Mengapa ASI Dapat Menurunkan Risiko Obesitas pada Anak?

2. Pola makan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik meningkatkan risiko obesitas pada anak

ilustrasi obesitas (freepik.com/jcomp)

Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah menghadapi beban ganda malnutrisi. Selain menghadapi masalah penyakit infeksi dan kurang gizi, negara tersebut juga menghadapi masalah kegemukan dan obesitas yang menjadi faktor risiko penyakit tidak menular.

Anak-anak yang berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah lebih rentan terhadap masalah gizi. Di saat yang bersamaan, mereka lebih banyak terpapar dengan makanan tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam, dan makanan rendah mikronutrisi dengan harga lebih murah akan tetapi nilai gizinya rendah. Pola makanan tersebut ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko obesitas pada masa anak-anak.

3. Memberikan ASI dapat menurunkan risiko obesitas pada anak

ilustrasi memberikan ASI (pexels.com/William Fortunato)

ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi. ASI mampu memberikan energi dan nutrisi yang diperlukan oleh bayi. Oleh sebab itu, WHO menyarankan memberikan ASI eksklusif pada bayi.

Pemberian ASI memiliki beragam manfaat bagi bayi, salah satunya anak lebih jarang memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Selain itu, ASI juga diyakini berkontribusi terhadap pola makan yang sehat sekaligus menjaga berat badan sehat pada anak-anak hingga dewasa. 

Baca Juga: 5 Manfaat Pemberian ASI pada Ibu dan Bayi, Bisa Mencegah Kanker

4. Mengapa ASI dapat menurunkan risiko obesitas pada anak?

ilustrasi memberikan ASI (pexels.com/MART PRODUCTION)

Mengutip penjelasan Verywell Family, para peneliti masih berusaha memahami alasan mengapa pemberian ASI mampu membantu mencegah obesitas pada bayi dan anak-anak.

Beberapa hal yang diduga menjadi alasan manfaat ASI dalam menurunkan risiko obesitas menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, yaitu bayi yang disusui mampu mengatur asupan ASI sesuai kebutuhannya. Artinya, bayi akan minum ASI ketika ia lapar dan akan berhenti ketika kenyang. Menurut laman Harvard Health Publishing, belajar makan hanya saat lapar dan berhenti ketika kenyang merupakan keterampilan yang baik untuk mencegah obesitas.

Selain itu, metabolisme tubuh bayi lebih baik ketika diberi ASI. ASI memiliki efek yang lebih baik terhadap metabolisme tubuh bayi dan metabolisme hormon, seperti hormon insulin dan leptin. Keduanya berkaitan dengan pengaturan dan penyimpanan lemak tubuh. Ini sebabnya, bayi yang mendapatkan ASI cenderung tidak mengalami obesitas.

5. ASI juga dapat mendukung pertumbuhan bakteri baik

ilustrasi menggendong bayi (pexels.com/Anna Shvets)

Mengutip penjelasan laman Harvard Health Publishing, pemberian ASI pada bayi juga terkait dengan mikrobioma di saluran pencernaannya. Bayi yang minum ASI cenderung memiliki bakteri tertentu di saluran cernanya yang dapat membantu menurunkan risiko obesitas. Hal senada juga diterangkan Verywell Family bahwa menyusui dapat mendukung pertumbuhan bakteri baik di sistem pencernaan bayi yang berperan terhadap metabolisme dan sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, waktu memulai memberikan makanan padat juga dapat memengaruhi berat badan bayi. Misalnya, makin pendek durasi atau periode menyusui dan pengenalan makanan selain ASI sebelum berusia 5 bulan dikaitkan dengan berat badan yang lebih tinggi saat bayi berusia 12 bulan.

Memberikan ASI dapat menurunkan risiko obesitas pada anak. Beberapa kemungkinannya karena bayi yang disusui mampu belajar tanda lapar dan kenyang sejak dini. Selain itu, ASI memiliki efek yang lebih baik terhadap metabolisme tubuh serta mendukung pertumbuhan bakteri baik di saluran cerna sehingga membantu menurunkan risiko obesitas.

Baca Juga: 5 Tips Menyimpan Susu Kemasan agar Tahan Lama setelah Dibeli