah (IDN Times/Novaya Siantita)

Intinya sih...

  • Cannabis hyperemesis syndrome (CHS) adalah kondisi serius pada pengguna ganja kronis yang menyebabkan mual hebat, muntah berulang, dan perilaku "scromiting".

  • Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga terkait paparan THC jangka panjang, perubahan sistem endokannabinoid, dan sensitivitas tubuh yang berubah.

  • CHS dapat membaik total hanya dengan berhenti menggunakan kanabis. Pengobatan lain umumnya tidak efektif jika penggunaan ganja terus dilanjutkan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Beberapa tahun terakhir, laporan mengenai scromiting, gabungan dari “screaming” (berteriak) dan “vomiting” (muntah), meningkat tajam di berbagai rumah sakit Amerika Serikat (AS). Fenomena ini mengacu pada kondisi ekstrem ketika seseorang muntah tanpa henti sambil berteriak menahan nyeri.

Di sana, tercatat peningkatan kasus yang berkaitan dengan cannabis hyperemesis syndrome (CHS), sebuah kondisi yang berkembang akibat penggunaan ganja kronis.

CHS muncul sebagai paradoks: zat yang sering digunakan untuk meredakan mual justru memicu muntah parah pada sebagian pengguna jangka panjang. Di tengah meningkatnya legalisasi dan konsumsi produk kanabis berkadar THC tinggi, makin banyak peneliti memperingatkan bahwa risiko CHS tidak lagi bisa dianggap langka. Rumah sakit di beberapa negara bagian AS melaporkan peningkatan pasien dengan gejala khas CHS, sering datang ke ruang gawat darurat dalam kondisi dehidrasi berat.

Meski belum sepopuler isu kesehatan lainnya, tetapi CHS sudah masuk radar lembaga medis besar. Para ahli menekankan bahwa mengenali gejalanya sedini mungkin dapat mencegah komplikasi serius.

Penyebab

Penyebab pasti CHS masih dipelajari, tetapi para peneliti menduga kondisi ini terkait paparan THC dosis tinggi dalam jangka panjang.

THC yang awalnya bekerja sebagai antimual dapat menyebabkan efek sebaliknya ketika tubuh terpapar secara kronis. Sistem endokannabinoid, yang mengatur mual, suhu tubuh, dan stres, dapat mengalami “disregulasi” sehingga menjadi terlalu sensitif.

Penelitian menemukan bahwa kadar THC tinggi pada produk ganja modern bisa memicu perubahan reseptor cannabinoid tipe 1 (CB1) di otak dan usus, menyebabkan respons abnormal terhadap sinyal mual. Kondisi ini makin memperburuk risiko CHS.

Gejala

Gejala CHS berlangsung dalam tiga fase: prodromal, hyperemesis, dan pemulihan.

Pada fase prodromal, pengguna merasakan mual kronis pada pagi hari, sensasi tidak nyaman di perut, dan kecemasan terkait makan. Fase ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan.

Fase hyperemesis adalah yang paling berat, seperti muntah berulang, nyeri perut parah, ketidakmampuan makan atau minum, dan perilaku kompulsif mandi air panas, karena air panas sementara meredakan gejala. Fenomena scromiting paling sering terjadi pada fase ini.

Diagnosis

ilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/stefamerpik)

Diagnosis CHS umumnya dibuat berdasarkan riwayat penggunaan ganja kronis, gejala khas (muntah hebat dan perilaku kompulsif mandi air panas), dan pengecualian penyebab lain seperti infeksi, gastritis, atau penyakit metabolik.

Tidak ada tes khusus untuk CHS. Karena itu, penting bagi pasien untuk jujur soal penggunaan kanabis.

Dokter biasanya melakukan pemeriksaan tambahan seperti tes darah, elektrolit, fungsi ginjal, dan USG untuk memastikan tidak ada kondisi lain yang lebih darurat. Diagnosis ditegakkan ketika gejala membaik setelah mengurangi atau menghentikan penggunaan ganja.

Pengobatan

Pengobatan utama dan satu-satunya yang benar-benar efektif adalah menghentikan penggunaan ganja sepenuhnya. Tidak ada obat antimual standar yang dapat bekerja optimal jika pasien terus memakai kanabis.

Pada fase akut, pasien mungkin memerlukan cairan infus, koreksi elektrolit, obat antipsikotik tertentu, dan terapi pendukung lain. Studi terbaru menunjukkan peningkatan kunjungan IGD terkait CHS dan perlunya tata laksana standar untuk mencegah komplikasi berulang.

Komplikasi yang bisa terjadi

Jika tidak ditangani, CHS dapat menyebabkan dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit, perdarahan esofagus akibat muntah berulang, gagal ginjal akut, hingga syok hipovolemik. Banyak kasus pasien yang berulang kali masuk IGD karena tidak menghentikan penggunaan ganja.

Dalam kasus ekstrem, muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan robekan jaringan di kerongkongan (robekan Mallory-Weiss), yang menimbulkan muntah darah. Ini membutuhkan intervensi medis segera.

Pencegahan

Ladang ganja dua hektare di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Pencegahan CHS sangat jelas, yaitu menghindari penggunaan ganja secara kronis, terutama produk dengan kadar THC tinggi. Orang yang pernah mengalami CHS berisiko mengalami kekambuhan bahkan setelah penggunaan ringan.

Edukasi publik mengenai risiko CHS perlu ditingkatkan, terutama di negara yang telah melegalkan atau melonggarkan penggunaan ganja. Penting juga memahami bahwa “alami” tidak berarti bebas risiko.

Cannabis hyperemesis syndrome adalah kondisi yang makin sering muncul seiring meningkatnya konsumsi ganja, terutama produk berkadar THC tinggi. Meski belum sepenuhnya dipahami, tetapi pola kasus global menunjukkan bahwa CHS bukan fenomena langka dan dapat terjadi pada pengguna ganja muda maupun dewasa.

Untuk mencegah kondisi ini berkembang menjadi komplikasi serius, kunci utamanya adalah kesadaran mengenai gejalanya, memahami risikonya, dan mengambil langkah berhenti menggunakan ganja jika tanda-tandanya mulai muncul.

Referensi

"What to know about the deadly cannabis hyperemesis syndrome." Axios. Diakses November 2025.

"‘Scromiting’ is the brutal new side effect of chronic cannabis use as ER visits surge." New York Post. Diakses November 2025.

"Cannabis Hyperemesis Syndrome." Cleveland Clinic. Diakses November 2025.

Lauren Cue, Frederick Chu, and Marco Cascella, “Cannabinoid Hyperemesis Syndrome,” StatPearls - NCBI Bookshelf, July 3, 2023, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549915/.

Priyadarshini Loganathan, Mahesh Gajendran, and Hemant Goyal, “A Comprehensive Review and Update on Cannabis Hyperemesis Syndrome,” Pharmaceuticals 17, no. 11 (November 18, 2024): 1549, https://doi.org/10.3390/ph17111549.

"Cannabis Hyperemesis Syndrome (CHS)." Cedars-Sinai. Diakses November 2025.

Maria Isabel Angulo, “Cannabinoid Hyperemesis Syndrome,” JAMA 332, no. 17 (October 10, 2024): 1496, https://doi.org/10.1001/jama.2024.9716.

Editorial Team