Parainfluenza: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan

Parainfluenza sering dikira flu biasa

Intinya Sih...

  • Gejala parainfluenza mirip flu biasa, termasuk demam, batuk, pilek, dan sesak napas.
  • Parainfluenza dapat mengancam jiwa pada bayi, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan yang lemah.
  • Ada empat jenis virus parainfluenza dengan gejala yang berbeda-beda.

Parainfluenza mengacu pada sekelompok virus yang disebut human parainfluenza virus (HPIV). Kelompok virus ini terbagi menjadi empat virus dan masing-masing menyebabkan gejala dan penyakit yang berbeda.

Gejala penyakit ini sama seperti flu biasa yang membuatnya sering salah didiagnosis. Kebanyakan orang sehat yang terinfeksi parainfluenza juga bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah berisiko terkena infeksi yang mengancam jiwa.

Berikut ini informasi seputar parainfluenza yang telah dirangkum dari National Library of Medicine dan Healthline.

1. Gejala

Gejala umum parainfluenza sangat mirip dengan flu biasa, yang dapat mencakup:

  • Demam.
  • Batuk.
  • Pilek.
  • Hidung tersumbat.
  • Nyeri dada.
  • Sakit tenggorokan.
  • Sesak napas.
  • Mengi.
  • Sulit bernapas.

Umumnya, gejala parainfluenza tidak terlalu parah hingga menimbulkan masalah serius pada orang dewasa yang sehat. Namun, parainfluenza dapat mengancam jiwa pada bayi, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan yang lemah.

2. Penyebab

Parainfluenza: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahanilustrasi seseorang sedang mengalami parainfluenza (pexels.com/EdwardJenner)

Ada empat jenis virus parainfluenza dan semuanya bisa memicu infeksi saluran pernapasan atas maupun bawah pada siapa saja. Akan tetapi, lokasi infeksi dan gejala yang ditimbulkan tergantung pada jenis virus. Keempat jenis HPIV ini meliputi:

  • HPIV-1: Virus ini bertanggung jawab atas wabah croup saat musim gugur.
  • HPIV-2: HPIV-2 menyebabkan croup pada anak-anak di musim gugur, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada HPIV-1.
  • HPIV-3: Infeksi HPIV-3 sebagian besar terkait dengan pneumonia dan bronkiolitis. Biasanya virus ini menyerang pada musim semi dan awal musim panas.
  • HPIV-4: Cenderung jarang menyerang daripada jenis lainnya. Tidak ada pola musiman HPIV-4 yang diketahui.

Baca Juga: Sering dianggap Gejala Flu Biasa, Penyakit Croup Perlu Diwaspadai

3. Diagnosis

Pemeriksaan fisik untuk parainfluenza mungkin menunjukkan nyeri sinus, kelenjar bengkak, dan tenggorokan merah. Lalu, dokter akan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan paru-paru dan dada. Suara abnormal, seperti napas berderak atau mengi, mungkin terdengar.

Tes lain yang mungkin dilakukan meliputi:

  • Gas darah arteri.
  • Kultur darah.
  • Rontgen dada.
  • CT scan dada.
  • Hitung darah lengkap.
  • Usap hidung untuk rapid test.

4. Pengobatan

Parainfluenza: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahanilustrasi mengonsumsi obat (freepik.com/freepik)

Tidak ada pengobatan yang dapat menghilangkan parainfluenza dari tubuh. Gejala yang ditimbulkan dari infeksi dapat diobati dengan obat yang dijual bebas, seperti larutan saline dan obat analgesik seperti aspirin.

Namun, penting untuk diingat bahwa individu yang mengalami demam dan infeksi virus tidak boleh mengonsumsi aspirin. Pasalnya, aspirin terkait dengan sindrom Reye, gangguan yang mengancam jiwa, ketika digunakan untuk mengobati penyakit virus.

5. Pencegahan

Saat ini, belum tersedia vaksin untuk mencegah infeksi parainfluenza. Namun, kamu dapat mencegah infeksi virus ini dan virus lainnya dengan gaya hidup bersih.

Cuci tanganlah setiap kali diperlukan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh atau dapat menampung virus untuk mencegah virus masuk ke tubuhmu.

Menghindari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi juga dapat menurunkan risiko tertular infeksi.

Parainfluenza memang bukan penyakit serius bagi kebanyakan orang, tetapi gejala yang ditimbulkan bisa terasa sangat tidak nyaman. Untuk itu, kamu perlu menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan mencegah infeksi virus.

Baca Juga: Hati-hati, 6 Kebiasaan Ini Akan Membuat Flu Semakin Parah

Topik:

  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya