Hipertiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Juga dikenal sebagai kelenjar tiroid yang terlalu aktif

Istilah hipertiroidisme mengacu pada kondisi terlalu banyaknya hormon tiroid yang diproduksi dalam tubuh atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Istilah lain yang mungkin dipakai untuk masalah ini adalah tirotoksikosis, yang mengacu pada kadar hormon tiroid yang tinggi dalam aliran darah, terlepas dari sumbernya.

Menurut keterangan dari National Health Service, tiroid yang terlalu aktif dapat menyerang siapa saja. Akan tetapi, kondisi ini sekitar 10 kali lebih sering terjadi pada perempuan, dan biasanya dialami antara usia 20 dan 40 tahun.

1. Apa itu hipertiroidisme?

Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kadar hormon tiroid dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon ini memiliki beberapa pengaruh yang penting terhadap tubuh, seperti proses pernapasan, pencernaan, detak jantung, berat badan, dan mood.

Dilansir Healthlinetiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang terletak di bagian depan leher. Tiroid ini menghasilkan tetraiodothyronine (T4) dan triiodothyronine (T3), yang merupakan dua hormon utama yang mengontrol bagaimana sel tubuh menggunakan energi. Nah, bila kadar hormon tiroid terlalu tinggi, maka akan menyebabkan masalah serius pada jantung, tulang, otot, siklus menstruasi, dan kesuburan.

Meski begitu, tak perlu khawatir karena sekarang sudah ada beberapa perawatan yang bisa menangani hipertiroidisme.

2. Penyebab

Hipertiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi hipertiroidisme (scientificanimations.com)

Penyebab paling umum hipertiroidisme adalah riwayat penyakit Graves. Menurut sebuah laporan dalam jurnal Medicina tahun 2019, ada laporan sebuah kasus penyakit Graves yang dialami oleh perempuan yang saat itu berusia 16 tahun.

Perempuan tersebut mendatangi Rumah Sakit Umum Sanglah, Bali, dengan keluhan mengalami benjolan yang tidak terasa sakit di lehernya. Benjolan ini berukuran sebesar telur, tetapi pasien tersebut tidak memiliki kesulitan dalam menelan dan tidak ada perubahan suara. Namun, ia mudah merasa lelah dan kurang konsentrasi.

Setelah melalui beberapa pemeriksaan, pasien tersebut terdiagnosis penyakit Graves yang berkaitan dengan tiroid. 

Selain itu, berdasarkan laporan dalam Jurnal Medula tahun 2016, penyakit Graves terjadi pada 0,5 persen populasi dan sebagian besar dialami perempuan yang merupakan penyebab tersering hipertiroidisme, yaitu 70 hingga 80 persen dari kasus hipertiroidisme.

Selain itu, mengutip MedlinePlus, penyebab hipertiroidisme lainnya juga meliputi:

  • Nodul tiroid, yaitu benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid di leher. Umumnya benjolan ini jinak (bukan kanker). Namun, bisa jadi terlalu aktif dan menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Nodul tiroid lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
  • Tiroiditis, yaitu inflamasi pada tiroid. Kondisi ini menyebabkan hormon tiroid yang tersimpan bocor keluar dari kelenjar tiroid.
  • Terlalu banyak yodium. Yodium ditemukan dalam beberapa obat, sirop obat batuk, rumput laut, dan suplemen berbasis rumput laut. Asupan yodium yang terlalu tinggi bisa membuat tiroid memproduksi hormon tiroid.
  • Terlalu banyak obat-obatan tiroid. Ini bisa terjadi bila seseorang mengonsumsi obat hormon tiroid untuk hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif) terlalu banyak.

Selain itu, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertiroidisme di antaranya:

  • Riwayat kesehatan dalam keluarga, terutama penyakit Graves.
  • Jenis kelamin perempuan.
  • Riwayat pribadi penyakit kronis tertentu, seperti diabetes tipe 1, anemia pernisiosa, dan insufisiensi adrenal primer.

Baca Juga: 6 Penyakit Tiroid Ini Paling Sering Terjadi di Segala Usia, Waspada!

3. Diagnosis

Menurut keterangan dari American Thyroid Association, diagnosis hipertiroidisme dilakukan dengan cara yang cukup sederhana.

Pertama, akan dilakukan pemeriksaan fisik secara umum seperti pemeriksaan mata, denyut nadi, kelenjar tiroid yang membesar, serta refleks yang ditimbulkan oleh tubuh.

Setelah itu, dilakukan tes laboratorium (tes darah) untuk mengukur jumlah hormon tiroid.

Terakhir, diagnosis hipertiroidisme dapat ditegakkan dengan pemindaian tiroid agar dapat diketahui seluruh kelenjar tiroid memang terlalu aktif atau ada kemungkinan lainnya.

4. Gejala

Hipertiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pemeriksaan tiroid oleh dokter (freepik.com/stefamerpik)

Kadar T3 dan T4 yang berlebih menyebabkan laju metabolisme yang tinggi (hipermetabolik). Dalam kondisi ini, pasien akan merasakan detak jantung yang lebih cepat, tekanan darah tinggi, serta gemetar yang hebat pada tangan.

Gejala hipertiroidisme bisa berbeda-beda pada tiap pasien, yang bisa meliputi:

  • Gugup atau mudah tersinggung
  • Kelelahan
  • Kelemahan otot
  • Sulit menoleransi suhu panas
  • Sulit tidur
  • Tremor, khususnya di tangan
  • Detak jantung cepat dan tidak teratur
  • Sering buang air besar atau diare
  • Penurunan berat badan
  • Mood swing
  • Penyakit gondok, yaitu pembesaran tiroid yang membuat leher tampak bengkak. Kadang ini bisa menyebabkan sulit menelan dan bernapas
  • Rambut rontok
  • Sulit konsentrasi
  • Mual dan muntah
  • Perkembangan payudara pada laki-laki
  • Peningkatan nafsu makan

Orang dewasa di atas 60 tahun mungkin bisa mengalami gejala berbeda dibanding dewasa yang lebih muda. Sebagai contoh, bisa terjadi hilang nafsu makan atau menarik diri dari orang lain. Kadang ini bisa disalahartikan sebagai depresi atau demensia.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Jika tidak ditangani dengan benar, hipertiroidisme akan berpengaruh terhadap organ tubuh lain dan menimbulkan komplikasi. Seperti dijelaskan di Mayo Clinic, berikut ini adalah beberapa risiko komplikasi pada hipertiroidisme yang tidak ditangani dengan baik:

  • Masalah jantung. Beberapa komplikasi hipertiroidisme paling serius melibatkan jantung. Ini termasuk detak jantung cepat, gangguan irama jantung yang disebut fibrilasi atrium yang dapat meningkatkan risiko stroke, serta gagal jantung kongestif, yaitu kondisi jantung yang tidak dapat mengedarkan cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

  • Tulang rapuh. Hipertiroidisme yang tidak diobati juga dapat menyebabkan tulang yang lemah dan rapuh (osteoporosis). Kekuatan tulang sebagian bergantung pada jumlah kalsium dan mineral lain yang dikandungnya. Terlalu banyak hormon tiroid mengganggu kemampuan tubuh untuk memasukkan kalsium ke dalam tulang.

  • Masalah pada mata. Orang-orang dengan penyakit Graves oftalmopati mengembangkan masalah mata, termasuk mata melotot, merah atau bengkak, kepekaan terhadap cahaya, dan penglihatan kabur atau ganda. Masalah mata parah yang tidak diobati dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

  • Kulit merah dan bengkak. Dalam kasus yang jarang, orang dengan penyakit Graves akan mengembangkan Graves dermopati. Kondisi ini memengaruhi kulit, menyebabkan kemerahan dan bengkak, sering kali di tulang kering dan kaki.

  • Krisis tirotoksik. Kondisi merupakan peningkatan gejala yang tiba-tiba, yang menyebabkan demam, denyut nadi cepat, hingga delirium.

6. Pengobatan

Hipertiroidisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Ada tiga cara umum yang bisa dilakukan dalam menangani hipertiroidisme, di antaranya:

  • Obat-obatan: termasuk obat antitiroid (untuk mengurangi hormon tiroid) dan obat beta blocker (untuk mengurangi gejala tremor, detak jantung cepat, dan kegugupan).
  • Terapi radioiodine: merupakan terapi yang paling efektif yang melibatkan pengambilan yodium radioaktif melalui mulut sebagai kapsul atau cairan.
  • Operasi: merupakan proses pembedahan untuk mengangkat sebagian atau sebagian besar kelenjar tiroid.

7. Perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan

Setelah pengobatan dimulai, gejala hipotiroidisme akan mereda dan pasien akan merasa jauh lebih baik. Namun, dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk memperhatikan asupan yodium dari makanan karena bisa bisa memicu gejala atau memperburuknya.

Pada pasien dengan penyakit Graves, baik oftalmopati atau dermopati, cara-cara di bawah ini mungkin bisa membantu:

  • Tidak merokok
  • Jaga mata tetap lembap, misalnya dengan aplikasi tetes mata rutin
  • Melindungi mata dari sinar matahari dan angin dengan kacamata hitam
  • Aplikasikan krim hydrocortisone yang dijual bebas untuk kulit yang bengkak

Apabila kamu didiagnosis hipertiroidisme, hal terpenting adalah mengikuti rencana pengobatan dari dokter. Setelahnya ada banyak cara untuk bisa hidup dengan kondisi ini serta dukungan untuk membantu proses pemulihan.

Contohnya adalah rutin olahraga untuk meningkatkan tonus otot dan sistem kardiovaskular. Latihan angkat beban sangat penting untuk pasien penyakit Graves karena bisa membantu mempertahankan densitas tulang. Olahraga juga bisa mengurangi nafsu makan dan meningkatkan energi.

Kamu juga bisa belajar teknik relaksasi untuk bisa tetap positif meski hidup dengan kondisi hipertiroidisme maupun penyakit Graves.

Itulah penjelasan seputar hipertiroidisme, kondisi ketika tiroid memproduksi dan melepaskan lebih banyak dari hormon daripada yang dibutuhkan. Bila kamu mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi ini, baiknya segera temui dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan dan mendapat diagnosis yang tepat.

Baca Juga: Penyakit Hashimoto, Penyebab Utama Hipotiroidisme pada Perempuan

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya