Dermatomiositis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Bisa memengaruhi kemampuan menelan dan bernapas

Dermatomiositis atau dermatomyositis adalah penyakit yang langka yang mengakibatkan kelemahan otot dan ruam pada kulit. Ini adalah bentuk polimiositis (jenis miopati otot) yang memengaruhi kulit selain otot. 

Dermatomiositis bisa menyebabkan gejala parah yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk bernapas dan menelan, mengutip Cleveland Clinic. Dermatomiositis bisa memengaruhi tubuh seseorang selama sisa hidupnya. Jika kondisi ini merusak otot dengan cukup parah, maka kemungkinan orang tersebut kehilangan kemampuan untuk bergerak atau menggunakan bagian tubuhnya seperti dulu.

Kondisi ini biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, tetapi beberapa orang bisa mengalami kelemahan otot yang parah lebih awal dibanding yang lain.

1. Penyebab

Dermatomiositis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi papula Gottron pada dermatomiositis (understandingmyositis.org)

Penyebab pasti dari dermatomiositis tidak diketahui. Namun, kondisi ini mempunyai banyak kesamaan dengan penyakit autoimun. Penyakit autoimun terjadi saat sel-sel tubuh yang melawan penyakit, yang disebut antibodi, menyerang sel-sel sehat. 

Akan tetapi, meskipun mirip dengan lupus dan penyakit autoimun lainnya, dermatomiositis tidak diklasifikasikan sebagai kondisi autoimun karena para ahli masih belum yakin apa penyebab kondisi ini.

Sistem kekebalan yang terganggu bisa berkontribusi terhadap berkembangnya dermatomiositis. Misalnya, mempunyai infeksi virus atau kanker.

Sekitar 15 hingga 30 persen kasus dermatomiositis berkaitan dengan keganasan seperti kanker payudara, kanker ovarium, atau kanker paru-paru. Ini dikenal sebagai dermatomiositis paraneoplastik, yang berarti penyakit ini berkaitan dengan kondisi tersebut namun tidak berhubungan langsung dengan tumor, mengutip Healthline.

Siapa pun bisa mengembangkan dermatomiositis. Namun, kondisi ini paling sering memengaruhi orang dewasa yang berusia antara 40 dan 60 tahun dan anak-anak usia antara 5 dan 15 tahun.

Selain itu, penyakit ini lebih sering menyerang perempuan dibanding laki-laki. Dermatomiositis juga memengaruhi lebih banyak orang ras Amerika kulit hitam dibanding kulit putih Amerika.

2. Gejala

Dermatomiositis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi ruam dermatomiositis (healthjade.com)

Gejala dermatomiositis muncul secara bertahap. Gejala pertama yang kemungkinan muncul adalah ruam, yang cenderung berwarna merah dan juga tidak merata. Namun, beberapa orang melaporkan ruam yang berwarna ungu kebiruan.

Lokasi ruam yang paling umum adalah di area berikut:

  • Di bahu dan punggung atas. 
  • Di atas buku-buku jari, sering kali dengan perubahan pada kutikula dan dasar kuku.
  • Di telapak tangan dan jari. 
  • Di atas siku dan lutut.
  • Sekitar mata. 
  • Di dada bagian atas berbentuk V.

Terkadang, seseorang akan mulai mengembangkan endapan kalsium di bawah kulit yang kemungkinan terasa seperti benjolan yang mengeras ketika disentuh. Ini dikenal sebagai kalsinosis dan umum terjadi pada anak-anak, tetapi tidak pada orang dewasa. 

Penderita dermatomiositis sering mempunyai "papula Gottron." Ini merupakan area merah bersisik yang sering muncul di atas buku-buku jari. Gejala kulit yang berhubungan dengan dermatomiositis, biasanya memberi jalan kelemahan otot, yang cenderung berkembang selama beberapa minggu atau bulan.  

Gejala tambahan yang berkaitan dengan dermatomiositis dapat meliputi:

  • Kelemahan inti yang tidak bisa dijelaskan. 
  • Rasa sakit atau kelemahan pada persendian, atau keduanya.
  • Masalah menelan. 
  • Kelemahan yang tidak bisa dijelaskan. 
  • Merasa lelah sepanjang waktu, bahkan sesudah istirahat.
  • Kesulitan bangkit dari posisi duduk ke berdiri. 

Menurut keterangan dari American Osteopathic College of Dermatology, diperkirakan sebagai  15 hingga 30 persen penderita dermatomiositis juga mengalami:

  • Masalah pernapasan. 
  • Masalah paru-paru.

3. Komplikasi yang dapat terjadi

Dermatomiositis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sesak napas (hackensackmeridianhealth.org)

Kelemahan otot dan masalah kulit yang berhubungan dengan dermatomiositis bisa mengakibatkan sejumlah masalah. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi meliputi:

  • Tukak lambung. 
  • Masalah menelan. 
  • Malnutrisi.
  • Penurunan berat badan. 
  • Borok kulit.
  • Kesulitan bernapas.
  • Infeksi paru-paru. 

Dermatomiositis juga bisa dihubungkan dengan kondisi berikut:

  • Miokarditis.
  • Fenomena Raynaud.
  • Penyakit paru interstisial. 
  • Penyakit jaringan ikat lainnya. 
  • Peningkatan risiko terkena kanker.

Baca Juga: Polimiositis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Diagnosis

Dermatomiositis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Dokter biasanya menegakkan diagnosis dermatomiositis dengan menggunakan tes darah serta biopsi kulit dan otot. Dokter juga akan menguji darah pasien untuk:

  • Peningkatan jumlah enzim otot tertentu, yang berarti ada sesuatu yang merusaknya. 
  • Autoantibodi (sel yang menunjukkan sistem kekebalan pasien, bereaksi terhadap sesuatu yang dideteksi berbahaya). 

Pasien juga membutuhkan biopsi kulit untuk ruam apa pun. Biopsi otot mungkin dilakukan untuk memastikan apakah terdapat peradangan di dalamnya.

Beberapa tes pencitraan mungkin dibutuhkan untuk mengevaluasi otot, saraf, paru-paru, dan organ lainnya. Tes-tes ini bisa membantu dokter menentukan apakah gejala pasien disebabkan oleh dermatomiositis atau masalah lainnya. 

Tes pencitraan yang paling umum digunakan untuk menegakkan diagnosis dermatomiositis yaitu meliputi MRI dan rontgen dada.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan memesan elektromiografi (EMG). Tes ini akan mengukur aktivitas listrik sebagai respons terhadap stimulasi otot atau saraf.

5. Pengobatan

Dermatomiositis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Bagi kebanyakan kasus, tidak ada obat untuk mengobati dermatomiositis. Namun, perawatan yang tersedia bisa memperbaiki kondisi kulit dan kelemahan otot. Perawatan yang tersedia yaitu meliputi pengobatan, terapi fisik, dan pembedahan. 
Berikut perawatan untuk dermatomiositis:

  • Kortikosteroid: Dalam banyak kasus, obat kortikosteroid, seperti prednison, merupakan metode pengobatan yang disukai. Pasien bisa menggunakannya secara oral dan mengoleskannya ke kulit. Kortikosteroid menurunkan respons sistem kekebalan, yang mengurangi jumlah antibodi penyebab peradangan. Bagi sebagian orang, terutama anak-anak, gejala bisa hilang sepenuhnya sesudah menjalani pengobatan dengan kortikosteroid. Ini disebut dengan remisi. Remisi kemungkinan berlangsung lama, dan terkadang bahkan permanen. Kortikosteroid, terutama dalam dosis tinggi, tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama, karena potensi efek sampingnya. Dokter kemungkinan besar akan memberi pasien dosis tinggi, dan kemudian secara bertahap menurunkannya. Beberapa pasien akhirnya bisa berhenti untuk meminum kortikosteroid sepenuhnya, jika gejalanya hilang dan menjauh sesudah menghentikan pengobatan. Namun jika kortikosteroid saja tidak bisa memperbaiki gejala, maka dokter kemungkinan akan meresepkan obat lain untuk menekan sistem kekebalan pasien. Obat hemat kortikosteroid digunakan untuk mengurangi efek samping kortikosteroid. Obat-obatan seperti azathioprine dan methotrexate, bisa digunakan jika kasus pasien sudah lanjut atau jika pasien mempunyai komplikasi dari kortikosteroid.
  • Imunoglobulin intravena (IVIG): Jika pasien menderita dermatomiositis, maka tubuhnya memproduksi antibodi yang menargetkan kulit dan ototnya. Imunoglobulin intravena (IVIG) menggunakan antibodi yang sehat, untuk memblokir antibodi ini. IVIG terdiri dari campuran antibodi yang telah dikumpulkan dari ribuan orang yang sehat yang telah mendonorkan darahnya. Antibodi ini diberikan kepada pasien melalui infus.
  • Perawatan tambahan: Dokter kemungkinan merekomendasikan perawatan tambahan seperti terapi fisik (meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot pasien serta mencegah hilangnya jaringan otot), obat antimalaria (hydroxychloroquine, untuk ruam autoimun yang persisten), operasi (untuk menghilangkan deposit kalsium), dan obat untuk mengatasi rasa sakit.

6. Prognosis

Dermatomiositis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi dermatomiositis (ameripharmaspecialty.com)

Karena tidak ada obat untuk dermatomiositis, maka pengobatan hanya fokus pada gejalanya. Bahkan, meski dengan pengobatan, sebanyak 80 persen pasien mengalami dermatomiositis kronis (terkadang disebut sebagai dermatomiositis polisiklik). Dua pertiga pasien mengalami cacat fisik karena kerusakan otot, mengutip Cleveland Clinic.

Gejala kemungkinan datang dan pergi dalam gelombang sepanjang hidupnya. Oleh sebab itu, kunjungi dokter segera jika melihat tanda-tanda gejala muncul. Sebab, dermatomiositis bisa berakibat fatal bagi sekitar 5 persen orang. Ini terutama terjadi pada tahun pertama sesudah didiagnosis. Namun, sekitar 20 persen mengalami remisi jangka panjang. 

Beberapa gejala dan faktor lain bisa meningkatkan risiko kematian, termasuk:

  • Menunggu lebih dari 6 bulan untuk memulai pengobatan. 
  • Berusia lebih dari 60 tahun. 
  • Mengalami gejala yang parah.
  • Mempunyai gejala di tenggorokan, paru-paru atau jantung.
  • Mempunyai atau mengembangkan kanker. 

Demikian informasi seputar dermatomiositis. Jika memiliki tanda atau gejala yang mengarah pada kondisi ini, segera periksakan diri ke dokter agar bisa mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Baca Juga: Ketahui 5 Hal Ini sebelum Pakai Salep Hidrokortison untuk Ruam Kulit

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya