ilustrasi tisu basah disinfektan (pexels.com/Squirrel_photos)
Melindungi diri dari kuman di pesawat bukan hanya soal menghindari kontak suhu atau melihat siapa batuk di barisan dekat kamu. Strategi paling efektif tetaplah tindakan sederhana sehari-hari yang telah terbukti secara luas dalam epidemiologi infeksi:
Mencuci tangan dengan sabun dan air selama minimal 20 detik secara teratur, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum makan, menurunkan risiko menyentuh permukaan yang mungkin terkontaminasi kemudian menyentuh wajah.
Membersihkan tangan adalah langkah paling penting untuk mencegah penyebaran penyakit di lingkungan seperti pesawat.
Mengusap permukaan yang sering disentuh (meja tray, sandaran tangan, dan layar sentuh jika ada) dengan tisu disinfektan berbasis alkohol ≥ 70 persen sebelum kamu duduk bisa mengurangi potensi paparan patogen lewat fomite (objek tidak hidup yang menjadi vektor penyakit).
Hindari menyentuh wajah, terutama mulut atau hidung setelah memegang permukaan publik. Masker wajah berkualitas juga tetap relevan untuk mengurangi paparan droplet atau aerosol dari penumpang yang sakit di dekat kamu, terutama saat perjalanan jauh atau ketika ada laporan wabah penyakit tertentu.
Vaksin seperti influenza atau COVID-19, jika direkomendasikan oleh tenaga kesehatan, dapat menurunkan tingkat risiko penyakit tertentu yang beredar umum saat musim liburan, sehingga memberi perlindungan tambahan saat kamu berada bersama banyak orang di ruang tertutup.
Di tengah kegembiraan liburan Natal dan Tahun Baru, kekhawatiran tentang kuman di pesawat adalah hal wajar. Namun, dengan sistem ventilasi yang efektif dan filter HEPA, risiko tertular penyakit hanya karena udara kabin itu sendiri relatif rendah, terutama dibandingkan dengan kontak dekat dengan orang sakit atau permukaan yang terkontaminasi.
Yang bisa sangat membantu adalah kombinasi tindakan sederhana dan konsisten, seperti menjaga kebersihan tangan, membersihkan permukaan dengan disinfektan, serta disiplin menerapkan perilaku bersih dan sehat selama perjalanan.
Referensi
Aisha N Khatib et al., “Navigating the Risks of Flying During COVID-19: A Review for Safe Air Travel,” Journal of Travel Medicine 27, no. 8 (November 9, 2020), https://doi.org/10.1093/jtm/taaa212.
“Planes, Pathogens, and Passengers: Infection Risk During Commercial Air Travel | 2018-06-15 | AHC Media - Continuing Medical Education Publishing,” Clinician.Com, July 15, 2022. Diakses Desember 2025.
Nereyda L. Sevilla, “Germs on a Plane: The Transmission and Risks of Airplane-Borne Diseases,” Transportation Research Record Journal of the Transportation Research Board 2672, no. 29 (October 15, 2018): 93–102, https://doi.org/10.1177/0361198118799709.
Zhuyang Han et al., “Effect of Human Movement on Airborne Disease Transmission in an Airplane Cabin: Study Using Numerical Modeling and Quantitative Risk Analysis,” BMC Infectious Diseases 14, no. 1 (August 6, 2014): 434, https://doi.org/10.1186/1471-2334-14-434.
Howard Weiss et al., “The Airplane Cabin Microbiome,” Microbial Ecology 77, no. 1 (June 6, 2018): 87–95, https://doi.org/10.1007/s00248-018-1191-3.
Michele Treglia et al., “Legionella and Air Transport: A Study of Environmental Contamination,” International Journal of Environmental Research and Public Health 19, no. 13 (June 30, 2022): 8069, https://doi.org/10.3390/ijerph19138069.