Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi plastik (freepik.com/freepik)
ilustrasi plastik (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Mikroplastik berukuran kurang dari 5 mm mengintai kesehatan manusia melalui makanan, air, dan udara yang dihirup.
  • Partikel plastik telah terbukti masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan dan minuman, inhalasi udara tercemar, serta penyerapan kulit.
  • Mikroplastik dapat memicu peradangan kronis, gangguan hormon, hingga risiko penyakit serius seperti kanker pada manusia.

Di era modern yang serba praktis, plastik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, ancaman mikroplastik, partikel plastik berukuran kurang dari 5 mm, mulai mengintai kesehatan manusia. Mikroplastik gak cuma mencemari lingkungan, tapi juga telah masuk ke dalam tubuh melalui makanan, air, bahkan udara yang dihirup. Pertanyaannya, seberapa besar bahaya yang ditimbulkan oleh invasi senyawa sintetis ini?

Mikroplastik telah ditemukan dalam darah, paru-paru, hingga plasenta manusia. Zat-zat kimia yang terkandung dalam partikel ini berpotensi memicu peradangan kronis, gangguan hormon, hingga penyakit serius seperti kanker. Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah, penting untuk memahami bagaimana mikroplastik bisa menjadi ancaman kesehatan global yang gak boleh diabaikan.

1. Bagaimana mikroplastik masuk ke dalam tubuh?

ilustrasi plastik (freepik.com/jcomp)

Mikroplastik masuk ke tubuh manusia melalui tiga jalur utama, konsumsi makanan dan minuman, inhalasi udara tercemar, serta penyerapan kulit. Makanan laut, seperti ikan dan kerang, sering terkontaminasi mikroplastik karena tercemarnya lautan oleh sampah plastik. Bahkan, garam laut dan air kemasan juga telah terbukti mengandung partikel plastik mikroskopis.

Selain itu, udara di perkotaan yang penuh polusi juga membawa mikroplastik dari serat tekstil atau debu ban kendaraan. Ketika terhirup, partikel ini bisa mengendap di paru-paru dan memicu masalah pernapasan. Yang lebih mengkhawatirkan, produk perawatan kulit seperti scrub wajah masih ada yang menggunakan mikroplastik sebagai bahan eksfoliasi, memungkinkan penyerapan melalui pori-pori.

2. Efek mikroplastik pada sistem pencernaan

ilustrasi plastik (freepik.com/jcomp)

Setelah tertelan, mikroplastik bisa mengiritasi dinding usus dan mengganggu keseimbangan mikrobioma pencernaan. Partikel plastik dapat menyebabkan peradangan usus dan meningkatkan risiko sindrom iritasi usus besar (IBS). Selain itu, bahan kimia seperti BPA dan ftalat yang menempel pada mikroplastik bisa larut dan mengacaukan sistem hormon.

Tak hanya itu, mikroplastik juga dapat menjadi media bagi bakteri patogen untuk menempel dan masuk ke dalam tubuh. Akumulasi plastik dalam pencernaan bisa menghambat penyerapan nutrisi penting. Jika terus dibiarkan, hal ini berpotensi memicu defisiensi vitamin dan gangguan metabolisme jangka panjang.

3. Dampak mikroplastik pada sistem pernapasan

ilustrasi plastik (freepik.com/rawpixel.com)

Partikel mikroplastik yang terhirup dapat mengendap di saluran pernapasan dan alveoli paru-paru, memicu iritasi hingga peradangan kronis. Pekerja di industri tekstil dan daur ulang plastik berisiko tinggi mengalami gangguan paru akibat paparan serat mikroplastik. Gejalanya bisa mirip dengan asma atau bronkitis, tapi sering kali gak terdiagnosis dengan tepat.

Lebih mengerikan lagi, mikroplastik yang masuk ke paru-paru bisa menyebabkan stres oksidatif dan kerusakan sel. Dalam jangka panjang, hal ini meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) bahkan kanker. Udara dalam ruangan pun gak sepenuhnya aman, karena debu rumah tangga sering mengandung serat plastik dari pakaian dan perabotan sintetis.

4. Potensi mikroplastik sebagai pembawa penyakit

ilustrasi plastik (freepik.com/freepik)

Mikroplastik gak cuma berbahaya karena komposisi kimianya, tapi juga karena kemampuannya menjadi "kendaraan" bagi polutan dan mikroba berbahaya. Di lingkungan air, partikel plastik sering ditempeli oleh logam berat, pestisida, bahkan bakteri seperti E. coli. Ketika tertelan, zat-zat beracun ini bisa terlepas dan memperparah efek negatifnya.

Selain itu, mikroplastik yang terakumulasi dalam jaringan tubuh bisa melemahkan sistem imun. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa partikel plastik dapat mengganggu fungsi sel darah putih dalam melawan infeksi. Jika terus berlanjut, hal ini bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap serangan virus dan bakteri patogen.

5. Langkah mitigasi dan solusi masa depan

ilustrasi plastik (freepik.com/freepik)

Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai adalah langkah paling efektif untuk memutus rantai polusi mikroplastik. Beralih ke produk berbahan alami, seperti sikat bambu atau kantong belanja kain, bisa menekan jumlah limbah plastik. Selain itu, memilih makanan segar ketimbang yang dikemas plastik juga mengurangi risiko konsumsi mikroplastik.

Di tingkat kebijakan, beberapa negara sudah mulai melarang penggunaan mikroplastik dalam produk kosmetik dan perawatan tubuh. Inovasi teknologi seperti filter air canggih dan metode daur ulang plastik tanpa residu juga sedang dikembangkan. Namun, kesadaran individu tetap menjadi kunci utama dalam melawan ancaman ini sebelum berdampak lebih serius.

Mikroplastik mungkin terlihat kecil, tapi dampaknya terhadap kesehatan manusia bisa sangat masif. Dari gangguan pencernaan hingga risiko kanker, partikel ini membawa ancaman yang gak boleh dianggap sepele. Meski penelitian masih terus berkembang, tindakan pencegahan harus segera dilakukan sebelum efeknya semakin sulit dikendalikan.

Dengan perubahan gaya hidup dan dukungan kebijakan yang tepat, polusi mikroplastik masih bisa dikurangi. Setiap langkah kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik atau memilih produk ramah lingkungan, berkontribusi besar bagi kesehatan diri dan planet ini. Jika dibiarkan, bukan gak mungkin mikroplastik akan menjadi krisis kesehatan baru di masa depan.

Referensi:

ScienceDirect. (2022). Toxicity and environmental risks of microplastics: A comprehensive review. Diakses April 2025, dari ScienceDirect website.
Particle and Fibre Toxicology. (2020). Microplastic research—current trends and future perspectives. Diakses April 2025, dari Particle and Fibre Toxicology website.
National Center for Biotechnology Information. (2024). Research on microplastics: Behaviour and toxicological effects. Diakses April 2025, dari NCBI website.
Frontiers in Microbiology. (2025). Microplastic pollution and microbial interactions: Current understanding and knowledge gaps. Diakses April 2025, dari Frontiers in Microbiology website.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team