Dalam konteks ini, orang tua dan sekolah memiliki peran penting untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak. Ia menuturkan, perubahan kecil seperti anak menjadi lebih pendiam, murung, atau kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai bisa menjadi tanda bahwa ia mengalami tekanan psikologis akibat perundungan.
“Harapannya, orang tua tanggap terhadap perubahan anaknya, sehingga bisa segera berdiskusi dan mencari bantuan profesional,” imbuh Meiri.
Lebih jauh, psikolog tersebut menilai perlunya penanganan bukan hanya bagi korban, tetapi juga pelaku perundungan.
“Tidak hanya korban, pelaku bullying pun perlu dipulihkan. Mereka sering kali tidak menyadari bahwa perilaku mereka sudah melampaui batas dan bisa berdampak hukum. Tanpa intervensi, pola ini bisa berulang dan menimbulkan korban baru,” ia mengingatkan.
Penyebab perilaku ekstrem tidak selalu tunggal. Perlu kajian lebih dalam untuk memahami motif pelaku. Bisa jadi, faktor perundungan berkaitan dengan pengaruh lain, termasuk cara pandang atau nilai pribadi yang berbeda.
Meiri menegaskan bahwa perundungan bukan masalah sepele karena dampaknya luar biasa. Kalau tidak ditangani sejak awal, luka psikologisnya bisa terbawa hingga dewasa.
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika kamu merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.
Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang | (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor | (0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta | (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang | (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang | (0341) 423444
Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.