Temuan studi menekankan pentingnya penerapan pendekatan 3P (prediction, prevention, dan personalized treatment) dalam menangani gangguan tidur pada pengungsi.
Prediction: dilakukan melalui identifikasi faktor pencetus insomnia. Skrining gangguan tidur menggunakan kuesioner yang telah diterjemahkan, buku harian tidur, serta pemeriksaan langsung atau virtual termasuk skrining sleep apnea.
Prevention: diarahkan pada edukasi kesehatan tidur bagi pengungsi, baik perempuan maupun laki-laki, termasuk mereka yang bekerja dengan sistem shift.
Personalized medical approach: mencakup terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I) yang telah diterjemahkan. Terapi imagery rehearsal juga bisa digunakan untuk mengatasi mimpi buruk, serta pemanfaatan layanan telehealth guna meningkatkan kepatuhan terapi tidur.
Pendekatan menyeluruh ini bertujuan meningkatkan kualitas tidur pengungsi sekaligus mendukung perbaikan kesehatan fisik, mental, dan efisiensi sistem layanan kesehatan.
Referensi
Talih, Farid, Chadi Antoun, Ismat Annan, Halim Saad, Tarek Bou Dargham, Pia Maria Ghanimé, and Firas Kobeissy. “Insomnia and Mental Health Outcomes After Catastrophic Disasters: A Cross-Sectional Study Examining the Long-Term Effects of the Beirut Port Explosion.” Neuropsychiatric Disease and Treatment Volume 21 (September 1, 2025): 2095–2107.
Kirsch, Jaclyn, Christine E. Spadola, Kabir Parikh, Kristen Kerr, and Hrayr Attarian. “Addressing Sleep Health in Refugee Populations: A Systematic Review of Intervention Effectiveness and Cultural Adaptation.” Social Sciences 14, no. 8 (August 7, 2025): 485.
Richter, Kneginja, Lisa Baumgärtner, Günter Niklewski, Lukas Peter, Melanie Köck, Stefanie Kellner, Thomas Hillemacher, and Antje Büttner-Teleaga. “Sleep Disorders in Migrants and Refugees: A Systematic Review With Implications for Personalized Medical Approach.” The EPMA Journal 11, no. 2 (May 13, 2020): 251–60.