Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Banjir Dapat Mengacaukan Siklus Menstruasi, Apa Penyebabnya?

Warga menjemur baju saat terjadi banjir rob di Kampung Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (5/11/2025)
Warga menjemur baju saat terjadi banjir rob di Kampung Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (5/11/2025) (ANTARA FOTO/Putra M. Akbar)
Intinya sih...
  • Banjir dapat memicu stres berat, gangguan tidur, dan masalah nutrisi yang berujung pada menstruasi tidak teratur, termasuk terhenti sementara.
  • Kondisi sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang terbatas dapat memperparah kram, risiko infeksi, serta memperburuk perdarahan yang sudah tidak teratur.
  • Menjaga kebersihan, mengelola stres, memastikan hidrasi dan nutrisi, serta mencari bantuan medis jika siklus tak juga pulih adalah langkah penting saat menghadapi kondisi bencana.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dampak banjir biasa dirasakan oleh siapa pun yang terdampak, tak terkecuali perempuan. Tempat tinggal tergenang atau bahkan rusak parah, aktivitas harian terhenti, hingga kebutuhan dasar sulit diakses. Dalam pencarian tempat aman, tubuh sering bekerja lebih keras untuk beradaptasi, termasuk sistem reproduksi yang sangat sensitif terhadap stres dan perubahan lingkungan.

Bagi banyak perempuan, menstruasi bulanan adalah tanda tubuh berjalan sebagaimana mestinya. Namun selama bencana, ritme ini dapat berubah. Stres ekstrem, tidur tidak teratur, konsumsi makanan seadanya, serta sanitasi minim—semuanya bisa membuat tubuh kehilangan keseimbangannya. Di lapangan, para relawan kesehatan kerap mendengar keluhan “telat haid”, “perdarahan bercak”, hingga menstruasi yang tiba-tiba berhenti.

Fenomena ini bukan hal baru. Studi dari American College of Obstetricians and Gynecologists mencatat bahwa stres berat dapat mengganggu hipotalamus, yang pusat kendali hormon, yang mengatur ovulasi. Jika mekanisme ini terganggu, menstruasi bisa berhenti sementara atau menjadi kacau.

Dampak banjir terhadap menstruasi

Stres merupakan pemicu terbesar perubahan siklus. Dalam situasi krisis, seperti bencana, tubuh meningkatkan produksi hormon kortisol. Hormon ini dapat menekan produksi hormon reproduksi seperti GnRH dan LH, sehingga ovulasi terlambat—menyebabkan menstruasi terlambat, menjadi lebih ringan, atau bahkan tidak muncul sama sekali (amenore sementara).

Temuan serupa juga dilaporkan dalam penelitian tentang dampak bencana alam terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Sebuah studi pascabencana gempa Jepang pada 2011 menunjukkan hampir 40 persen perempuan mengalami perubahan pola menstruasi akibat stres dan kondisi lingkungan yang buruk.

Asupan nutrisi juga berperan besar. Selama banjir, makanan mungkin terbatas pada makanan instan atau tinggi sodium namun rendah energi. Kekurangan kalori dan perubahan pola makan dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen dan progesteron, yang membuat siklus menjadi lebih pendek atau lebih panjang dari biasanya.

Selain itu, sanitasi yang buruk berpotensi memperparah kondisi menstruasi. Sulit mandi, kurang air bersih, atau harus mengganti pembalut secara tidak teratur dapat meningkatkan risiko infeksi seperti dermatitis vulva atau infeksi jamur.

Studi mencatat bahwa perempuan di lokasi pengungsian memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan reproduksi akibat fasilitas sanitasi yang tidak memadai.

Apa yang bisa dilakukan?

Warga menjemur baju saat terjadi banjir rob di Kampung Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (5/11/2025)
Warga menjemur baju saat terjadi banjir rob di Kampung Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (5/11/2025) (ANTARA FOTO/Putra M. Akbar)

Ada yang bisa dilakukan oleh perempuan ketika siklus menstruasinya terganggu:

  • Mengelola stres sebisa mungkin. Teknik sederhana seperti napas perlahan, berbicara dengan keluarga, atau mengikuti aktivitas yang menenangkan di pengungsian dapat membantu menurunkan kortisol.
  • Menjaga kebersihan selama menstruasi. Gunakan pembalut dengan frekuensi ganti yang cukup. Jika persediaan terbatas, petugas kesehatan biasanya menyediakan alternatif yang aman atau area steril untuk kebersihan.
  • Mengonsumsi makanan yang mendukung keseimbangan hormon. Meskipun kondisi serba terbatas, pilih makanan dengan energi cukup seperti roti, nasi, telur, kacang-kacangan, atau buah jika tersedia. Hidrasi juga sangat penting.
  • Mencatat perubahan siklus. Jika telat haid lebih dari 6–8 minggu, perdarahan sangat berat, atau nyeri hebat yang tidak biasa, mintalah pemeriksaan di pos kesehatan.
  • Cari bantuan medis jika gejala memburuk. Keterlambatan menstruasi akibat stres biasanya pulih dalam beberapa minggu setelah kondisi stabil. Namun jika tidak, perlu pemeriksaan untuk memastikan tidak ada masalah lain seperti anemia, gangguan tiroid, atau infeksi.

Tubuh perempuan memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi, tetapi tetap punya batas. Saat dihadapkan dengan situasi bencana yang mengubah banyak hal, tubuh merespons dengan caranya sendiri, termasuk membuat siklus menstruasi terganggu. Respons ini sering kali merupakan reaksi alami terhadap stres dan perubahan ekstrem.

Dengan dukungan lingkungan yang aman, akses sanitasi yang lebih baik, serta pemahaman bahwa gangguan siklus selama bencana adalah hal umum, perempuan dapat menghadapi situasi ini dengan lebih tenang. Yang terpenting, kenali perubahan tubuh dan jangan ragu mencari bantuan saat diperlukan dapat membantu menjaga kesehatan di tengah keadaan yang tidak menentu.

Referensi

"The Menstrual Cycle: Menstruation, Ovulation, and How Pregnancy Occurs." American College of Obstetricians and Gynecologists. Diakses Desember 2025.

Hyo Kyozuka et al., “Eight-Year Trends in the Effect of the Great East Japan Earthquake on Obstetrics Outcomes: A Study From the Fukushima Health Management Survey,” Life 13, no. 8 (August 8, 2023): 1702, https://doi.org/10.3390/life13081702.

"Menstruation in The Time of Emergencies." UNICEF. Diakses Desember 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Lonjakan Demam Pascabanjir, Sumatra Barat Paling Tinggi

05 Des 2025, 20:06 WIBHealth