Penelitian ini melibatkan 33.560 orang dewasa dari basis data kesehatan UK Biobank. Selama delapan tahun, para peserta diamati pola aktivitas hariannya. Mereka dibagi ke dalam empat kelompok:
Jalan kaki sangat singkat (kurang dari 5 menit)
Jalan kaki sedang (5–10 menit)
Jalan kaki agak lama (10–15 menit)
Jalan kaki panjang (15 menit atau lebih)
Sebagian besar peserta (43 persen) hanya berjalan kaki dalam waktu kurang dari 5 menit per sesi. Hanya 8 persen yang rutin melakukan jalan panjang 15 menit.
Namun, hasilnya mengejutkan para peneliti. Kelompok yang rutin jalan kaki lebih lama mengalami penurunan risiko kematian hingga 83 persen dibanding kelompok yang hanya berjalan kaki singkat. Risiko penyakit jantung mereka pun hanya sepertiga dari kelompok jalan kaki singkat.
Meski begitu, para peneliti mengingatkan bahwa studi ini bersifat observasional, jadi belum bisa memastikan sebab-akibat secara langsung. Namun, hasilnya menunjukkan pola yang menjanjikan.
Kenapa jalan kaki lebih lama lebih baik?
Para peneliti menduga, jalan kaki dalam durasi lebih panjang memberi waktu bagi tubuh untuk mengaktifkan berbagai sistem metabolik penting, seperti sensitivitas insulin dan fungsi jantung.
Selain itu, aktivitas fisik yang konsisten membantu jantung memompa darah lebih efisien dan menstabilkan tekanan darah.
Intinya, jalan kaki lama memberi tubuh cukup waktu untuk benar-benar “bekerja”, bukan sekadar “bergerak”.