7 Kondisi yang Bisa Diatasi dengan Botox, Bukan Hanya Kerutan

Botox dapat mengatasi masalah saraf hingga otot

Botulinum toxin atau yang lebih dikenal sebagai Botox adalah obat yang terbuat dari racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum. Obat ini bersifat sebagai pemblokir neurotransmiter, yang artinya melumpuhkan otot yang diinjeksi dengan Botox. 

Salah satu efek samping dari suntikan Botox adalah menghaluskan kerutan. Karenanya, Botox kerap digunakan sebagai perawatan kosmetik untuk mengatasi kerutan pada wajah. Namun, sebenarnya, fungsi Botox bukan hanya itu.

Botox mampu mengatasi berbagai kondisi medis, mulai dari masalah saraf, otot, dan sebagainya. Kali ini, kita akan melihat lebih jauh berbagai kondisi yang bisa diatasi dengan Botox.

1. Keringat dan bau badan yang berlebih

7 Kondisi yang Bisa Diatasi dengan Botox, Bukan Hanya Kerutanilustrasi bau badan (freepik.com/benzoix)

Bagi mereka yang tubuhnya memproduksi terlalu banyak keringat atau memiliki masalah bau badan, suntikan Botox dapat membantu mengatasi hal ini. Biasanya, keringat diproduksi saat otot-otot kecil di sekitar kelenjar keringat memeras cairan agar keluar. Jika otot-otot kecil ini lumpuh, maka kelenjar keringat tidak lagi berfungsi seperti biasanya.

Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Dermatologic Surgery pada tahun 2007 dilakukan dengan menyuntikkan Botox ke ketiak 51 orang. Hasilnya, baik peserta maupun penilai sampel bau ketiak mengatakan bau ketiak berkurang setelah para peserta menerima suntikan Botox.

2. Mengobati kandung kemih yang terlalu aktif

Botox adalah salah satu perawatan yang memberikan dampak signifikan untuk masalah kandung kemih yang terlalu aktif. Dalam satu penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine, didapatkan bahwa sekitar 70 persen perempuan yang dirawat dengan Botox melaporkan adanya penurunan kebocoran urine.

Pasien yang awalnya mengalami rata-rata lima kebocoran sehari pada awal penelitian berkurang menjadi sekitar tiga kebocoran sehari.

Namun, perlu diketahui bahwa kadang-kadang Botox bisa menutup kandung kemih terlalu banyak. Selain itu, terkadang pasien masih perlu menggunakan kateter.

3. Mengurangi gejala depresi

7 Kondisi yang Bisa Diatasi dengan Botox, Bukan Hanya Kerutanilustrasi depresi (unsplash.com/Nik Shuliahin)

Klaim bahwa Botox mampu mengatasi depresi sebenarnya masih diperdebatkan, tetapi cukup layak untuk dipertimbangkan. Mekanisme yang diusulkan didasarkan pada apa yang disebut hipotesis umpan balik wajah, yang menyatakan bahwa ekspresi wajah seseorang dapat memengaruhi suasana hati mereka. Botox sendiri mampu memengaruhi ekspresi wajah dengan cara melumpuhkan otot-otot pada bagian wajah yang disuntik.

Satu studi kecil yang dimuat dalam Journal of Psychiatric Research tahun 2014 yang melibatkan 74 orang dengan gangguan depresi mayor menemukan bahwa 52 persen orang yang menerima Botox melaporkan penurunan gejala enam minggu kemudian, dibandingkan dengan 15 persen orang yang diberi plasebo. Namun, tentunya pemberian suntikan Botox untuk mengobati depresi atau kondisi mental lainnya hanya bisa dilakukan atas saran dokter.

Baca Juga: 5 Fakta Anal Bleaching, Tren Kecantikan yang Banyak Diminati

4. Mengatasi nyeri kronis

Terapi fisik dan obat antiinflamasi seperti ibuprofen telah lama digunakan untuk mengobati gejala nyeri kronis. Namun, manfaat dari metode ini bersifat sementara dan tidak dapat diprediksi.

Penelitian yang lebih modern menunjukkan bahwa Botox juga dapat membantu mengobati orang dengan sindrom nyeri myofascial, yang merupakan kondisi kronis yang melibatkan nyeri otot.

Dalam sebuah penelitian yang dirilis dalam jurnal Anesthesia & Analgesia pada 2014, para peneliti menyuntikkan Botox ke otot-otot yang sakit di area leher dan bahu dari 114 peserta. Hasilnya, para peserta mengaku bahwa rasa sakit berkurang setelah menerima suntikan.

5. Mengurangi gejala penyakit Parkinson

7 Kondisi yang Bisa Diatasi dengan Botox, Bukan Hanya Kerutanilustrasi Parkinson (unsplash.com/Matthias Zomer)

Penyakit Parkinson adalah masalah neurologis yang menyebabkan penderitanya memiliki masalah dengan fungsi otot. Salah satu akibatnya, mereka mungkin tidak mampu menelan dengan normal dan mengalami kelebihan produksi air liur. Untungnya, Botox dapat membantu mengobati gejala ini. 

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2006 dalam jurnal Movement Disorders, para peneliti menyuntikkan Botox pada kelenjar ludah dari 32 orang dengan penyakit Parkinson yang mengalami air liur yang berlebihan.

Para peneliti menemukan bahwa setelah perawatan, peserta menghasilkan lebih sedikit air liur. Pasien dengan penyakit Parkinson dalam penelitian juga tidak mengalami efek samping dari Botox.

6. Mengatasi migrain kronis

Migrain kronis dapat sangat memengaruhi pekerjaan dan kehidupan sosial, jadi penting untuk mengetahui pilihan pengobatan yang efektif untuk migrain. Sebuah penelitian dalam The Journal of Headache and Pain bertujuan untuk mengetahui efek suntikan Botox terhadap peserta dengan migrain kronis lebih dari 14 hari dalam sebulan.

Hasilnya, suntikan Botox dapat membantu mengatasi migrain dengan mengatur gerakan otot. Untuk mengobati migrain, suntikan Botox diberikan ke daerah kepala dan leher setiap 12 minggu.

7. Mengobati blefarospasme

7 Kondisi yang Bisa Diatasi dengan Botox, Bukan Hanya Kerutanilustrasi seseorang mengalami blefarospasme (freepik.com/user18526052)

Orang dengan blefarospasme kehilangan kendali atas kemampuan tubuh untuk berkomunikasi dengan ganglia basal, bagian otak yang mengontrol gerakan mata. Akibatnya, mata bisa berkedip tak terkendali dan kelopak mata seseorang bisa menjadi turun.

Gerakan wajah yang tidak terkendali ini dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Bahkan, jika sudah parah, orang tersebut tidak bisa membuka kelopak matanya dengan baik, yang membuatnya tidak bisa mengemudi atau melakukan aktivitas lain dengan aman.

Kabar baiknya, dilansir Healthline, kondisi ini dapat diatasi dengan suntikan Botox. Botox berperan sebagai blokade di sambungan neuromuskular, tempat di mana saraf berkomunikasi dengan otot dan menyebabkan otot-otot menjadi sedikit lumpuh sehingga meminimalkan gerakan otot yang tidak disengaja.

Itulah beberapa kondisi yang bisa diatasi dengan Botox. Bisa dibilang bahwa Botox adalah obat yang manfaatnya tak sekadar untuk mengatasi masalah kosmetik. Jika kamu memiliki salah satu atau beberapa masalah di atas, diskusikan dengan dokter apakah Botox bisa menjadi solusi tepat.

Baca Juga: Operasi Sedot Lemak: Prosedur, Indikasi, dan Komplikasinya

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya