Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kembang api berwarna-warni meledak di langit malam di atas kawasan kota modern. Cahaya merah, biru, hijau, dan emas menerangi gedung-gedung pencakar langit dan memantul indah di permukaan air, menciptakan suasana perayaan yang meriah.
ilustrasi kembang api dan petasan yang diledakkan saat momen spesial (freepik.com/tawatchai07)

Setiap perayaan besar seperti tahun baru, langit malam sering dihiasi cahaya warna-warni kembang api. Suaranya memekakkan, indah, dan penuh makna perayaan. Bagi banyak orang, kembang api identik dengan kebahagiaan, kebersamaan, dan momen yang ingin dikenang. Anak-anak tertawa, orang dewasa bersorak, kamera smartphone terangkat ke langit.

Namun di balik keindahannya, kembang api dan petasan menyimpan risiko serius yang sering dianggap sepele. Setiap tahun, rumah sakit dan unit gawat darurat di berbagai belahan dunia mencatat sejumlah kasus luka bakar, cedera mata, hingga trauma akibat ledakan. Banyak di antaranya terjadi di rumah, di lingkungan terdekat, dan melibatkan anak-anak maupun orang yang sama sekali tidak ikut bermain petasan.

Berikut adalah rangkuman tujuh hal penting yang perlu kamu tahu tentang cedera akibat kembang api atau petasan. Bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membantu kita merayakan dengan lebih sadar, lebih aman, dan lebih manusiawi.

1. Kembang api atau petasan itu bukan mainan, sekecil apa pun ukurannya

ilustrasi kembang api kecil yang tetap memiliki risiko cedera (freepik.com)

Banyak orang menganggap kembang api kecil atau petasan ringan sebagai mainan yang aman. Padahal secara ilmiah, kembang api mengandung bahan kimia yang dirancang untuk menghasilkan panas tinggi, percikan, dan ledakan. Bahkan jenis yang tampak sederhana, mungil, tetap berpotensi menyebabkan cedera serius.

Menurut para tenaga medis, luka bakar akibat kembang api bisa merusak kulit hingga jaringan yang lebih dalam. Dampaknya bukan hanya rasa sakit, melainkan juga gangguan fungsi sel dan metabolisme tubuh. Cedera seperti ini sering kali membutuhkan perawatan medis jangka panjang. Petasan, apalagi dengan daya ledak yang hebat, bahkan bisa menyebabkan seseorang harus diamputasi.

2. Kembang api jenis sparkler bisa lebih panas dari yang kamu bayangkan

ilustrasi seseorang bermain kembang api jenis sparkler (freepik.com)

Kembang api jenis sparkler sering dianggap aman karena bentuknya kecil dan sering diberikan kepada anak-anak. Faktanya, dilansir laman British Red Cross, sparkler dapat mencapai suhu lebih dari 2.000 derajat Celsius. Itu jauh lebih panas dari air mendidih dan cukup untuk menyebabkan luka bakar serius hanya dalam hitungan detik.

Banyak cedera terjadi saat sparkler sudah dianggap mati, lalu dipegang tanpa sadar masih panas. Luka bakar akibat sparkler sering terjadi di tangan dan jari, terutama pada anak-anak yang refleksnya belum matang. Anak-anak harus selalu diawasi saat bermain kembang api ataupun petasan.

3. Cedera yang paling sering terjadi akibat petasan atau kembang api adalah di tangan, wajah, dan mata

ilustrasi mata yang perlu dijaga keamanannya saat melihat kembang api (freepik.com)

Data medis menunjukkan bahwa tangan, lengan, wajah, dan mata adalah bagian tubuh yang paling sering mengalami cedera akibat kembang api. Ledakan kecil saja bisa menyebabkan luka robek, patah tulang kecil, atau trauma mata yang berujung pada gangguan penglihatan permanen.

Para oftalmologis (dokter spesialis mata) di UAB Callahan Eye Hospital menegaskan bahwa banyak korban cedera mata justru adalah penonton atau orang di sekitar, bukan yang menyalakan kembang api. Percikan kecil atau serpihan bisa melesat tanpa arah dan mengenai siapa saja. Jaga jarak aman di saat pertunjukan kembang api adalah hal yang sangat penting.

Jika terjadi cedera mata akibat kembang api atau petasan, ingat untuk jangan menggosok, membilas, ataupun memberikan tekanan pada mata. Jika ada yang masuk atau tertancap ke mata, jangan mencoba mengeluarkannya sendiri. Selain itu, jangan mengoleskan salep atau mengonsumsi obat pereda nyeri yang dapat mengencerkan darah, seperti aspirin atau ibuprofen. Segera cari pertolongan medis, karena tenaga medis memiliki perlengkapan dan keahlian yang sesuai untuk menangani cedera mata.

4. Luka bakar tidak selalu terlihat parah di awal

ilustrasi luka bakar akibat kembang api atau petasan (freepik.com)

Salah satu bahaya terbesar dari luka bakar adalah sifatnya yang cenderung "menipu". Luka bakar yang dalam justru bisa terasa kurang nyeri karena ujung saraf telah rusak. Akibatnya, korban sering menunda mencari pertolongan medis karena merasa “Ah, masih kuat, kok!”.

Padahal luka bakar dalam berisiko tinggi menyebabkan infeksi, jaringan mati, dan komplikasi serius. Dokter menyarankan untuk segera mencari bantuan medis secepatnya jika luka tampak luas, dalam, atau menyebabkan nyeri hebat, terutama pada anak-anak.

5. Pertolongan pertama yang salah bisa memperparah cedera

ilustrasi perlengkapan penanganan darurat medis mandiri (freepik.com/8photo)

Masih banyak mitos yang beredar di sekitar kita tentang penanganan luka bakar, seperti mengoleskan pasta gigi, mentega, atau bahan dapur lainnya. Secara medis, tindakan ini justru meningkatkan risiko infeksi dan memperlambat penyembuhan.

Langkah paling tepat penanganan darurat mandiri saat kulit terkena kembang api atau petasan adalah mendinginkan luka dengan air mengalir selama 10 hingga 20 menit. Pendinginan dini terbukti mengurangi kedalaman luka, rasa nyeri, dan risiko bekas luka jangka panjang. Setelah melakukan penanganan darurat mandiri, segera bawa ke tenaga medis terdekat.

6. Cedera serius sering terjadi di perayaan lingkup rumahan

ilustrasi merayakan momen spesial dengan kembang api di rumah (freepik.com)

Lebih dari setengah cedera akibat kembang api terjadi di perayaan pribadi, seperti di halaman rumah atau lingkungan kecil, bukan publik. Penyebab utamanya adalah kurangnya pengalaman, minimnya jarak aman, serta ketiadaan perlengkapan pertolongan pertama.

Laporan layanan kesehatan di Inggris Raya menunjukkan bahwa pertunjukan publik yang dikelola profesional jauh lebih aman. Perayaan rumahan sering kali dilakukan tanpa pemahaman risiko, padahal satu kesalahan kecil bisa berujung pada cedera besar.

7. Anak-anak adalah kelompok paling rentan

ilustrasi anak-anak sebagai kelompok paling rentan untuk cedera akibat kembang api (freepik.com)

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu tinggi, refleks yang belum matang, dan kemampuan menilai risiko yang masih terbatas. Itulah sebabnya mereka menjadi kelompok paling rentan mengalami cedera akibat kembang api, baik sebagai pengguna maupun sebagai penonton.

Para ahli kesehatan di UC Davis Medical Center menegaskan bahwa anak-anak sebaiknya tidak memegang atau menyalakan kembang api apa pun. Alternatif yang lebih aman seperti glow stick, konfeti, atau menonton pertunjukan profesional jauh lebih disarankan.

Merayakan dengan aman adalah bentuk kepedulian. Kembang api memang indah, tetapi keselamatan jauh lebih berharga. Setiap cedera akibat petasan bukan hanya soal luka fisik, tetapi juga trauma, rasa bersalah, dan dampak jangka panjang bagi korban dan keluarganya. Banyak di antaranya sebenarnya bisa dicegah dengan pengetahuan sederhana dan keputusan yang lebih bijak.

Merayakan momen bahagia tidak harus berakhir di ruang gawat darurat. Dengan memahami risiko, mengetahui pertolongan pertama yang benar, dan memilih opsi yang lebih aman, kita sedang menjaga diri sendiri dan orang-orang yang kita sayangi. Karena pada akhirnya, perayaan sejati adalah ketika semua orang bisa kembali beristirahat dengan selamat, sehat, utuh, dan penuh kenangan baik.

Referensi

“First Aid for Firework Injuries.” CE Safety. Diakses Desember 2025.

“10 Tips to Avoid Fireworks Injuries and What to Do if Someone Is Burned.” UC Davis Health. Diakses Desember 2025.

“Penanganan Luka Bakar Akibat Kembang Api dalam Perayaan Tahun Baru.” Hermina Hospitals. Diakses Desember 2025.

“Fireworks Safety — What to Do if You Experience a Burn or Eye Injury.” UAB Medicine. Diakses Desember 2025.

“Fireworks Safety Awareness Week: Nearly 20% of Firework-Related Injuries Involve the Eyes.” Healio Optometry News. Diakses Desember 2025.

“First Aid for Firework Burns.” British Red Cross. Diakses Desember 2025.

“2023 Fireworks Annual Report.” U.S. Consumer Product Safety Commission (CPSC). Diakses Desember 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team